I.
TUJUAN
1. Mengetahui
pengaruh lingkungan pH rendah terhadap perkecambahan tanaman budidaya.
2. Mengetahui
perbedaan tanggapan perkecambahan beberapa tanaman budidaya pada kondisi asam.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Istilah
hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith (1872) dalam Kupchella
(1989) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah daerah industri di bagian utara
Inggris. Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi
apabila asam di udara larut dalam butir-butir air di awan. Jika hujan turun
dari awan itu, air hujan bersifat asam. Asam itu terhujankan atau rain-out. Hujan asam dapat pula terjadi
karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu
terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash-out. Hujan asam dapat terjadi di
daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran (Yatim, 2007).
Hujan
asam merupakan hujan dengan pH kurang dari 5,6. Hal ini disebabkan oleh adanya
zat pencemar di udara. Zat pencemar ini antara lain oksida belerang dan
nitrogen oksida. Zat-zat ini dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak dan
batubara (Cahyo, 1998).
Hujan
asam terjadi karena larutnya karbondioksida dalam hujan menjadi asam karbonik
ditambah gas sulfur oksida dan nitrogen oksida. Gas-gas tersebut merupakan
perombakkan limbah minyak bumi, batu bara, dan industri lain. Danau dan sungai
memiliki day buffer tertentu yang
terbatas
sehingga jika pH kurang dari lima maka ikan dan organisme akan mati. Akibat
lain jika hujan asam mencapai tanah maka logam-logam terlepas dari ikatan dalam
senyawa tanah. Logam tersebut bersifat racun (Whitten, 1984).
Hujan
biasa tercampur oleh asam adalah hasil dari reaksi uap air, karbon dioksida,
dan nitrogen di dalam atmosfer. Keasamaan dapat meningkat melalui pengantar
sulfur dioksida dan nitrogen oksida di atmosfer. Hal ini dapat terjadi secara
alami dari pembusukan vegetasi, erupsi gunung berapi, atau bahkan percikan
laut. Kontribusi manusia yang paling utama adalah akibat emisi gas-gas
kendaraan dan industri yang tidak dapat di daur ulang atau dihilangkan (Odum,
1996).
Unsur
hara sulfur di dalam tanah yang dapat teroksidasi dapat menurunkan pH tanah.
Penurunan pH ini dalam taraf tertentu dapat meningkatkan kelarutan. Unsur-unsur
hara mikro termasuk di dalamnya adalah unsur peningkatan kadar besi dalam tanah
dan meningkatkan serapan unsur tersebut di dalam biji. Hal ini mempengaruhi
aktivitas enzim denaturasi yang berperan penting dalam fungsi asam lemak jenuh
(Nurhandoyo, 2004).
Kerusakan yang disebabkan oleh
hujan asam yang didominasi NOx terjadi pada daun. Kerusakan ditandai
dengan timbulnya bintik-bintik dan nekrosis, sedangkan kerusakan akibat kadar SOx yang tinggi ditandai
dengan kekeringan dan nekrosis. Pada paparan jangka panjang, hujan asam dengan
konsentrasi rendah menyebabkan daun menjadi kuning (Shekafandeh, 2010).
Tingkat keasaman yang tinggi
mempunyai efek merusak pada akar dan mengurangi jumlah daun. Pertumbuhan daun
terganggu karena berkurangnya area transpirasi dan sedikitnya nutrisi esensial
yang terambil tanaman. Selain merusak akar dan daun, hujan asam juga merusak
batang. Kerusakan pada sel-sel batang mengakibatkan pembelahan sel terhambat
(Balasubramanian et al., 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar