Rabu, 20 Juni 2012

ACARA II KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK


I.       TUJUAN
1.      Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman.
2.      Mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi merupakan proses persaingan yang terjadi antara individu yang mengandalkan sumber daya yang sama, namun terbatas jumlahnya. Terjadinya kedua macam kompetisi ini berkaitan erat dengan peningkatan kepadatan populasi, baik dalam tingkat populasi, maupun dalam komunitas. Kompetisi pada dua jenis yang sama memiliki karakteristik perlakuan yang sama, sedangkan pada kompetisi pada dua jenis yang berbeda memiliki karakteristik perlakuan yang berbeda, baik secara tingkah laku ataupun hasil perlakuan (Agnes, 2008).
Kompetisi dengan dan antar spesies merupakan sesuatu yang penting dalam ekologi, terutama dalam komunitas. Kompetisi tidak selalu merupakan interaksi langsung antara yang satu dengan yang lain, tetapi dapat juga secara langsung dan tidak langsung. Karena ketersediaan bahan dari satu sumber (misalnya makanan, air, dan wilayah) digunakan untuk bersama (Anonim, 2008).

 
Terdapat dua kondisi ekologi pada kompetisi organisme, yaitu : intraspesifik dan interspesifik. Kompetisi intraspesifik berarti kompetisi pada anggota dari spesies itu sendiri, sedangkan kompetisi interspesifik berarti kompetisi antar individu dari dua spesies yang mengurangi kemampuan dari salah satu atau semua individu itu. Perkembangan dari berdirinya tanaman dari semaian ke tanaman atau individu dewasa memberi kesan adanya kompetisi pada sumber yang terbatas. Proses ini disebut penjarangan. Penjarangan muncul sebagai hasil dari kompetisi intraspesifik pada sumber yang terbatas. Sebagai populasi lokal dari perkembangan tumbuhan, tanaman individu menaikkan kuantitas dari nutrisi, air, dan ruang untuk individu yang sukses berkompetisi pada habitatnya (Molles, 2005).
Pada level ekologi, kompetisi menjadi hal yang sangat penting saat dua organisme berjuang untuk sesuatu yang ketersediaannya tidak memadahi untuk mereka. Jadi, tanaman berkompetisi untuk cahaya dan nutrisi dalam hutan, dan binatang berkompetisi untuk makanan dan tempat bernaung saat kompetisi memadat dan hanya terdapat satu sumber langka. Jika populasi terdiri dari hanya sejumlah kecil individu, kompetisi tidak akan menjadi faktor ekologi yang penting. Contohnya di Artik, tanaman jumlahnya sedikit karena iklim yang tidak memungkinkan untuk berkompetisi mendapatkan cahaya. Hasil dari kompetisi adalah terjadinya hambatan pada kelompok populasi. Hal ini berarti adanya mutual inhibitor yang menyebabkan satu diantara kompetitor kalah dan berkurang (Odum, 1966).
Kompetisi tumbuhan berbeda spesies dengan atau kompetisi antara tumbuhan yang memiliki spesies sama melibatkan banyak faktor. Ketiadaan keuntungan ataupun adanya keuntungan antara kedua belah pihak mengindikasikan adanya faktor yang terlibat. Kompetisi terjadi sewaktu dua atau lebih tanaman memerlukan cahaya, nutrisi, dan air dalam suplai yang terbatas. Kompetisi selanjutnya penting untuk menurunkan sejumlah faktor yang tersedia tiap individu (Dubs, 2007).
Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang memerlukan cahaya penuh, tetapi dalam praktek budidaya di Indonesia, kedelai sering ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Dalam tumpangsari dengan jagung, intensitas cahaya yang diterima kedelai berkurang sekitar 33% (Asadi et.al., 1997 cit Muhuria, 2006).
I.       METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara III yang berjudul Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik ini dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012 di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah peralatan tanam, penggaris, timbangan analitik, dan oven. Bahan yang dibutuhkan adalah tanah, polybag, kertas label, dan tiga jenis benih tanaman yaitu kacang tunggak (Vigna unguiculata), kacang tanah (Arachis hypogaea), dan jagung (Zea mays).
Cara kerja dari praktikum ini adalah setelah polybag disiapkan kemudian diisi dengan tanah yang sudah dicampur pupuk kandang sebanyak 3 kg. kotoran, rumput, dan kerikil dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Setelah itu, biji yang akan ditanam dipilih dan ditanam  dengan perlakuan monokultur kacang tanah sejumlah 2, 4, dan 6; polikultur kacang tanah - jagung (1+1, 2+2, 3+3); polikultur kacang tanah – kacang tunggak (1+1, 2+2, 3+3); masing-masing perlakuan diberi ulangan 3 kali. Tiap polybag diberi label yang mudah dibaca sesuai perlakuan dan ulangannya agar tidak tertukar dengan perlakuan kelompok lain. Kemudian, dilakukan penyiraman setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari. Selanjutnya, dilakukan pemanenan. Setelah diamati tanaman dikering-anginkan kemudian dimasukkan ke kantong kertas dan dioven dengan suhu 80ºC selama dua hari sampai berat konstan. Pengamatan dilakukan pada tinggi tanaman setiap 2 hari sekali (cm). Bobot segar tanaman untuk tiap polybag pada akhir pengamatan (gram), bobot kering tiap polybag setelah dioven (gram).

Tidak ada komentar: