Rabu, 20 Juni 2012
ACARA V PENGENALAN EKOSISTEM KOLAM
ACARA
V
PENGENALAN
EKOSISTEM KOLAM
I.
TUJUAN
1. Mempelajari
macam-macam bentuk ekosistem.
2. Mengetahui
struktur dari komponen pembentuk ekosistem kolam.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Ekosistem
adalah tempat tinggal makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya. Proses terjadinya ekosistem disebut suksesi ekologi.
Suksesi diawali dengan tumbuhnya vegetasi perintis, lalu bryopita, pterydopyta,
suksesi sudah dapat dikatakan pada stasiun klimaks, dan keadaannya sudah tidak
akan berubah lagi, kecuali jika masih ada perubahan lingkungan. Perubahan
lingkungan dapat terjadi karena faktor ulah manusia. Adanya polutan dapat
menyebabkan punahnya ekosistem. Pemanfaatan ekosistem oleh manusia dapat
dicermati dampak-dampak yang terjadi nantinya. Penjagaan ekosistem harus dilaksanakan
secara teratur terutama subtansi-subtansi abiotik yang ada di dalam ekosistem (Prawirohartono,
2006).
ACARA IV ADAPTASI TANAMAN TERHADAP FAKTOR AIR
I.
TUJUAN
1. Mengetahui
macam-macam adaptasi tanaman terhadap ketersedian air.
2. Untuk
mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologi tanaman yang beradaptasi pada
kandungan air yang berbeda.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Air
tanah sangat mempengaruhi perkembangan tanaman baik langsung maupun tidak
langsung. Umumnya sistem perakaran lebih sempurna dihasilkan oleh tanah yang
kandungan airnya cukup baik dan aerasinya baik. Dengan demikian, air sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk spesies kaktus,
menolak kekeringan dengan menyimpan air dalam jaringan selulernya. Air yang
disimpan cukup dan laju kehilangan semakin rendah (karena kutikula sangat tebal
dan stomata menutup pada siang hari) sehingga tumbuhan itu dapat tahan hidup (
Fahn, 1990).
Adaptasi
tanaman terhadap lingkungan merupakan rekayasa secara khusus sifat-sifat
karakteristik anatomi dan fisiologi untuk memberikan peluang keberhasilan
menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Oleh karena itu, adaptasi anatomi dan
fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan hidup
tanaman. Namun demikian,
jenis tumbuhan yang berbeda menunjukkan sensitifitas yang berbeda pula terhadap
perubahan lingkungan, bahkan terhadap bahan tercemar sekalipun (Haryanti,
2009).
ACARA III DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP PERKECAMBAHAN TANAMAN BUDIDAYA
I.
TUJUAN
1. Mengetahui
pengaruh lingkungan pH rendah terhadap perkecambahan tanaman budidaya.
2. Mengetahui
perbedaan tanggapan perkecambahan beberapa tanaman budidaya pada kondisi asam.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Istilah
hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith (1872) dalam Kupchella
(1989) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah daerah industri di bagian utara
Inggris. Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi
apabila asam di udara larut dalam butir-butir air di awan. Jika hujan turun
dari awan itu, air hujan bersifat asam. Asam itu terhujankan atau rain-out. Hujan asam dapat pula terjadi
karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu
terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash-out. Hujan asam dapat terjadi di
daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran (Yatim, 2007).
ACARA II KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
I.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengaruh
faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman.
2.
Mengetahui tanggapan
tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi
merupakan proses persaingan yang terjadi antara individu yang mengandalkan
sumber daya yang sama, namun terbatas jumlahnya. Terjadinya kedua macam
kompetisi ini berkaitan erat dengan peningkatan kepadatan populasi, baik dalam
tingkat populasi, maupun dalam komunitas. Kompetisi pada dua jenis yang sama
memiliki karakteristik perlakuan yang sama, sedangkan pada kompetisi pada dua
jenis yang berbeda memiliki karakteristik perlakuan yang berbeda, baik secara
tingkah laku ataupun hasil perlakuan (Agnes, 2008).
Kompetisi
dengan dan antar spesies merupakan sesuatu yang penting dalam ekologi, terutama
dalam komunitas. Kompetisi tidak selalu merupakan interaksi langsung antara
yang satu dengan yang lain, tetapi dapat juga secara langsung dan tidak
langsung. Karena ketersediaan bahan dari satu sumber (misalnya makanan, air,
dan wilayah) digunakan untuk bersama (Anonim, 2008).
ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
I. TUJUAN
- Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
- Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Faktor
pembatas ekologi terbanyak yang kita kenal adalah kandungan garam (salinitas)
dalam air laut atau tanah. Hanya sedikit spesies tanaman dan
hewan yang dapat tumbuh subur dalam kadar salinitas yang tinggi (Remmert,
1980).
Langganan:
Postingan (Atom)