I. TUJUAN
- Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
- Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Faktor
pembatas ekologi terbanyak yang kita kenal adalah kandungan garam (salinitas)
dalam air laut atau tanah. Hanya sedikit spesies tanaman dan
hewan yang dapat tumbuh subur dalam kadar salinitas yang tinggi (Remmert,
1980).
Prinsip utama ekologi adalah mengenai
kehidupan masing-masing organisme yang berhubungan secara terus menerus serta
berkelanjutan dengan setiap elemen lain yang membentuk lingkaran itu sendiri.
Sebuah ekosistem dapat didefinisikan sebagai situasi dimana terdapat interaksi
antara organisme dengan lingkungannya. Lingkungan suatu organisme terdiri dari
faktor abiotik seperti sinar matahari, iklim, dan tanah sebagai suatu hal yang
dibagi bersama dengan organisme lain dalam habitat itu (Anonim, 2011).
Untuk dapat bertahan dan hidup di dalam keadaan tertentu,
suatu organisme harus memiliki bahan-bahan yang penting yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan berkembang biak. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi
antara jenis dan dengan keadaan. Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme
tergantung pada lengkapnya kompleks-kompleks keadaan. Ketiadaan atau kegagalan
suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan secara kualitatif atau
kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor yang mungkin mendekati
batas-batas toleransi organisme tersebut (Odum, 1993).
Tanah bergaram adalah tanah yang bermuatan sarat dengan garam terlarut. Di
daerah tropika tanah demikian itu khas pada laguna dan rawa bakau. Tanah garam
membatasi jenis tumbuhan yang dapat hidup diatasnya. Dalam hutan hujan basah
didekat laut, kadar yang meracuni tidak sering terjadi dalam tanah seperti itu
karena konstituen terlarutnya terbawa air saliran sampai ke muka air tanah di
bawah daerah perakaran. Tetapi dalam keadaan lain, laju penguapan dan pemeluhan
tanaman yang tinggi menyebabkan kadar dalam tanah permukaan menjadi tinggi
pula, dan keadaan ini menyebabkan tanah itu menjadi tidak produktif (Ewusie,
1990).
Toleransi salinitas tanah diperlihatkan pada perilaku
tanaman. Salinitas yang tinggi pada tanaman glikofit akan menyebabkan tekanan
super hipertonik yang akan merusak struktur jaringan tanaman. Namun, salinitas tidak hanya
menjadi satu-satunya pembatas pertumbuhan tanaman. Genangan air, hujan, suhu
maksimum dan banyak faktor lain yang harus diperhatikan sebelum membuat seleksi
spesies (Syakir et al., 2009).
Salinitas
tanah memberi efek berlawanan pada pertumbuhan dan perkembangan kelebihan garam
dalam tanah memimpin stres osmotik dan ion. Efek merusak dari garam biasanya dapat diamati pada
keseluruhan level tanaman (Mahmoed el
al., 2008).
Penyerapan garam membantu memperbaiki tekanan positif
yang potensial melalui kontribusinya pada penyesuaian osmotik jaringan yang
berkembang. Bagaimanapun, pada kondisi salinitas tinggi, kelangsungan hidup
suatu tanaman tergantung dari kemampuannya untuk mengatur konsentrasi garam
internal dan mencegah ion dari kontaminasi racun. Tanaman dapat mengatur
konsentrasi ion dan mengurangi konsentrasi garam pada jaringan daun dan
merelokasikannya ke organ lain (Suarez and Medina, 2011).
III. METODE PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Praktikum
Dasar-Dasar Ekologi Acara 1 yang berjudul Salinitas Sebagai Faktor Pembatas
Abiotik ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 19 April 2012, bertempat di
Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah peralatan tanam, penggaris, oven dan timbangan analitik. Bahan yang
dibutuhkan adalah tanah, polybag, larutan NaCl 2000 ppm, larutan NaCl 4000 ppm,
air, dan benih dari tiga jenis tanaman yaitu padi (Oryza sativa),
kacang panjang (Vigna
sinensis), dan melon (Cucumis melo).
Ada
pun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut: pertama-tama polybag
disiapkan sebanyak duabelas buah yang masing-masing diisi dengan tanah sampai ¾
bagian. Masing-masing jenis tanaman ditanam pada tiga polybag dan masing-masing
polybag ditanam lima benih dari satu jenis tanaman. Setiap hari selama satu
minggu polybag disiram dengan air biasa. Setelah satu minggu, bibit dijarangkan
menjadi dua tanaman per polybag. Setelah itu bibit disiram dua hari sekali
dengan larutan NaCl sesuai dengan perlakuan sampai tujuh kali pemberian (dua
minggu). Selang hari diantaranya tetap dilakukan penyiraman dengan air biasa
dengan volume yang sama. Tiga polybag dari satu jenis tanaman diberi perlakuan
yang berbeda, yaitu polybag 1 disiram dengan larutan NaCl 0 ppm (air biasa),
polybag 2 disiram dengan larutan NaCl 2000 ppm, dan polybag 3 disiram dengan
larutan NaCl 4000 ppm. Volume larutan yang disiramkan pada masing-masing
polybag harus sama, dan tiap-tiap polybag harus diberi label sesuai dengan
perlakuannya. Setelah tanaman berumur dua minggu, tanaman dipanen. Pada
percobaan ini dilakukan pengamatan setiap hari sampai tanaman siap dipanen.
Pada pengamatan tersebut diukur tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun setiap dua
hari sekali. Setelah tanaman dipanen, tanaman ditimbang untuk diketahui bobot segarnya (gr),
panjang akar utama tanaman diukur (cm), dan dilakukan pengamatan abnormalitas
tanaman (klorosis pada daun, dsb). Setelah itu, tanaman dioven untuk diketahui berat
kering tanaman tersebut. Setelah semua data diperoleh, dari seluruh data yang
ada dicari rata-ratanya, dan selanjutnya digambar grafik tinggi tanaman pada
masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman,
grafik panjang akar pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan
untuk masing-masing tanaman, grafik jumlah daun pada masing-masing konsentrasi
garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman, histogram bobot segar dan bobot kering masing-masing
tanaman pada berbagai konsentrasi garam, dan histogram panjang akar
masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar