I.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengaruh
faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman.
2.
Mengetahui tanggapan
tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi
merupakan proses persaingan yang terjadi antara individu yang mengandalkan
sumber daya yang sama, namun terbatas jumlahnya. Terjadinya kedua macam
kompetisi ini berkaitan erat dengan peningkatan kepadatan populasi, baik dalam
tingkat populasi, maupun dalam komunitas. Kompetisi pada dua jenis yang sama
memiliki karakteristik perlakuan yang sama, sedangkan pada kompetisi pada dua
jenis yang berbeda memiliki karakteristik perlakuan yang berbeda, baik secara
tingkah laku ataupun hasil perlakuan (Agnes, 2008).
Kompetisi
dengan dan antar spesies merupakan sesuatu yang penting dalam ekologi, terutama
dalam komunitas. Kompetisi tidak selalu merupakan interaksi langsung antara
yang satu dengan yang lain, tetapi dapat juga secara langsung dan tidak
langsung. Karena ketersediaan bahan dari satu sumber (misalnya makanan, air,
dan wilayah) digunakan untuk bersama (Anonim, 2008).
Terdapat
dua kondisi ekologi pada kompetisi organisme, yaitu : intraspesifik dan interspesifik. Kompetisi
intraspesifik berarti kompetisi pada anggota dari spesies itu sendiri, sedangkan kompetisi
interspesifik berarti kompetisi antar individu dari dua spesies yang mengurangi
kemampuan dari salah satu atau semua individu itu. Perkembangan dari berdirinya
tanaman dari semaian ke tanaman atau individu dewasa memberi kesan adanya
kompetisi pada sumber yang terbatas. Proses ini disebut penjarangan.
Penjarangan muncul sebagai hasil dari kompetisi intraspesifik pada sumber yang
terbatas. Sebagai populasi lokal dari perkembangan tumbuhan, tanaman individu
menaikkan kuantitas dari nutrisi, air, dan ruang untuk individu yang sukses
berkompetisi pada habitatnya (Molles, 2005).
Pada
level ekologi, kompetisi menjadi hal yang sangat penting saat dua organisme
berjuang untuk sesuatu yang ketersediaannya tidak memadahi untuk mereka. Jadi,
tanaman berkompetisi untuk cahaya dan nutrisi dalam hutan, dan binatang
berkompetisi untuk makanan dan tempat bernaung saat kompetisi memadat dan hanya
terdapat satu sumber langka. Jika populasi terdiri dari hanya sejumlah kecil
individu, kompetisi tidak akan menjadi faktor ekologi yang penting. Contohnya
di Artik, tanaman jumlahnya sedikit karena iklim yang tidak memungkinkan untuk
berkompetisi mendapatkan cahaya. Hasil dari kompetisi adalah terjadinya
hambatan pada kelompok populasi. Hal ini berarti adanya mutual inhibitor yang
menyebabkan satu diantara kompetitor kalah dan berkurang (Odum, 1966).
Kompetisi tumbuhan berbeda
spesies dengan atau kompetisi antara tumbuhan yang memiliki spesies sama
melibatkan banyak faktor. Ketiadaan keuntungan ataupun adanya keuntungan antara
kedua belah pihak mengindikasikan adanya faktor yang terlibat. Kompetisi
terjadi sewaktu dua atau lebih tanaman memerlukan cahaya, nutrisi, dan
air dalam suplai yang terbatas. Kompetisi selanjutnya penting untuk menurunkan
sejumlah faktor yang tersedia tiap individu (Dubs, 2007).
Tanaman
kedelai merupakan salah satu tanaman yang memerlukan cahaya penuh, tetapi dalam
praktek budidaya di Indonesia, kedelai sering ditumpangsarikan dengan tanaman
lain. Dalam tumpangsari dengan jagung, intensitas cahaya yang diterima kedelai
berkurang sekitar 33% (Asadi et.al.,
1997 cit Muhuria, 2006).
I. METODE PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-Dasar
Ekologi Acara III yang berjudul Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012 di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah peralatan tanam, penggaris,
timbangan analitik, dan oven. Bahan yang dibutuhkan adalah tanah, polybag,
kertas label, dan tiga jenis benih tanaman yaitu kacang
tunggak (Vigna
unguiculata), kacang
tanah (Arachis hypogaea), dan jagung (Zea mays).
Cara kerja dari praktikum ini adalah setelah
polybag disiapkan kemudian diisi dengan tanah yang sudah dicampur pupuk kandang
sebanyak 3 kg. kotoran,
rumput, dan kerikil dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Setelah itu,
biji yang akan ditanam dipilih dan ditanam
dengan perlakuan monokultur kacang tanah sejumlah 2, 4, dan 6;
polikultur kacang tanah - jagung (1+1, 2+2, 3+3); polikultur kacang tanah –
kacang tunggak (1+1, 2+2, 3+3); masing-masing perlakuan diberi ulangan 3 kali.
Tiap polybag diberi label yang mudah dibaca sesuai perlakuan dan ulangannya
agar tidak tertukar dengan perlakuan kelompok lain. Kemudian, dilakukan penyiraman
setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari. Selanjutnya, dilakukan pemanenan.
Setelah diamati tanaman dikering-anginkan kemudian dimasukkan ke kantong kertas
dan dioven dengan suhu 80ºC selama dua hari sampai berat konstan. Pengamatan
dilakukan pada tinggi tanaman setiap 2 hari sekali (cm). Bobot segar tanaman untuk
tiap polybag pada akhir pengamatan (gram), bobot
kering tiap polybag setelah dioven (gram).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar