Sabtu, 22 November 2014

PENGENALAN PESTISIDA DAN SEMIOKIMIA: MACAM DAN FORMULASI



I.     PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Pestisida kimia merupakan salah satu upaya pengendalian hama. Penggunaan pestisida kimia tersebut dilakukan dengan cara penyemprotan (untuk formulasi cair), pengabutan (untuk formulasi serbuk) maupun penebaran (untuk formulasi granuler). Penggunaan pestisida kimia disukai petani karena hasilnya dapat segera dilihat, pelaksanaannya mudah dan praktis serta dapat dibeli dengan mudah di toko/kios sarana pertanian di pedesaan. Walaupun pestisida kimia ini merupakan bahan kimia yang berbahaya dan beracun bagi kesehatan petani, konsumen, musuh alami dan bagi lingkungannya. Oleh karena itu, penggunaan pestisida oleh petani harus hati-hati, bijaksana dan dibatasi serta aplikasinya mengikuti prinsip 5 tepat yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran, tepat waktu serta tepat tempat.

Berbagai keterbatasan kesadaran, pengetahuan dan akses informasi penggunaan bagi petani sering kali tidak benar, tidak tepat dan membahayakan kesehatan petani, masyarakat dan lingkungan, memunculkan fenomena resistensi dan resurjensi hama dan lingkungan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kegagalan kegiatan perlindungan tanaman. Kurangnya pengetahuan bagi penjual pestisida turut menambah tingkat bahaya penggunaan pestisida kimia. Selain itu, adanya praktek aplikasi pestisida yang berlebihan yang banyak dilakukan petani pada tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan mendorong perlunya pengarahan mengenai cara penggunaan pestisida secara bijaksana yang dilandasi prinsip-prinsip dan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang berwawasan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, sehingga keberadaan hama dilapangan bisa dikendalikan dengan baik tanpa mengurangi kualitas maupun kuantitas produk pertanian yang dihasilkan.

  1. Tujuan Praktikum
1.      Mengenal beberapa jenis pestisida dan senyawa semiokimia berdasarkan nama dagang, formulasi, dan nama bahan aktif.
2.      Mengenal beberapa alat dan perlengkapan aplikasi pestisida dan senyawa semiokimia.

II.  TATA CARA PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman  acara 4 yakni tentang Pengenalan Pestisida dan Semiokimia: Macam Dan Formulasi, yang dilaksanakan pada hari Jumat, 12 April 2013 di laboratorim Entomologi Terapan, Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan  beberapa pestisida komersial dan alat-alat aplikasi dari pestisida tersebut.
Pengamatan dilakukan dengan mencatat nama dagang, nama bahan aktif, formulasi dan organisme sasaran kemudian dideskripsikan apa yang telah kita catat. Setelah selesai, kemudian dilakukan pengamatan yang kedua yakni mengenai alat-alat aplikasi pestisida. Dideskripsikan nama, cara penggunaan dan  jenis atau formulasi pestisida yang dapat dilakukan dengan alat tersebut.


III.                  HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Teknik pengendalian hama yang banyak dilakukan adalah teknik pengendalian kimiawi yaitu dengan menggunakan pestisida. Pestisida, dalam hal ini insektisida, merupakan salah satu agens pengendali hama. Masalah pestisida saat ini mendapat perhatian yang serius karena menimbulkan masalah yaitu resistensi, resurjensi, dan bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan, disamping memberi manfaat dalam menyelamatkan hasil pertanian (Pimentel, 1978).
Pestisida sebelum siap digunakan harus diformulasikan terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasikan sendiri atau dikirim ke formulator lain. Kemudian oleh formulator baru diberi nama dagang sesuai dengan keinginannya. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai (Sudarmo, 1988):
1.                   Cairan emulsi (ec)
Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat  yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2.                   Butiran (granuler) (g)
Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa   yang terdri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain.
3.                   Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Pestisida formulasi debu kurang banyak digunakan karena kurang efisien.
4.                   Tepung (powder) (sp)
Komposisi pestisida formulasi tepung, pada umumnya terdiri atsa bahan aktif dan zat pembawa seperti tanah liat atau talek (biasanya 50 – 70%). Biasanya dibelakang nama dagang tercantum singkatan WP atau WSP.
5.                   Oli (oil)
Biasa dikenal dengan singkatan SCO. Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xylem, korosen, atau aminoester.
6.                   Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan gas, bau, asap, uap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.
Tingkat sosial ekonomi, pengetahuan, persepsi dan perilaku penanganan pestisida petani rata-rata tinggi. Tingkat sosial ekonomi petani berhubungan nyata dan berpengaruh kecil terhadap pengetahuan, persepsi dan perilaku penanganan pestisida. Pengetahuan tentang pestisida berhubungan nyata dan berpengaruh besar terhadap persepsi dan perilaku penanganan pestisida. Persepsi tentang pestisida berhubungan nyata dan berpengaruh besar terhadap perilaku penanganan pestisida (Rarkr, 2005).
Dilihat dari cara masuknya (mode of entry) ke dalam tubuh serangga insektisida dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu racun perut, racun kontak, dan fumigan (Susi, 2012):
a.    Racun Perut (stomach poison)
Insektisida memasuki tubuh serangga melalui saluran pecernaaan makanan (perut). Serangga terbunuh bila insektisida tersebut termakan oleh serangga. Jenis-jenis insektisida lama umumnya merupakan racun perut, sedangkan insektisida modern sangat sedikit yang merupakan racun perut.
b.    Racun Kontak (contact poison)
Insektisida memasuki tubuh serangga bila serangga mengadakan kontak dengan insektisida atau serangga berjalan diatas permukaan tanaman yang telah mengandung insektisida. Di sini insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui dinding tubuh. Insektisida modern pada umumnya merupakan racun kontak. Apabila permukaan tanaman yang mengandung insektisida tersebut dimakan serangga, racun tersebut juga memasuki tubuh serangga melalui saluran pencernaan.  Contoh insektisida racun kontak adalah BHC dan DDT.
c.    Fumigan
Fumigan merupakan insektisida yang mudah menguap menjadi gas dan masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernafasan serangga atau sistem trachea yang kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Karena sifatnya yang mudah menguap fumigan biasanya digunakan untuk mengendalikan hama simpanan yang berada di ruang atau tempat tertutup dan juga untuk mengendalikan hama yang berada di dalam tanah. Contoh fumigan adalah hidrogen sianida (HCN), fosfin dan metil bromida.
Berdasarkan cara aksi atau cara masuknya pestisida dalam jasad sasaran (mode of action), ada beberapa kelompok pestisida (Bertani, 2011), yaitu :
 Racun perut/lambung : bahan racun akan merusak dalam jumlah besar dalam perut, usus atau sistem pencernaan jasad sasaran setelah pestisida masuk tertelan.
 Racun kontak : pestisida yang bersifat membunuh atau mengganggu perkembangbiakan bila racun mengenai jasad sasaran, baik secara langsung mengenai tubuh sasarannya maupun karena tertinggal/menempel pada permukaan daun/bagian tanaman atau pada tempat-tempat yang biasa disinggahi OPT
 Racun nafas : pestisida yang dapat meracuni jasad sasaran karena terhisap atau masuk ke dalam sistem pernafasannya. Bahan racun pestisida ini biasanya berbentuk gas atau bahan lain yang mudah menguap (fumigan)
 Racun syaraf : pestisida yang cara kerjanya mengganggu sistem syaraf jasad sasaran
 Racun protoplasmik : racun yang bekerja dengan cara merusak protein dalam sel tubuh jasad sasaran
 Racun sistemik : pestisida yang dapat masuk ke dalam jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman, sehingga bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa meracuni. Jenis tertentu masuk menembus jaringan tanaman (translaminar).

A.  Pestisida
1.      Curacron 500 EC
Nama bahan aktif        : Propenofos 500 gr/l
Formulasi                    : Emulsifiable Concentrates
Cara aplikasi                : disemprot dengan penggunaannya ditambah air
Mode of action           : racun pernafasan
Mode of entry             : racun perut, fumigan



Curacron pada tanaman bawang merah, hama sasaran adalah ulat grayak dengan dosis aplikasi 1,5-3 ml/L . Tanaman jeruk hama sasaran adalah Diaphorina citri dengan dosis 0,5 – 1  ml/L. Tanaman kentang hama sasarannya Thrips sp. dengan dosis aplikasi 2 ml/L. Waktu aplikasi apabila populasi hama sudah mencapai ambang pengendalian.
Formulasi curacron terdiri dari bahan aktif yang diemulsikan dan pelarut. Formulasi ini merupakan larutan pekat yang dapat diemulsikan dalam air. Penggunaannya perlu dicampur dengan air sebagai pengencer, karenanya formulasi ini memiliki bahan aktif yang tinggi. Formulasi ini bersifat fitotoksik pada beberapa jenis tanaman dan pada keadaan tertentu, terutama pada tanaman bua-buahan bilat penyemprotan dilakukan berturut-turut. Keuntungan formulasi ini antara lain (DPTP, 1985) :
1)      Lebih efektif, karena bahan aktifnya tinggi
2)      Lebih mudah merata, sehingga hanya memerlukan sedikit pengadukan dalam pengenceran

2.      Termiban 400 EC
Nama bahan aktif   : klorpirifos g/l
Formulasi                : Emulsifiable Concentrates
Cara aplikasi                       : proses vakum tekan
Mode of action           : racun pernafasan
Mode of entry             : racun perut


Termiban 400 EC hama sasarannya rayap kayu kering Cryptotermes sp. Dengan dosis aplikasi 0,25 % (1,35 kg/m³) dan rayap tanah dengan dosis aplikasi 0,7 kg/m³. Waktu aplikasi apabila populasi hama sudah mencapai ambang pengendalian. Formulasi Termiban sama dengan curacron.

3.      Decis 25 EC
Nama bahan aktif   :  deltametrin
Formulasi                : Emulsifiable Concentrates
Cara aplikasi                       : penyemprotan volume tinggi
Mode of action           : racun pernafasan, saraf
Mode of entry             : racun perut, racun kontak




            Decis 25 EC pada tanaman bawang merah, hama sasarannya ulat grayak (Spodoptera exigua) dengan dosis 0,5 – 1 ml/L, untuk tanaman cabai, hama sasarannya Thrips sp., Dacus sp., dan Myzus persicae dengan dosis aplikasi 0,1875-0,375 ml/L, sedangkan Spodoptera litura dengan dosis aplikasi 0,25-0,5 ml/L. Waktu aplikasi apabila populasi hama sudah mencapai ambang pengendalian. Formulasi decis sama dengan curacron dan termiban.

4.      Sevin 85 S
Nama bahan aktif        : karbaril 85%
Formulasi                : Solution Powder
Cara aplikasi                       : penyemprotan dengan volume tinggi
Mode of action           : racun pernafasan, saraf
Mode of entry             : racun perut, fumigan



Insektisida racun kontak dan lambung berbentuk tepung berwarna putih yang dapat disuspensikan, digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman jagung, kacang tanah, kapas, kedelai, kelapa, kelapa sawit, kopi, lada, tebu the dan tembakau (Hessan, 1996). 
Tanaman jagung, hama sasarannya belalang Lacusta migrotoria dosis aplikasinya 1,5 kg/ha, ulat grayak dosisnya 1-1,5 kg/ha. Pada tanaman kacang tanah hama sasaran perusak daun 1-1,5 kg/ha dan pada kelapa hama sasarannya penggerek batang dengan dosis aplikasi 1-2 kg/ha. Waktu aplikasi apabila populasi hama sudah mencapai ambang pengendalian sesuai rekomendasi tempat.
Insektisida racun kontak dan lambung untuk mengendalikan hama pada tanaman:
Jagung             : Belalang Locusta migratoria, ulat grayak Spodoptera litura
Kacang tanah  : Perusak daun Empoasca sp, Plusia chalcites, Stomopteryx subsecivella
Kapas              : Penggerek buah Earias sp, perusak daun Plusia chalcites, ulat grayak Spodoptera litura
Kedelai            : Penggerek polong Etiella zinckenella, penggulung daun Lamprosema indicata, perusak daun Phaedonia inclusa, Plusia chalcites, ulat grayak Spodoptera litura
Kelapa             : Penggerek batang Rhynchoporus sp, penggerek pucuk Oryctes sp, perusak daun Artona catoxantha, kutu kapuk Aleurodicus destructor
Kelapa sawit   : Ulat api Setora nitens
Kopi                : Bubuk buah Stephanoderes hampei, kutu hijau Coccus viridis, kutu putih Pseudococcus citri
Lada                : Penghisap bunga Diplogomphus hewitti, penghisap buah Dasynus piperis
Tebu                : Penggerek batang Phragmatocia castaneae
Teh                  : Penggulung daun dan pucuk Caloptilia theivora, Enarmonia leucostama, Homona coffearia
Tembakau        : Ulat grayak Spodoptera litura 
Formulasi savin adalah Solution Powder yang terdiri dari dispersi partikel halus di dalam medium cair. Medium cair ini dapat berupa air atau pelarut lainnya. Formulasi ini mudah larut karena bahan aktif padatnya mempunyai daya larut yang sangat rendah (1000 ppm) di dalam cairan. Jika air digunakan sebagai pelarut, formulasi pelarut, formulasi ini sama dengan formulasi WP. Hanya saja ukuran partikel dari bahan aktif lebih kecil. Pestisida ini mudah dan cepat disiapkan untuk suatu penyemprotan, tetapi perlu pengadukan atau penambahan bahan anti pengendapan untuk mencegah terjadinya penggumpalan (DPTP, 1985).

5.      Confidor 200 SL
Nama bahan aktif        : Imidakloprid 5%
Formulasi                : SL
Cara aplikasi                       : disemprot dengan diencerkan
Mode of action           : racun pernafasan
Mode of entry             : racun perut, racun kontak




Confidor 200 SL pada tanaman apel, hama sasaran kutu daun dengan dosis aplikasi 0,125-0,25 ml/L, tanaman kapas dengan  hama sasaran wereng kapas dengan dosis aplikasi 50-100 ml/ha. Waktu aplikasi apabila populasi hama sudah mencapai ambang pengendalian sesuai rekomendasi tempat.



6.      Confidor 5 WP
Nama bahan aktif        : Imidakloprid 5%
Formulasi                : Wettable Powder
Cara aplikasi                       : penyemprotan volume tinggi
Mode of action           : racun pernafasan
Mode of entry             : fumigan




            Confidor 5 WP pada tanaman padi, hama sasaran wereng coklat dengan dosis aplikasi 0,4-0,8 g/l, wereng hijau dan wereng punggung putih dosis aplikasinya 600/air/ha. Pada tanaman semangka hama sasarannya kutu daun Aphis sp. dan Thrips sp. dengan dosis aplikasi 0,5-1,0 g/l. Pada tembakau hama sasarannya Myzus persicae dengan dosis aplikasi 0,4-0,8 g/l.
Formulasi WP terdiri dari campuran bahan aktif, agensia dispersi dan pembasah serta bahan penyangga. Formulasi ini mirip dengan dengan tepung embus, bedanya WP dengan air dan membentuk suspensi. Untuk mempertahankan suspensi selama aplikasi diperlukan pengadukan dalam tangki sprayer. Keuntungan formulasi ini adalah (DPTP, 1985) :
1)      Kadar bahan aktif cukup tinggi, umumnya lebih tinggi dari 50%
2)      Bahan padat dan mudah disiapkan
3)      Serbaguna penggunaannya, karena selain dapat disemprotkan (bila ditambahkan air) dapat juga dicampur dengan tepung sebagai tepung embus.

7.      Furadan 3G
Nama bahan aktif        : Karbofuram 3%
Formulasi                : Granules (Butiran)
Cara aplikasi                       : penaburan
Mode of action           : racun pernafasan
Mode of entry             : racun perut, fumigan


 Hama sasaran yaitu nematoda pada tanaman jeruk dengan dosis aplikasi 30 kg/ha dan penggerek batang pada padi dengan dosis aplikasi 5-10 gr/m². Waktu aplikasi apabila populasi hama sudah mencapai ambang pengendalian sesuai rekomendasi tempat.
Formulasi granules kadar bahan aktif paling tinggi 10%. Bahan aktif ini diikat oleh bahan penyangga dan dilepaskan secara berangsur-angsur sedemikian rupa sehingga dapat masuk ke dalam tanaman melalui akar. Proses pelepasan bahan aktif dipengaruhi oleh bahan penyangga , kelembaban dan tekstur tanah (DPTP, 1985).
Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 %, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi butiran lebih mudah dibandingkan dengan formulasi lain (Sudarmo, 1988).

8.      Marsal 25 ST
Nama bahan aktif        : Karbosulfan 25%
Formulasi                : ST
Cara aplikasi                       : penyemprotan volume tinggi
Mode of action           : racun pernafasan
Mode of entry             : racun perut, kontak



Hama sasaran yaitu ulat grayak pada tanaman bawang merah. Waktu aplikasinya apabila intensitas serangan hama telah mencapai ambang  pengendalian.

9.      Regent 0,3 G
Nama bahan aktif   : Fipronil 0,3% (50 g/l)
Formulasi                : Granules (Butiran)
Cara aplikasi                       : ditabur merata pada tanaman
Mode of action           : racun pernafasan
Mode of entry             : racun perut, fumigan


Hama penggerek batang pada tanaman padi dengan dosis aplikasi 10 kg/ha dan penggerek pucuk Scirpophaga nivelia pada tanaman tebu dengan dosis aplikasi 25-50 kg/ha.waktu aplikasi ketika tanaman berumur 20 hari setelah tanam atau bersamaan dengan pemupukan susulan pertama untuk padi.
Berikut adalah nama tanaman dan hama sasarannya:
  • Cabai               : Hama Thrips parvispinus, kutu daun Myzus persicae
  • Jagung            : Belalang Locusta sp.
  • Jeruk                : Kutu loncat Diaphorina citri
  • Kacang panjang : Penggerek polong Maruca testulalis
  • Kakao              : Hama penggerek buah Canopormopha cramerella
  • Kelapa sawit   : Rayap tanah Coptotermes curvignathus
  • Kentang          : Hama trips Thrips parvispinus, kutu daun Myzus persicae
  • Kubis               : Perusak daun Plutella xylostella
  • Semangka        : Hama trips Thrips sp
  • Tebu                : Penggerek pucuk Scirpophaga nivella
  • Jagung             : Semut Solenopsis germinate
  • Padi                 : Penggerek batang Tryporisha sp.

10.  Applaud 10 WP
Nama bahan aktif        : Burprotezin
Formulasi                : Wettable Powder
Cara aplikasi                       : penyemprotan
Mode of action           : racun pernafasan
Mode of entry             : racun kontak, fumigan



Hama sasaran yaitu wereng coklat pada tanaman padi dengan dosis aplikasi 1 kg/ha. Waktu aplikasi apabila populasi hama sudah mencapai ambang pengendalian sesuai rekomendasi tempat.
Formulasi Applaud sama dengan Confidor 5 WP. Komposisi pestisida formulasi tepung, pada umumnya terdiri dari bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah liat atau talek (biasanya 50-75%) (Sudarmo, 1988).

11.  Spontan 400 SL
Nama bahan aktif        : Dimehipol 400 gr/L
Formulasi                : SL
Cara aplikasi                       : disemprot
Mode of action           : racun pernafasan
Mode of entry             : racun perut, fumigan




 Hama sasaran yaitu penggerek batang pada padi dengan dosis aplikasi 0,75-1,5 l/ha, lalat bibit pada kedelai dengan dosis aplikasi 0,75-1 ml/l dan lalat penggorok daun pada kentang dengan dosis aplikasi 0,5-1 ml/l. Waktu aplikasi dilakukan setelah terlihat adanya serangan 7 hari setelah tanam, pada kentang setelah terlihat adanya serangan.

12.  Racumin 0,01 RB
Nama bahan aktif        : kumateralin 0,75%
Formulasi                : Baits
Cara aplikasi                       : umpan
Mode of action           : racun saraf
Mode of entry             : racun perut, fumigan



Hama sasarannya tikus. Waktu dan cara pelaksanaanya apabila ditemukan liang aktif hingga umpan tidak dimakan lagi. Formulasi ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menarik hama sasaran dan membunuhnya pada saat formulasi tersebut tertelan. Kadungan bahan aktif formulasi ini umumnya rendah yaitu kurang dari 5% (DPTP, 1985).
B.  Alat Pengendali Hama
1.    Knapsack sprayer (Automatic sprayer)
keterangan : 1. Pipa saluran semprotan
         2. pengungkit
         3. tangki
Formulasi bahan yang dapat di aplikasikan pestisida cair (PW dan FW).






 








Knapsack automatic sprayer ini mempunyai prinsip kerja yang hampir mirip dengan sprayer biasa, namun kapasitasnya lebih besar dan biasanya alat ini digunakan seperti tas punggung. Satu tangan digunakan untuk mengungkit dan satu tangan lagi digunakan untuk memegang pipa semprot yang dirahkan kesasaran/ tujuan penyemprotan (Djojosumarto, 2008).
 Mekanisme kerja yaitu pestisida dimasukan ke dalam tangki, kemudian tuas di pompa untuk menghasilkan udara bertekanan tinggi yang akan disimpan dan akan keluar jika tuas/pengungkit tekan oleh tangan.


2.    Hand sprayer
 
                      1        2     3                   keterangan : 1. Nozzle
                                           4                                    2. Tempat memasukan cairan
5                                                3. Tombol penekan
                                                   4. pegangan
                                                   5. tangki
        (dokumentasi)                 Formulasi : pestisida cair
Alat ini biasanya diguanakan untuk pestisida yang mempunyai formulasi EC dengan bentuk cairan. Cara penggunaanya yakni dengan mengisi cairan campuran pestisida ke dalam tangki, kemudian tutup bagian atas dan nozzle dapat diatur dengan cara memutarnya agar semprotan dapat disesuaikan dengan jarak dan keperluan. Tekan tombol yang terterah pada no. 3 maka cairan akan keluar.
3.    Soil injection


1                   2                    3        Keterangan :  1. Pegangan
2. tangki
3. pipa runcing/ injector
       
(dokumentasi)                         formulasi : pestisida cair yang tidak ditambah air
Alat ini diaplikasikan ke dalam tanah langsung bisa diguanakan untuk pestisida dengan formulasi EC. Prinsip kerjanya yakni seperti jarum suntik, namun yang menjadi objek bidikan adalah tanah yang terkena hama yang terdapat dalam tanah.

4.    Micron ulva









                                                                        Formulasi : Ultra Low Volume



    
   (dokumentasi)
Alat ini terlihat sederhana. Dengan ujung pipa yang memanjang dan terdapat lampu dan tangki kecil. Mekanisme kerja yaitu ketika dinyalakan, maka mangkuk-mangkuk kecil akan berputar. Lalu cairan ULV akan menetes dari tabung menuju mangkuk dan terpental akibat gaya sentrifugal dan akan pecah membentuk partikel kecil.

5.    Emposan
Keterangan :
1.           Handel pemutar
2.           Straing
3.           Belerang
4.           Jerami
5.           Kipas penghasil angin

     (dokumentasi)
Alat ini diguunakan untuk hama tikus yang mempunyai rumah dengan membuat lubang di tanah. Mekanisme kerja alat ini adalah ujung alat kita masukkan ke dalam lubang/rumah tikus. Dalam mekanismenya, lubang tikus ditutupi salah satu lubang dengan lumbur.



6.    Duster
 

        1                         3                 Keterangan :   1. Putaran merah
2                                                                2. Pegangan
                                                3.baling-baling dan tempat
                                   (dokumentasi)                                      keluarnya pestisida
                        formulasi : tepung

Alat ini diaplikasikan untuk penggunaan pestisida yang mempunyai formulasi debu (dust). Untuk penyerbukan tidak diperlukan air. Alat ini terdiri dari baling-baling dan penghembus turbin. Alat ini ringan dan mudah bergerak di lapangan yang berbukit tau lereng seperti pada perkebunan besar. Penyerbukan lebih hemat  waktu dan tenaga daripada penyemprotan tetapi kelemahannya adalah serbuk dapat terbang bebas bukan pada sasarannya. 

7.    Mist blower
Keterangan:
1.           Tanki
2.           Kipas
3.           Corong
4.            Starter
Formulasi : pestisida cair
 (dokumentasi)
Alat ini biasanya mempunyai prinsip kerja dengan mengeluarkan asap pada bagian ujung. Dengan bantuan mesin dan bahan bakar, alat ini bisa digunakan. Penggunaannya seperti tas dengan slempangan bagian depan, jadi kita bisa menggedong disalah satu bahu kita. Kemudian tinggal diarahkan ke tempat yang di curigai terdapat hama. Biasanya fogging lumrah digunakan untuk membasmi nyamuk penyebab malaria.  Mekanisme kerja yaitu pestisida dimasukan ke dalam tangki. Lalu mesin dinyalakan untuk menghasilkan udara bertekanan tinggi yang akan membuat pestisida tersemprot keluar.



IV.             KESIMPULAN
1.        Jenis-jenis pestisida berdasarkan senyawa semiokimia banyak ditemukan dilapangan dengan bahan aktif  dan sasaran penggunaan yang berbeda meskipun masih dalam satu formulasi.
2.        Alat-alat aplikasi pestisida dapat dimanfaatkan berdasarkan informasi jenis formulasi pestisida.
3.        Jenis pestisida yang beredar di pasaran adalah Curacron 500 EC, Decis 25 EC, Convidor 70 WP, Convidor 5 WP, dan Furadan 3 G, Racumin, Marshal 200 EC, Sevin 85 S, Wincoat 70 WS, Applaud 10 WPRegent 0,3 G.
4.        Beberapa bentuk formulasi pestisida adalah emulsiflable concetrate (EC), dust (D), aerosol (A), wettable powder (WP), granules (G), poisonous baits (PB)























DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pestisida. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida). Diakses tanggal 16 April 2013.

Bertani, G. 2011. Pestisida (bagian 2). < http://pejuang-pangan.blogspot.com/2011/07/pestisida-bagian-2.html>. Di akses tanggal 18 april 2013

DPTP, 1985. Pedoman Pengenalan Pestisida. Departemen Pertanian, Jakarta.

Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.

Hessan, B.1996. Effects of Pestiside to Paddy. Pest and Plant 1: 30-34.

Pimentel, D. 1978. Socioeconomic and Legal Aspect of Pest Control. Pest Control Strategies. Academic Press. New York.

Rarkr, Budi. 2005. Persepsi dan perilaku petani dalam penanganan risiko pestisida pada lingkungan di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sabangau kota Palangka Raya. Jurnal Manusia dan Lingkungan 12 : 1.

Sudarmo, S. 1988. Pestisida Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.


Susi. 2012. Penggolongan Insektisida. <http://tips-belajar-internet.blogspot.com/2013/03/penggolongan-insektisida.html >. Di akses tanggal 18 April 2013

Tidak ada komentar: