PENGENALAN ALAT-ALAT METEOROLOGI
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permukaan bumi yang kita tinggali memiliki keadaan
tempat yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat ditunjukan dengan adanya tempat
dataran rendah, dataran tinggi, tempat yang suhunya tinggi, curah hujan tinggi
dan tempat yang dingin. Perbedaan tempat tersebut mengakibatkan kecepatan
angin, suhu, kelembaban dan lama penyinaran serta intensitas radiasi yang
berbeda pula. Menentukan iklim suatu daerah diperlukan data yang telah
terkumpul lama, hasil dari pengukuran alat ukur khusus yang disebut
instrumentasi klimatologi, perlu adanya instrumentasi klimatologi karena hal
ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui iklim pada suatu daerah hingga kita bisa
mengetahui kapan hujan, waktu tanam yang tepat dan lain sebagainya.
Alat-alat yang digunakan dalam BMKG harus tahan setiap
waktu terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca maupun keadaan lingkungan sehingga
ketelitiannya tidak berubah. Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang
baik pula sehingga pengukuran dapat dipercaya. Data yang terkumpul untuk iklim
diperlukan waktu yang lama, tak cukup satu tahun bahkan 10-30 tahun. Alat
dipasang di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu tertentu agar tak
salah ukur misalnya dipikirkan tentang halangan berupa bangunan-bangunan dekat
alat ataupun pepohonan.
Alat-alat pengukur memerlukan penetapan waktu tertentu
mengikuti prosedur tertentu yang sama di semua tempat. Maksudnya agar data
dapat dibandingkan sehingga perbedaan data bukanlah akibat kesalahan prosedur
tapi betul-betul karena iklimnya berbeda. Jadi perlu keseragaman dalam:
peralatan, pemasangan alat, waktu pengamatan dan pengumpulan data. Dalam
Stasiun klimatologi alat-alat yang umum digunakan di data cuaca menghasilkan
data yang makro. Alat-alat terbagi dua golongan, manual dan otomatis (mempunyai
perekam). Unsur-unsur iklim yang diukur adalah radiasi surya, suhu udara dan
suhu tanah, kelembapan udara, curah hujan, evaporasi dan angin.
B.Tujuan
1.
Mengenal stasiun meteorologi
pertanian dan alat-alat pengukur anasir cuaca yang biasa digunakan dalam bidang
meteorogi pertanian.
2.
Mempelajari prinsip kerja, cara
penggunaan serta macam data serta kualitas data yang dihasilkan dari suatu alat
pengukur anasir cuaca.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Meteorologi menelaah proses atau gejala fisika yang berlangsung secara
dinamis pada lapisan atmosfer bumi, sedangkan klimatologi menelaah
karakteristik iklim antar wilayah. Dengan demikian, meteorologi lebih
ditekankan pada perubahan-perubahan atmosfer yang terjadi dalam waktu singkat,
misalnya fluktuasi harian unsur-unsur iklim, sedangkan klimatologi lebih
ditekankan pada aras rata-rata dari unsur-unsur iklim yang menjadi ciri dari
suatu wialayah. Informasi klimatologi dapat digunakan sebagai penduga keadaan
suhu, kelembaban, udara, intensitas cahaya, curah hujan, dan angin pada suatu
wilayah pada waktu tertentu (Lakitan, 2002).
Agroklimatologi, sering juga disebut sebagai klimatologi
pertanian, adalah bidang dalam ilmu interdisipliner agrometeorologi, di mana
prinsip-prinsip klimatologi yang diterapkan pada sistem pertanian. Asal-usulnya
berhubungan dengan peran terpenting bahwa iklim berperan dalam produksi tanaman
dan hewan. Referensi resmi kepada istilah
"agrometeorologi"dan "agroklimatologi" dimulai dari
awal abad kedua puluh, tetapi penggunaan pengetahuan empiris dapat ditelusuri
kembali setidaknya 2000 tahun. Agroklimatologi kadang-kadang digunakan
bergantian dengan agrometeorologi, tapi yang pertama mengacu khusus untuk interaksi
antara jangka panjang variabel meteorologi (yaitu iklim) dan pertanian. Dengan
demikian, mereka berbagi prinsip-prinsip dasar yang umum, metode dan alat,
namun konsep-konsep tertentu yang diterapkan seperti dijelaskan di sini
(Oliver, 2005).
Seperti diketahui bahwa cuaca adalah
keadaan atmosfir pada suatu saat, sedangkan iklim adalah keadaan rerata cuaca
dalam suatu daerah tertentu dalam jangka panjang. Ada kalanya keadaan cuaca
pada suatu tempat adalah menyimpang dari keadaan reratanya, hal ini sering
disebut terjadinya penyimpangan iklim. Sedang menurut Wisaksono W. (1953) iklim
mikro adalah keadaan cuaca pada lapisan dibawah 2 meter, keadaan ini agak
berlainan dengan keadaan lapisan diatasnya. Lapisan dibawah 2 meter ini amat
penting karena sebagai sumber penyinaran panas dan sumber pemberian lengas
kepada udara. Keadaan
meteorologi pada lapisan dibawah 2 meter ini amat penting karena lapisan tanah
inilah yang menjadi sumber penyinaran panas dan sumber pemberian lengas kepada
udara. Lagi pula banyak tanaman yang hidup dalam lapisan dibawah 2 meter
(Sudaryono, 2007).
Istilah Agroklimatologi / agrometeorologi digunakan
untuk mengacu pada interaksi antara faktor-faktor iklim dan hidrologi di satu
sisi dan pertanian dalam arti luas (termasuk peternakan dan kehutanan) dengan
yang lain. Tujuan agroklimatologi adalah untuk menerapkan informasi iklim untuk
tujuan meningkatkan praktek pertanian dan meningkatkan produktivitas pertanian
dalam kuantitas dan kualitas. Agrometeorologi / Agroklimatologi adalah penerapan
meteorologi / pengetahuan iklim, informasi dan data cuaca sensitif masalah di
bidang pertanian. Agrometeorologi cenderung menekankan peramalan cuaca dalam
menangani masalah sehari-hari, sedangkan agroklimatologi berkaitan dengan
penggunaan data rata-rata sebagai panduan untuk perencanaan jangka panjang
(Anonim, 2009).
Untuk mengatasi masalah keterbatasan data
evapotranspirasi, hingga saat ini banyak metode pendugaan evatpotranspirasi
yang telah dikembangkan. Metode tersebut umumnya dikembangkan di daerah sub
tropis yang kondisi iklimnya sangat berbeda dengan Indonesia sehingga metode
tersebut tidak dapat langsung diaplikasikan. Validasi terhadap metode pendugaan
evapotranspirasi yaitu Blaney Criddle, Radiasi, Penman, dan evaporasi Panci
telah dilakukan di Stasiun iklim Cikarawang (Bogor) dan Ciledug (Tangerang).
Angka koreksi dan koefisien korelasi (r) rata-rata yang diperoleh untuk setiap
metode adalah: 1,83 untuk metode Blaney Criddle (r=0,97); 1,90 untuk metode
Radiasi (r=0,97); 1,10 untuk metode Penman (r=0,96), dan 1,81 untuk metode
evaporasi Panci (r=0,98). Dari keempat metode tersebut, Penman merupakan metode
yang terbaik karena memiliki angka koreksi terkecil (Runtunuwu, 2008).
Curah hujan
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pertumbuhan dan
produksi tanaman padi, sehingga budidaya tanaman padi perlu disesuaikan
terhadap fluktuasi curah hujan. Namun, karena curah hujan sangat berfluktuatif
dan acak, budidaya tanaman padi seringkali sulit disesuaikan bahkan terlambat
antisipasi perubahan yang tiba-tiba dan ekstrim. Sebagian tanaman padi
mengalami puso karena kekeringan atau kebanjiran (Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan (2006a,b). Untuk itu, suatu sistem peringatan dini sangat
diperlukan dalam budidaya padi. Hal tersebut dapat diawali dengan membuat dan
memanfaatkan model prediksi curah hujan, sehingga gambaran curah hujan beberapa
periode ke depan dapat diperoleh dengan lebih awal (Pramudia, 2008).
III. METODOLOGI
Praktikum Klimatologi
Dasar acara I tentang “Pengenalan Alat-Alat Meteorologi” dilaksanakan pada hari kamis, 8 November 2012 di Laboratorium Agroklimatologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pada acara praktikum kali ini, asisten memperkenalkan alat-alat meteorologi pertanian. Pertama-tama, asisten menjelaskan
mengenai alat pengukur curah hujan yang terdiri dari
dua macam alat, yaitu ombrometer tipe observarium dan ombograf. Kedua, asisten menjelaskan mengenai alat pengukur kelembaban nisbi udara yang terdiri dari empat macam alat, yaitu psikometer
sangkar, sling psikometer, psikometer tipe asman dan higrograf. Ketiga, asisten menjelaskan mengenai alat pengukur suhu udara yang terdiri dari empat macam, yaitu termometer biasa,
termometer maksimum, termometer minimum, dan termometer maksimum-minimum Six
Bellani. Keempat, asisten menjelaskan
mengenai alat pengukur suhu udara sekaligus kelembaban
nisbi udara yang terdiri dari dua alat, yaitu termohigrometer dan termohigrograf. Kelima, asisten menjelaskan mengenai alat pengukur suhu air yaitu termometer maksimum-minimum permukaan
air. Keenam, asisten menjelaskan
mengenai alat pengukur suhu tanah yang terdiri dari
enam alat,
yaitu termometer permukaan tanah, termometer tanah selubung kayu, termometer
tanah tipe bengkok, termometer tanah tipe Symons, stick termometer dan termometer
maksimum-minimum tanah. Ketujuh,
asisten menjelaskan mengenai alat pengukur panjang
penyinaran yang terdiari dari dua macam alat, yaitu solarimeter tipe Jordan dan solarimeter
tipe Combell Stocker. Kedelapan, asisten menjelaskan
mengenai alat pengukur intensitas penyinaran matahari, yaitu aktinograf dwi logam. Kesembilan, asisten menjelaskan mengenai alat pengukur kecepatan angin yang terdiri dari tiga macam alat
yaitu cup anemometer, hand anemometer, dan bisam anemometer. Kesepuluh, asisten menjelaskan mengenai alat pengukur evaporasi yang terdiri dari dua macam alat, yaitu piche evaporimeter
dan panci evaporasi kelas-A.
Asisten memperkenalkan juga stasiun meteorologi khusus untuk bidang pertanian kepada praktikan, yang berlokasi di samping
jembatan kolam Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Kemudian asisten menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan stasiun pengamatan cuaca tersebut, di antaranya alat-alat apa saja yang terdapat pada stasiun
meteorologi, kelebihan dari stasiun meteorologi tersebut, dan beberapa alasan yang
berkaitan dengan peralatan pada stasiun pengamatan tersebut. Praktikan kemudian mengamati alat yang tersedia di stasiun meterologi tersebut dan mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan
asisten.
IV. HASIL PENGAMATAN
1.
Alat Pengukur Curah Hujan
1.1 Ombrometer Tipe Observatorium
Keterangan Gambar :
a. Mulut penakar seluas
100 cm²
b. Corong sempit
c. Tabung
penampung dengan
kapasitas setara 300-500mmCH
d.
Kran
Deskripsi :
Ombrometer merupakan
alat untuk mengukur jumlah hujan harian dengan satuan alatnya yaitu milimeter.
Alat ini memiliki ketelitian 0,5 mm dan memiliki prinsip kerja yaitu penampung
curah hujan. Data curah hujan harian didapat dengan membuka kran dan airnya
ditampung dalam gelas penakar yang bersatuan mm tinggi air. Apabila hujan
kurang dari 0,5 mm dianggap tidak ada curah hujan meskipun hasilnya dicatat.
Karena luas penampang corong pada alat
pengukur curah hujan adalah 100 cm2, setiap volume 100 cc air hujan
sama dengan 1 mm tinggi muka air.
1.2
Ombrograf
Keterangan
Gambar :
a.
Mulut penakar
b.
Corong
sempit
c.
Tabung
penampung I
d.
Tabung
penampung utama dengan
kapasitas
setara dengan 60 mm CH
e. Saluran pembuangan air
f. Silinder kertas grafik
g. Pelampung
Ombrograf juga merupakan alat untuk mengukur dan
mencatat jumlah hujan. Prinsip kerja dari ombograf yaitu sistem pelampung. yaitu: pencatatan
tinggi air komulatif dengan pena pencatat yang dihubungkan dengan pelampung di
dalam tabung pelampung. Jika pena tersebut mencapai batas atas 20 mm artinya,
pelampung dalan silinder akan terbuang melalui sifon pada silinder dan pena
kemudian turun kebatas bawah yaitu titik 0 mm dari pias disebabkan pelampungnya
turun kembali kekedudukan semula. Pencatatan curah hujan bersifat kumulatif,
dengan kapasitas maksimum penampung 60 mm. Banyaknya curah hujan dan
terjadinya hujan dapat dibaca pada kertas grafik.
2.
Alat Pengukur Kelembaban Nisbi Udara
2.1.Psikrometer Sangkar
Keterangan Gambar :
a.
Statif
b.
Termometer bola basah
c.
Termometer bola kering
d.
Kain kasa yang dibasahi
e.
Bejana tempat air
Deskripsi :
Psikometer sangkar merupakan alat untuk mengukur
kelembaban nisbi udara. Prinsip kerja alat ini yaitu prinsip termodinamika/adiabatik
(beda TBB dan TBK).Lw adalah tekanan uap air jenuh pada suhu T yang dapat
ditentukan atau dapat dicari dari diagram atau tabel yang memuat tekanan uap
jenuh pada berbagai suhu.
2.2. Sling Psikrometer
Keterangan Gambar :
a. Termometer bola basah
b. Termometer bola kering
c. Pegangan
Deskripsi :
Sling psikrometer berfungsi untuk mengukur kelembaban udara. Pengamatan
yang dilakukan ini dilakukan sebanyak 3x sehari sama seperti pengamatan
pengamatan psikrometer sangkar.
3.1.
Psikrometer TipeAssman
Keterangan Gambar :
a. Termometer bola basah
b. Termometer bola kering
c. Kipas
d. Sekrup pemutar pegas
e. Saluran angin
Deskripsi :
Alat
selanjutnya yaitu PsikrometerAssman. Pengamatan dilakukan setelah suhu
termometer konstan.
2.3. Higrograf
Keterangan
Gambar :
a.
Rambut
b.
Sistem tuas
c.
Pena / penera grafik
d.
Silinder kertas grafik
[ Fungsi : Mengukur
kelembaban nisbi udara sesaat.
[ Satuan Alat : %
[ Satuan Pengukuran : %
[ Ketelitian Alat : 0,1 %
[ Prinsip
Kerja : Sifat
kembang kerut benda higroskopis.
[ Cara
Pemasangan : Dipasang pada
sangkar meteo
[ Cara Pengamatan :
a. Dipasang
kertas grafik pada silinder yang dapat diputar secara otomatis.
b. Penggantian
kertas grafik dilakukan sekali dalam seminggu.
c. Kelembaban
nisbi udara dalam satuan persen (%) dapat dibaca pada kertas grafik.
Alat ini dapat digunakan untuk mengetahui ayunan
kelembaban nisbi udara selama satu
minggu.
3.
Alat Pengukur Suhu Udara
3.1.Termometer biasa
Keterangan Gambar :
a.
Reservoir
b. Pipa kapiler berisi raksa atau alkohol
[ Fungsi : Mengukur suhu udara.
[ Satuan Alat : ºC
[ Satuan Pengukuran : ºC
[ Ketelitian Alat : 0,5ºC
[ Prinsip Kerja : Muai ruang air raksa
atau alkohol
[ Cara
Kerja : Dipasang
sekaligus sebagai termometer bola kering pada psikrometer sangkar
[ Cara Pengamatan :
a. Suhu
udara dapat dibaca pada skala termometer dengan ketelitian 0,10C
b.
Mata
pengamat harus tegak lurus terhadap kolom raksa
c. Pengamatan
dilakukan 3 kali sehari (pukul 07.00,13.00,14.00 dan 18.00)
3.2. Termometer Maksimum Udara
Keterangan Gambar :
a.
Reservoir
b.
Celah Sempit
c.
Pipa kapiler berisi raksa
[ Fungsi : Mengukur suhu
udara maksimum.
[ Satuan Alat : ºC
[ Satuan Pengukuran : ºC
[ Ketelitian Alat : 0,25ºC
[ Prinsip Kerja : Muai ruang raksa yang
dimodifikasi dengan adanya penyempitan pipa kapiler.
[ Cara kerja : Alat dipasang pada sangkar meteo
(miring ± 2 terhadap suhu horizontal), dengan bagian resrvoir lebih rendah.
[ Cara Pengamatan :
a.
Suhu
maksimum dapat dibaca tepat pada permukaan kolom air raksa.
b.
Setelah
pengamatan, alat dipasang pada posisi bagian reservoir disebelah luar dan
dikibaskan sampai tidak terdapat pemutusan kolom air raksa di celah sempit dan
dipasang untuk pemasangan selanjutnya.
Pengamatan dilakukan pada pukul 16.00.
3.3. Termometer Minimum Udara
Keterangan Gambar :
a.
Reservoir
b.
Indeks penunjuk suhu minimum
c.
Pipa kapiler berisi alkohol
[ Fungsi : Mengukur suhu
udara minimum.
[ Satuan Alat : ºC
[ Satuan Pengukuran : ºC
[ Ketelitian Alat : 0,25ºC
[ Prinsip Kerja : Muai ruang alkohol yang
dimodifikasi dengan adanya indeks.
[ Cara
kerja : Alat
dipasang pada sangkar meteo. Miring 2 terhadap sumbu horizontal, dengan
reservoir lebih rendah.
[ Cara Pengamatan :
a.
Suhu
udara minimum dapat diketahui dengan membaca tepat pada skala yang ditunjuk
oleh ujung indeks yang berdekatan dengan ujung kolom alkohol.
b. Ujung
kolom alkohol menunjuk suhu udara sesaat.
c.
Pengamatan
dilakukan pada pukul 16.00.
Setelah pengamatan, indeks harus dikembalikan tepat pada
ujung kolom alkohol, untuk pengamatan hari selanjutnya.
3.4.Termometer maksimum-minimum Six Bellani
Keterangan Gambar :
a.
Reservoir
b. Pipa kapiler berisi raksa (suhu max).
c. Pipa kapiler berisi alkohol (suhu min)
d.
Indeks penunjuk suhu maksimum
e.
Indeks penunjuk suhu minimum
f.
Tombol pengembali indeks
[ Fungsi : Mengukur suhu
udara max dan min
[ Satuan Alat : ºC
[ Satuan Pengukuran : ºC
[ Ketelitian Alat : 1ºC
[ Prinsip Kerja : Muai ruang zat cair
(alkohol dan air raksa)
[ Cara kerja :
a. Suhu
max dan min dibaca pada ujung bawah indeks
b. Indeks
bagian kanan menunjukkan suhu max, indeks bagian kiri menunjukkan suhu min.
[ Cara Pengamatan :
a.
Suhu
maksimum dan minimum dibaca pada ujung bawah indeks
b.
Indeks
bagian kanan menunjukkan suhu maksimum, indeks bagian kiri menunjukkan suhu
minimum
c.
Pengamatan
dilakukan pukul 16.00.
Setelah pengamatan, pengamatan hari selanjutnya, tombol
kemudian ditekan sedemikian sehingga ujung bawah indeks berhimpit dengan
permukaan kolom air raksa, untuk pengamatan berikutnya
4.
Gambar 4.1.
Termohigrometer
|
4.1.
Termohigrometer
·
Satuan Alat : oC dan %
·
Satuan Ukur : oC dan %
·
Ketelitian : 0,5 oC dan 1 %
·
Prinsip
kerja :
- termometer : muai dwi logam
- hygrometer
:higroskopis rambut.
·
Bagian-bagiannya :
a.
Spiral dwi logam/bimeteal
b.
Spiral benda higroskopis
c.
Jarum penunjuk skala suhu
d.
Jarum penunjuk skala kelembaban
e.
Ventilasi
·
Alat ini merupakan gabungan
termometer untuk mencatat suhu secara manual dan higrometer untuk merekam
kelembaban nisbi.
·
Cara pemasangan
Dipasang
pada sangkar meteo atau dijinjing/portable.
·
Cara Kerja
Pada higrometer,
perubahan kelembaban akan mempengaruhi benda higroskopis berupa spiral sehingga
spiral tersebut akan mengembang dan mengerut. Peristiwa mengembang-mengerut
spiral menggerakkan jarum penunjuk RH sesuai dengan kelembaban tertentu.
Sedangkan pada termometer, saat suhu naik matahari akan menyinari spiral
bimetal yang tersiri atas metal hitam dan metal putih. Karena warna hitam akan
menyerap panas dan warna putih memantulkan cahaya/tidak menyerap panas, maka
akan terjadi beda muai antara dua logam tersebut. Beda muai tersebut akan
menggerakkan jarum penunjuk suhu.
·
Cara pengamatan
Alat ini harus
terlindungi dari pengaruh matahari secara langsung dan tetesan air hujan pada
saat dilakukan pengamatan.Pengukuran dapat langsung dibaca dengan satuan oC
untuk suhu udara dan % untuk kelembaban.
4.2.
Gambar 12. Termohigrograf
|
·
Satuan Alat : oC dan %
·
Satuan Ukur : oC dan %
·
Ketelitian : 1oC dan 1 %
·
Prinsip
kerja :
-
termograf : muai dwi logam
- higrograf : higroskopis rambut.
·
Bagian-bagiannya :
a.
Lempeng dwi logam/bimetal
b.
Rambut
c.
Sistem tuas higrograf
d.
Sistem tuas termograf
e.
Pena
f.
Silinder kertas grafik
·
Alat ini merupakan gabungan
termograf untuk mencatat suhu secara otomatis, dan higrometer untuk merekam
kelembaban nisbi yang bekerja secara otomatis.
·
Cara pemasangan
Dipasang pada sangkar meteo atau
dijinjing/portable.
·
Cara Kerja
Kelembaban diindera
dengan untaian rambut manusia (memanjang dari atas kebawah pada ujung kanan
alat).Rambut tersebut menjadi lebih panjang jika kelembaban nisbi
meningkat.Suatu penghubung mekanis meneruskan perubahan panjang tersebut
kelengan (batang) bawah yang ujungnya berpena untuk menggambarkan garis pada
grafik ketika tabung ini diputar oleh jam.Demikian pula lengan (batang) atas,
dikendalikan oleh pengindera suhu.Pada alat yang ditunjuk tersebut, pengindera
ini merupakan tabung melengkung yang berisi cairan.Jika suhu meningkat, cairan akan mengembang dan
membuat tabung menjadi lurus.
·
Cara pengamatan
Kertas grafik dipasang pada silinder yang dapat berputar secara otomatis.
Setiap minggu kertas grafik digangti. Pada kertas dapat dibaca kelembaban nisbi
(%) dan temperatur (oC) tiap saat dan ayunannya.
5.
Alat Pengukur Suhu Tanah
5.1. Termometer Permukaan Tanah Jeluk 0 m
·
Gambar 16. Termometer
Permukaan Tanah (Jeluk 0 cm)
|
·
Satuan Ukur : oC
·
Ketelitian :0,5 oC
· Prinsip kerja : Muai ruang zat cair.
·
Bagian-bagiannya :
a.
Termometer zat cair
b.
Resevoir
c.
Statif kaki tiga
d.
Tabung pelindung resevoir yang
berventilasi
·
Cara pemasangan
Dipasang
jinjing (portable), alat diletakkan di permukaan tanah.
·
Cara Kerja
Alat diletakkan di permukaan tanah.
Panas dipermukaan tanah menyebar dan disalurkan pada statif kaki 3 sehingga air
raksa memuai dan kemudian naik. Skala
yang ditunjuk oleh air raksa setelah kenaikan tersebut adalah suhu permukaan
tanah.
·
Cara pengamatan.
Setelah stabil, suhu
tanah diamati dengan membaca skala yang ditunjukkan saat pencatatan pada suhu
harian.
Gambar 17. Termometer Tanah selubung Kayu
|
5.2.Termometer Selubung Kayu
· Satuan Alat : Derajar Farenheit (o F)
· Satuan Ukur : Derajat Celcius (oC)
·
Ketelitian : 1 oF
· Prinsip kerja : Muai ruang zat cair.
·
Bagian-bagiannya :
a. Unsur sensor sampai
jeluk 5 cm
b. Termometer zat cair
c. Pegangan tangan
d. Selubung kayu pelindung
termometer
·
Cara pemasangan
Dipasang jinjing
(portable), bagian ujung ditancapkan kedalam tanah sesuai jeluk yang diamati.
·
Cara Kerja
Termometer ini
mula-mula ditancapkan kedalam tanah dengan kedalaman 5 cm. lalu didiamkan
selama 2 menit, kemudian suhu diamati pada skala ynag ditunjukkan pada
termometer.Suhu yang terbaca adalah skala farenheit sehingga perlu
diterjemahkan kedalam skala celcius.
·
Cara pengamatan.
Setelah berada pada
posisi yang stabil, suhu tanah diamati dengan membaca skala yang ditunjuk pada
termometer.
5.3. Termometer Tipe Bengkok (Jeluk 20 cm)
Bagian-
bagiannya :
a.
Reservoir untuk jeluk tanah 20
cm
b.
Pipa
kapiler berisi air raksa
Satuan alat :
0C
Satuan pengukuran :
0C
Ketelitian alat :
10C
Prinsip kerja : muai
zat cair
Cara kerja :
Tanah dibor dengan menggunakan bor tanah, kemudian dimasukkan termometer
tanahnya, lalu dibaca suhunya.
Cara
pemasangan :
-
Dibuat lubang di tanah dengan
jeluk tertentu dengan bor.
-
Bagian reservoir thermometer
dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas
galian.
Cara pengamatan :
Setelah stabil,
suhu tanah diamati dengan membaca pada skala yang ditunjukkan saat pencatatan
pada suhu udara harian.
5.4.Termometer Tanah Tipe Simons (Jeluk 50 cm)
Bagian-bagiannya :
a.
Pipa pelindung termometer
b.
Bagian sensor
c.
Termometer zat cair
d.
Reservoir
e.
Rantai
Satuan alat : 0C
Satuan pengukuran : 0C
Ketelitian alat :
0,5 0C
Prinsip kerja :
muai zat cair
Cara kerja : Tanah dibor, termometer
dimasukkan, distabilkan + 2
menit, kemudian
termometernya dibaca.
Cara pemasangan :
-
Dibuat lubang di tanah dengan
jeluk tertentu dengan bor.
-
Bagian reservoir thermometer
dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian.
Cara pengamatan :
-
Termometer diangkat dari selubung bagian pelindung, suhu
tanah dapat dibaca langsung pada skala yang ditunjuk.
-
Pembacaan harus dilakukan
dengan cepat.
5.5.Stick Termometer (Jeluk 100
cm)
Bagian-bagiannya
:
a. Tangkai pemutar, yang berfungsi untuk
memasukkan alat ke tanah
b.
Jarum penunjuk suhu
c. Tabung bejana berisi spiral logam sebagai
penghantar
d.
Ujung peka yang semacam sensor
Satuan alat : 0C
Satuan pengukuran : 0C
Ketelitian alat : 0,5 0C
Prinsip kerja : muai zat cair bertekanan pada tabung
bejana.
Cara kerja : Alat dimasukkan ke dalam tanah sesuai
dengan kedalaman yang diminta, ditunggu +
2 menit agar stabil, kemudian dibaca suhunya.
Cara pemasangan :
-
Alat dimasukkan ke dalam tanah
dan ditekan menurut jeluk yang akan diamati dengan cara memutar pegangannya.
Cara pengamatan :
-
Setelah jarum penunjuk suhu
konstan, suhu dapat dibaca pada skala yang ditunjuk.
5.6.Termometer Maksimum Minimum Tanah
Bagian-bagiannya :
a.
Bagian sensor
b.
Pipa berisi zat cair (air
raksa)
c.
Jarum hitam penunjuk suhu
sesaat
d.
Jarum hijau penunjuk suhu
minimum
e.
Jarum merah penunjuk suhu
maksimum
Satuan alat : 0C
Satuan pengukuran : 0C
Ketelitian alat :
0,5 0C
Cara kerja : Tanah dibor, kemudian sensor
dimasukkan sampai 20 cm, raksa akan memuai dan menyusut, jadi bisa dibaca lewat
jarum penunjuk suhu.
Prinsip Kerja :
pemuaian zat cair pada tabung Bourdan.
Cara pemasangan :
-
Jinjing (portable), bagian
sensor dibenamkan ke dalam tanah hingga kedalaman 20 cm dan biarkan selama
periode pengamatan.
Cara pengamatan :
-
Sebelum pengamatan, ketiga
jarum penunjuk dibuat saling berhimpit dengan cara memutar sekrup.
-
Pada saat pembacaan :
§ Jarum merah menunjukkan suhu maksimum
§ Jarum hijau menunjukkan suhu minimum
§ Jarum hitam menunjukkan suhu sesaat
6.
Alat Pengukur Suhu Air
6.1.
Gambar 13. Termometer Maksimum-minimum Permukaan
Air
|
·
Satuan Alat : oC
·
Satuan Ukur : oC
·
Ketelitian : 0,5 oC
· Prinsip kerja : Muai ruang zat cair.
·
Bagian-bagiannya :
a.
Resevoir
b.
Pipa kapiler berisi air raksa
c.
Pipa kapiler berisi alkohol
d.
Indeks penunjuk suhu maksimum
e.
Indeks penunjuk suhu minimum
f.
Pelindung resevoir
g.
Pelampung
·
Cara pemasangan
Alat diletakkan terapung pada permukan
air, biasanya pada panci evaporasi tipe A, dengan kedudukan horizontal
·
Cara Kerja
Alat ini pertama kali diletakkan di permukaan air
secara horizontal, lalu diamati skala suhunya beberapa menit. Pembacaan suhu
dilakukan dengan melihat indeks. Indeks sebelah kanan menunjukkan suhu maksimum
dan sebelah kiri menunjukkan suhu minimum.
·
Cara pengamatan.
a.
Suhu maksimum dan minimum
dibaca pada ujung bawah indeks
b.
Indeks bagian kanan menunjukkan
suhu maksimum, indeks sebelah kiri menunjukkan suhu minimum
c.
Pengamatan dilaksanakan pada
pukul 16.00
d.
Setelah pengamatan, tombol
kemudian ditekan sedemikian rupa sehingga ujung bawah indeks berimpit dengan
permukaan kolom air raksa untuk pengamatan selanjutnya.
7.
Alat Pengukur Panjang Penyinaran Matahari
7.1. Solarimeter Tipe Jordan
Bagian-bagiannya :
a. Silinder setengah lingkaran dengan sudut
600
b.
Celah sempit tempat masuknya
sinar
c.
Pelindung celah sempit
d.
Sekrup pengatur kemiringan
Satuan alat :
jam
Satuan pengukuran : %
Ketelitian alat :
0,5 jam
Prinsip kerja :
reaksi fotokhemis
Cara kerja : Sinar masuk melalui celah
sempit, sinar membentuk noda pada kertas pias yang dilapisi larutan kalium
ferrosianida. Noda yang ada pada kertas dicuci dengan aquades, sehingga kertas
dapat dibaca. Dari panjang
noda yang terbentuk,akan dapat diukur sebagai panjang penyinaran aktual.
Cara pemasangan :
-
Alat dipasang pada tempat
terbuka dan diletakkan di atas beton yang agak tinggi, sedemikian rupa sehingga
sensot dapat menangkap sinar mathari dalam keadaan normal pada ketinggian 3
meter di atas horizon.
-
Solarimeter dipasang sedemikian
rupa sehingga :
§ Arah U-S dari tempat sesuai dengan U-S dari tempat pemasangan
§ Tutup kotak menghadap khatulistiwa
-
Alat dipasang dengan kemiringan
ke arah khatulistiwa terhadap sumbu horizontal, sebesar derajat lintang tempat
pemasangan (Yogyakarta pada 70)
Cara pengamatan :
-
Persiapan kertas pias
§ Kertas pias dicelupkan atau dilapisi dengan larutan Kalium Ferrosianida atau Feroamonium sitrat dengan kepekatan baku, disesuaikan dengan kepekaan kertas
pias terhadap intensitas sinar matahari.
§ Sebelum digunakan, kertas pias harus disimpan rapat dan tidak boleh
bereaksi dengan sinar.
-
Dua buah kertas pias dipasang
pada masing-masing tabung dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00.
-
Noda yang terdapat pada kertas
pias dicelupkan terlebih dahulu dalam aquadest segera setelah digunakan,
kemudian diukur panjangnya dalam satuan jam. Nilai pengukuran ini merupakan
nilai PP actual.
Panjang penyinaran =
Sementara PP potensial merupakan panjang penyinaran yang
seharusnya dapat terjadi bila udara cerah selama 1 periode.
7.2. Solarimeter Tipe Combell Stokes
Bagian-bagiannya :
a. Lensa bola kaca pejal dengan jari-jari 7.3 cm
b. Busur pemegang bola kaca pejal
c. Sekrup pengunci kedudukan lensa
d. Sekrup pengatur kemiringan
e. Mangkuk tempat kertas pias
Satuan alat : jam
Satuan pengukuran : %
Ketelitian alat : 0,5 jam
Prinsip kerja : pemfokusan sinar matahari
Fungsi alat : mengukur panjang penyinaran
matahari
Cara kerja :
Alat ini
terdiri dari sebuah bola pejal yang terbuat dari gelas pejal. Sinar matahari
akan difokuskan oleh bola pejal tadi pada suatu kertas tebal yang peka. Kertas
pias yang berskala dalam jam ini dipasang pada mangkok yang kosentris dengan
bola gelas tersebut. Sinar matahari yang difokuskan pada kertas pias akan
membakar dan meninggalkan bekas noda. Durasi total penyinaran matahari cerah
sepanjang siang hari didapatkan dengan mengukur panjang total dari bekas noda
pada kertas pias.
Cara pemasangan :
·
dipasang pada
tempat terbuka dan diletakkan pada beton yang agak tinggi sehingga dalam
keadaan normal sensor dapat menangkap sinar matahari pada ketinggian 3 m diatas
horison
·
pemasangan
alat sedemikian rupa sehingga :
-
mangkuk
tempat pemasangan kertas pias menunjuk arah timur-barat
-
bagian bawah
alat harus benar-benar datar (diatur dengan leveling)
-
lensa bola
bersama dengan tempat kertas pias dimiringkan sesuai dengan letak lintang
tempat pengamatan.
Cara pengamatan :
·
kertas pias
dipasang dan diganti tiap hari pukul 18.00
·
kertas pias
yang digunakan ada 3 macam yaitu bentuk lurus, bengkok panjang, dan bengkok
pendek
·
jadwal
penggunaan masing-masing bentuk kertas pias tergantung letak pengamatan dan
kedudukan matahari terhadap tempat tersebut
·
pengukuran
panjang penyinaran aktual dilakukan dengan ketelitian 0,1 jam dengan ketentuan
:
-
noda langsung
bundar dihitung 0,5 panjang garis tengah noda
-
noda
berbentuk titik, setiap 2 atau 3 titik dihitung 0,1 jam
-
noda
berbentuk garis berlubang, dihitung dikurangi 0,1 jam setiap pemutusan
noda berbentuk garis tidak berlubang
tidak perlu dikoreksi
8.
Alat Pengukur Intensitas Penyinaran Matahari
8.1. Aktinograf
Bagian-bagiannya:
a. Lempeng logam warna putih
b. Lempeng logam warna hitam
c. Lembar kaca pyrex
d. Pena/penera grafik
e. Silinder kertas grafik
Satuan alat :
cm2
Satuan pengukuran :
kal/cm2/hari
Ketelitian alat :
1 cm2
Prinsip kerja :
beda muai logam hitam dan putih
Fungsi alat :
mengukur internsitas penyinaran matahari
Cara kerja :
Lempeng logam warna
hitam berfungsi untuk menyerap radiasi matahari karena lempeng logam berwarna
hitam dapat bereaksi terhadap radiasi matahari. Karena dapat menyerap radiasi
matahari maka logam warna hitam suhunya lebih tinggi daripada lempeng warna
putih. Lempeng putih memantulkan radiasi sehingga lempeng logam putih hanya
terpengaruh oleh suhu udara. Perbedaan suhu antara logam bimetal dapat
menyebabkan pergerakan pada pencatat karena pergerakan pena pencatat yang
terdapat pada pencatat menggoreskan tintanya pada silinder kertas grafik dan
fungsi dari lembar kaca pyrex yang berbentuk setengah lingkaran adalah sebagai
rumah kaca yaitu menyerap gelombang pendek yang dapat diterima oleh lempeng
logam warna hitam sehingga terjadilah reaksi tersebut.
Cara pemasangan :
alat dipasang pada
tempat terbuka diatas tiang beton yang kuat dan bagian atas dibuat sedemikian
rupa sehingga selain sinar katoda 15o diatas horizon bumi, sinar
harus bebas menerima sensor.
Cara pengamatan :
·
Kertas grafik
dipasang dan diganti setiap sore pukul 18.00
Grafik yang digambar diukur luasan
dibawah grafik tersebut dengan alat polarimeter, luasan yang terukur
disetarakan terhadap satuan kal/cm2/hari.
9.
Alat Pengukur Kecepatan Angin
9.1. Cup Anemometer
Bagian-bagiannya :
a. Mangkuk anemo
b. Pencatat jarak
c. Tiang penyangga
Satuan alat :
km
Satuan pengukuran :
km/jam
Ketelitian alat :
0,5km
Prinsip kerja :
sistem mekanik (gir)
Fungsi alat :
untuk mengukur kecepatan angin
Cara kerja :
Alat ini memberi
tangapan atas gaya dinamik yang berasal dari angin yang bekerja pada alat
tersebut. Gaya dinamik angin pada permukaan cekung mangkok lebih besar daripada
permukaan cembung mangkok.hal ini menyebabkan mangkok berputar pada sumbu
vertikal. Cup menggerakkan sistem mekanik dan sistem tersebut akan menunjukkan
skala.
Cara pemasangan :
·
Alat dipasang
pada tiang/menara dengan ketinggian 0,5m ; 2m ; atau 10m dengan ketentuan
sebagai berikut :
- ketinggian 0,5m untuk mengetahui apakah daerah itu
cocok untuk tanaman semusim
- ketinggian 2m untuk mengetahui apakah daerah itu
cocok untuk tanaman 1 tahun (perkebunan)
- ketinggian 10m untuk mengetahui apakah daerah itu
cocok untuk tanaman 2 tahun (kehutanan).
·
Pemasangan
harus pada tempat terbuka, jarak benda terdekat paling sedikit 10 kali tinggi
benda tersebut
Cara pengamatan :
·
Tiap pagi
pukul 07.00 dicatat angka yang tertera pada pencatat
·
Rerata
kecepatan angin dapat dihitung dengan rumus besarnya selisih pembacaan hari
kedua dengan hari pertama (jarak tempuh angin) dibagi dengan waktu antara beda
pengamatan tersebut (periode satu hari = 24 jam)
Satuan pengamatan adalah km/jam.
9.2.
Hand Anemometer
Bagian-bagiannya :
a. Mangkuk anemo
b. Speed meter
c. Skala Beauford
d. Tangkai pegangan tangan
Satuan alat :
m/s
Satuan pengukuran :
m/s
Ketelitian alat :
0.5 m/s
Prinsip kerja :
sistem GGL induksi (seperti sistem dynamo)
Fungsi alat :
mengukur kecepatan angin
Cara kerja :
Bila ada angin,
angin akan menggerakkan mangkok dan menghasilkan listrik karena didalamnya ada
magnet (dinamo) dan kecepatan angin sesaat dapat dibaca pada skala Beauford
Cara pemasangan :
jinjing (portable)
Cara pengamatan :
·
kecepatan
angin sesaat dapat diketahui dengan membaca langsung pada pencatat
·
satuan alat
dalam m/s atau skala Beauford
9.3.
Biram Anemometer
Bagian-bagiannya :
a. Kipas anemo
b. Jarum pencatat jarak per 100 m
c. Jarum
pencatat jarak per 1000 m
d.
Pengunci (ke arah kanan terbuka ke arah kiri terkunci)
Satuan alat :
m
Satuan pengukuran :
m/s
Ketelitian alat :
0,5 m
Prinsip kerja :
sistem mekanik
Fungsi alat :
mengukur kecepatan angin
Cara kerja :
Angin masuk
menggerakkan kipas dan menyebabkan jarum bergerak, kecepatan angin pada waktu
itu dapat dibaca pada skala.
Cara pemasangan :
jinjing (portable)
Cara pengamatan :
·
umumnya alat
ini digunakan untuk pengiukuran rerata kecepatan angin pada periode pendek
satuan dalam m/s
·
cara
pengukuran seperti pada cup anemometer
10. Alat Pengukur Evaporasi
10.1.
Panci
Evaporasi klas A
Bagian-bagiannya :
b. Panci evaporasi dengan diameter 120,7 cm,
tinggi 25 cm, dan
tebal panci 0,8 cm.
c. Rangka kayu / besi.
d. Tabung peredam riak/gelombang dengan
diameter 10 cm.
e. Hook (batang kail) dan skala pengukur (nonius).
f. Sekrup pemutar batang pengukur
Satuan alat :
mm
Satuan pengukuran :
mm
Ketelitian alat :
0,02 mm
Prinsip kerja :
pengukuran selisih tinggi permukaan air
Fungsi alat :
mengukur evaporasi
Cara kerja :
Ujung kecil atau
hook diatur hingga menyentuh permukaan air, waktu berikutnya hook kembali
diatur sampai permukaan air. Selisih antara pembacaan I dan II adalah besarnya
penguapan air.
Cara pengamatan :
·
Mula-mula
ujung hook diatur dengan skrup pemutar, tepat menyentuh permukaan air. Tinggi
air kemudian dapat dibaca pada penera (sampai ketelitian 0,02mm)
·
Pada sore
hari berikutnya, ujung hook diatur kembali sampai menyentuh permukaan air
·
Selisih
pembacaan I (P1) dan II (P2) merupakan besarnya penguapan
air
·
Jika terdapat
hujan, rumus perhitungan evavorasi adalah P1.P2 + CH (dalam mm)
·
Kapasitas
maksimum terjadi apabila terjadi hujan sebesar 50mm pada periode pengamatan
Penguapan yang terukur adalah
permukaan pada air terbuka.
10.2.
Piche Evaporimeter
Bagian-bagiannya :
a. Tabung kaca tempat air yang berskala
dalam satuan mm
b. Kawat penjepit tempat meletakkan kertas berpori
c. Penggantung
d. Kertas saring
Satuan alat :
ml
Satuan pengukuran :
mm
Ketelitian alat :
0,05 ml
Prinsip kerja :
pengukuran selisih tinggi permukaan air
Fungsi alat :
mengukur evaporasi
Cara kerja :
Air diisikan pada
skala tertentu, air bergerak namun tidak dapat menetes karena adanya gaya gesek
kain berpori dengan air dihubungkan dengan pipa kapiler yang menjaga supaya
kain berpori selalu basah. Dari pembacaan berturut-turut volume air yang
tinggal di dalam tabung pengukur dapat diketahui banyaknya air yang hilang
karena penguapan setiap saat.
Cara pemasangan :
tabung diisi dengan
air dan digantung di dalam ruangan atau sangkar meteorologi
Cara pengamatan :
Pengamata dilakukan sehari sekali.
Mula-mula mengamati tinggi permukaan air (P1) pengamatan kedua dilakukan
keesokan harinya (P2). Besarnya penguapan adalah selisih pengamatan pertama
(P1) dengan pengamatan kedua (P2).
V. PEMBAHASAN
1. Alat Pengukur Curah Hujan
1.1. Ombrometer tipe observatorium
Kelebihan alat ini yaitu pemakaiannya mudah dan
praktis, selain itu, ketelitian alat cukup kecil sehingga memungkinkan untuk
memperoleh data hasil pengukuran yang lebih valid. Kekurangan peralatan ini
yaitu memerlukan pengamatan berulang untuk mendapatkan data hasil karena
diamati harian.Satuan alat ini adalah mm dan
satuan pengukurannya yaitu mm.Cara kerja dari alat ini yaitu air hujan
masuk ke mulut penangkar, kemudian melalui corong sempit masuk ketabung
penampung. Membuka kran untuk mengambil airnya, dilakukan 3 X (pukul: 07.00,
13.00, 18.00 WIB).Data curah hujan harian didapat ukur dengan membuka kran dan
airnya ditampung dalam gelas penakar yang bersatuan mm tinggi air.Cara
pemasangan alat ini yaitu alat ditempatkan di lapangan terbuka dengan jarak
terhadap pohon atau bangunan terdekat sekurang – kurangnya sama dengan tinggi
pohon atau bangunan tersebut. Lalu, permukaan mulut corong harus benar – benar
horisontal dan dipasang pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Cara
pengamatan dilakukan setiap pukul 07.00.
1.2. Ombrograf
Kelebihan dari ombrograf
ini yaitu pengamatannya lebih efisien karena grafik akan terbentuk secara
otomatis dengan perubahan volume air di dalam tabung penampung. Dengan data
yang berbentuk grafik dapat diperoleh informasi mengenai curah hujan secara
bersinambungan dalam periode tertentu. Namun, alat ini mempunyai kelemahan
yaitu daya tampungnya hanya 60 mm sehingga tidak bisa mengamati curah hujan
lebih dari ukuran itu. Cara kerja dari ombrograf yaitu air hujan ditampung
dalam silinder yang didalamnya terdapat sebuah pelampung yang dapat bergerak
keatas oleh air hujan yang tertampung. Curah hujan kemudian dicatat pada pias
dengan sebuah pena pencatat yang digerakan oleh pelampung tersebut. Selain itu
juga kelemahan pada ketelitian alat yang mencapai 2 mm sehingga data yang
dihasilkan kurang valid dibandingkan ombrometer tipe observatorium. Hal ini
disebabkan data yang dihasilkan berdasarkan gerakan pena yang dimungkinkan bisa
bergerak juga akibat factor selain pena seperti halnya akibat tersenggol
pengamat.Cara pemasangan alat ini yaitu pertama – tama alat ditempatkan di
lapangan terbuka dengan jarak terhadap pohon atau bangunan terdekat sekurang –
kurangnya sama dengan tinggi pohon atau bangunan tersebut. Alat dipasang di
atas permukaan tanah dengan tinggi permukaan mulut corong 40 cm dari permukaan
tanah. Cara pengamatan pada alat ini yaitu kertas grafik dipasang pada silinder yang berputar secara otomatis. Penggantian
kertas grafik dilakukan seminggu sekali.
2. Alat Pengukuran Kelembaban
Nisbi Udara
2.1. Psikrometer
Sangkar
Kelebihan dari
termometer ini yaitu dapat diketahui titik uap dan titik embun sekaligus serta
penggunaannya mudah. Namun kelemahan pada alat ini yaitu kemampuan terbatas
pada kecepatan angin 3-5m / detik dan datanya dipengaruhi oleh kecepatan angin
yang ada dilokasi tersebut dimana diketahui bahwa hembusan / kecepatan angin
tiap waktunya selalu berbeda – beda.Satuan alat ini yaituºC, sedangkan satuan
pengukurannya yaitu %. Alat ini memiliki ketelitian 0,50°C.Cara kerja
psikometer sangkar yakni adanya suhu bola kering (T) dan suhu bola basah (t) T
lebih rendah dari pada t karena untuk penguapan air pada kran yang membalut
bola termometer bola basah, memerlukan bahan. Bahan yang diperlukan tersebut
diambil dari udara yang bersentuhan dengan bola basah tersebut sehingga
termometer bola basah menunjukan suhu udara tersebut yang lebih rendah.Cara
pemasangan psikometer sangkar yaitu psikometer sangkar dipasang di dalam
sangkar meteo. Kain kasa pada termometer bola basah (TBB) harus bersih dan
dibasahi secara kapilaritas. Mula – mula dilakukan pembacaan suhu TBB kemudian
TBK. Kelembapan dicari dalam tabel, berdasarkan nilai selisih suhu pada TBB dan
TBK.
2.2. Sling Psikrometer
Kelebihan
dari sling psikrometer yaitu penggunaannya mudah. Namun kelemahannya yaitu
kecepatan putaran slingpsikrometer akan menetukan derajat penurunan temperatur diketahui bahwa kecepatan
putaran tangan tidak selalu konstan dan alat ini juga mudah pecah.Satuan
alat ini yaitu °C dengan ketelitian 0,2°C. Prinsip kerja alat ini juga
berdasarkan Hukum Termodinamika. Alat ini pemasangannya jinjing (portable). Untuk pengamatannya yaitu
dengan dibasahinya kain kassa pada TBB, lalu slingpsikrometer diputar 33x
dengan kecepatan 4 putaran/detik.
2.3.
Psikrometer Type Assman
Kelebihan
alat ini yaitu bisa dipasang di dalam sangkar meteo atau digantung pada
tiang/dipegang. Biasanya alat ini dipasang pada balon berawak. Kekurangan alat
ini yaitu keterbatasan kemampuan kecepatan angin yaitu sekitar 5m/detik. Satuan
alat ini yaitu °C dengan ketelitian 0.2°C. Prinsip kerjanya berdasarkan Hukum
Termodinamika. Cara pemasangannya yaitu jinjing (portable). Untuk pengamatannya
kain kassa pada TBB dibasahi. Kemudian pegas kipas diputar sehingga kipas akan
mengalirkan udara dengan kecepatan 5 m/s di bagian reservoirnya dengan lebih
stabil karena menggunakan sistem putaran mekanik sehingga fluktuasi atau
perubahan selisih yang terjadi bisa lebih valid untuk diketahui.
2.4. Higrometer dan Higrograf
Prinsip
kerjanya adalah mengukur kelembaban nisbi udara berdasarkan perubahan panjang
bahan higroskopis (rambut manusia) jika menyerap atau menguapkan air.
Penggunaan rambut manusia ini baik digunakan di daerah dengan kelembaban nisbi lebih dari 2,5 % karena rambut manusia
berubah panjang 2,5 % akibat perubahan kelembaban nisbi. Oleh karena itu,
sekarang rambut manusia dapat diganti dengan rambut kuda yang lebih kuat dan
mudah memanjang akibat kelembaban nisbi yang rendah.
Alat pengukur kelembaban nisbi yang bekerja secara
otomatis adalah higrograf. Sifatnya yang praktis menyebabkan alat ini banyak
digunakan meskipun kurang teliti (nilai ketelitian 3 %). Selain itu, mudah
diamati hanya dengan melihat grafik yang digambar oleh silinder otomatis. Alat
ini juga mempunyai kelemahan seperti halnya alat lain yang menggunakan kertas
grafik, harus menggantinya seminggu sekali dan jika kertas habis ketika alat
masih bekerja maka data tidak tergambarkan sehingga kurang teliti.
Dari kelebihan dan kelemahan
kelima alat tersebut dapat diketahui bahwa psikrometer mempunyai ketelitian dan
ketepatan yang lebih tinggi sehingga alat ini sering digunakan daripada
higrometer dan higrograf.
3.
Alat Pengukur Suhu Udara
Alat pengukur suhu udara antara lain terdiri dari termometer biasa,
termometer maksimum udara, termometer minimum udara, dan termometer
maksimum-minimum Six Bellani. Termometer biasa kelebihannya adalah mudah cara
pemakaian dan pengamatannya karena air raksa yang digunakan tampak mengkilap.
Sedangkan kekurangannya adalah air raksa yang digunakan sebagai isisan hanya
memiliki tingkat pemuaian kecil (volume naik hanya 0,0182 % perK). Termometer
minimum memiliki kelebihan yaitu menggunakan zat cair alkohol yang pemuaiannya
sejalan kenaikan suhu terdapat kenaikan 6 kali tingkat pemuaian air raksa
sehingga dapat digunakan pada tangkai dengan diameter dalam yang lebih besar
tetapi dapat menghasilkan kepekaan yang diperlukan. Kekurangannya alkohol tidak
semengkilap air raksa. Termometer maksimum kelebihannya adalah adanya penyempitan
pipa kapiler di dekat reservoir. Kekurangannya adalah air raksa memiliki
tingkat pemuaian kecil. Termometer Six Bellani mempunyai kelebihan yaitu dapat
memperoleh data suhu maksimum dan minimum secara bersamaan. Kekurangannya alat
ini kurang teliti karena adanya beda muai antara air raksa dan alkohol.
4.
Alat Pengukur Suhu dan
Kelembaban Nisbi Udara
Terdiri dari termohigrometer
dan termohigrograf. Kedua alat ini bersifat portable dalam pemasangan dan diletakkan dalam sangkar meteo untuk menghindari pengaruh
sinar matahari. Ketelitian kedua alat ini sama saja, hanya termohigrometer
lebih praktis dibandingkan dengan termohigrograf yang lebih kompleks, bagian
dari alatnya seperti kertas grafik harus diamati setiap minggu. Kekurangan kedua alat ini, yaitu kelembabannya akan menurun jika sensor
rambut terkena debu atau kotoran sehingga daya serap air berkurang.
5.
Alat Pengukur Suhu Tanah
Alat yang sering digunakan
yaitu termometer permukaan tanah (jeluk 0cm), termometer tanah
selubung kayu (jeluk 10cm),termometer tipe bengkok (jeluk 10cm), termometer
tanah tipe simons (jeluk 50cm), stick termometer (jeluk 100cm), dan termometer
tanah maksimum-minimum. Pada prinsipnya hanyalah
termometer biasa yang dimodifikasi untuk pengamatan suhu tanah yaitu dengan
dibuat pelindung termometer ataupun dengan dibuat bengkok agar mudah
pengamatannya.
Untung memasang termometer
pada tanah, terlebih dahulu dibuat lubang kemudian dipasang besi penyangga
termometer dan dimasukkan bola termometer ke dalam lubang tersebut. Lubang lalu
dituutp kembali. Usahakan tanah dihancurkan terlebih dahulu, karena termometer
ini sangat rapuh maka pengukuran dilakukan dengan hati-hati. Dari keenam
termometer di atas, yang paling praktis adalah termometer tanah
maksimum-minimum karena dapat mengukur tiga data suhu sekaligus, yaitu :
1. Jarum merah akan menunjukkan suhu maksimum
2. Jarum hijau yang menunjukan suhu minimum
3. Jarum hitam akan menunjukkan suhu sesaat.
Sedangkan
termometer
tanah tipe bengkok, kelebihannya adalah mudah dilihat skalanya setelah ditanam
karena bentuknya bengkok. Kekurangannya harus dilubangi terlebih dahulu
untuk tanah 20 cm karena alatnya tidak
kuat dan hanya dapat mengukur pada kedalaman tersebut.
Alat berikutnya,
termometer tipe Symons, kelebihannya termometer zat cair terlindung pipa
pelindung, berfungsi untuk mengukur suhu
jeluk tanah padakedalaman ±50 cm. Kelemahannya alat tidak praktis untuk dibawa/dijinjing,
tanah dibuat lubang dengan bor sedalam 50 cm sebelum reservoir dimasukkan.
Selanjutnya,
stick termometer. Kelebihannya, mampu mengukur hingga kedalaman 100 cm dan
skala mudah diamati. Pengamatan pada alat ini dilakukan
setelah jarum penunjuk suhu knstan sehingga suhu dapat dibaca pada skala yang
ditunjuk jarum penunjuk. Alat ini memiliki kelebihan, diantaranya adalah
berfungsi untuk mengukur suhu jeluk tanah pada kedalaman ±100 cm, skala suhu
dapat dilihat dengan mudah setelah suhu konstan,tanah tidak perlu dibor
terlebih dahulu sebelum reservoir dimasukkan. Kemudian kekurangan Stick termometer adalah alat ini
tidak praktis untuk dibawa/dijinjing, mudah terjadi adhesi air raksa
dengan dinding kaca karena radiasi intensif dari sinar matahari, sehingga
bagian skala perlu dilindungi kain putih atauselubung putih yang mengkilat.
Selanjutnya adalah
Termometer
maksimum- minimum tanah, kelebihannya, dapat mengukur suhu maksimum dan minimum
tanah sekaligus. Kelemahannya, tidak praktis dalam pembacaan skala karena
menggunakan tiga jarum penunjuk. Pengamatan pada alat
ini dilakukan setelah jarum penunjuk suhu konstanshingga suhu dapat dibaca pada
skala yang ditunjuk jarum penunjuk. Alat ini memilikikelebihann yaitu alatnya
dapat dijinjing, dapat mengukur hingga kedalaman 20 cm.Sedangkan kekurangan
dari alat ini adalah pemasangan termometer harus hati-hati dan tepat karena kesalahan
yang sedikit saja akan berakibat fatal.
6.
Alat Pengukur Suhu Air
Alat yang sering digunakan adalah Termometer Maximum-Minimum
permukaan air.Biasanya diletakkan dalam panci evaporasi kelas A. Alat ini sudah
cukup praktis karena penggunaannya hanya diletakkan di atas permukaan dan data
yang dihasilkan dapat langsung digunakan. Alat ini sama dengan termometer
maximum-minimum Six Belani karena beda antara air raksa dan alkohol.
7.
Alat Pengukur Panjang Penyinaran Matahari
7.1. Solarimeter Tipe Jordan
Solarimeter tipe jordan bekeja berdasarkan reaksi
fotokhemis, kelebihannya adalah melalui noda yang terlihat pada kertas pias
dapat menunjukkan pengukuran pasang penyinaran yang aktual. Kekurangannya,
standard dari kepekaan baku terhadap sinar ditentukan oleh ketelitian penyiapan
kertas pias, penyimpanannya harus rapat dan pengamatan tidak boleh ditunda
sehingga kurang praktis pemakaiannya.
7.2. Solarimeter Tipe Combell Stokes
Solarimeter Combell-stokes adalah alat pengukur panjang penyinaran cahaya matahari yang memilki prinsip kerja pemfokusan sinar matahari.
Alat ini memiliki kelebihan, dapat mengetahui cahaya matahari yang datang
berupa sinar konstan atau tidak, lebih praktis sebab penyerapan kertas piasnya
lebih mudah dan cepat sehingga mudah untuk dilakukan pengamatan. Sedangkan kekurangan dari alat ini
adalah membutuhkan tempat yang tinggi sehingga tidak bisa diletakan disembarang
tempat dan pemasangan harus tepat pada lintang tempat yang akan diukur panjang
penyinarannya.
8.
Alat Pengukur Intensitas Penyinaran Matahari
Aktinograf dwi logam adalah alat untuk mengukur
intensitas cahaya matahari yang
menggunakan prinsip kerja beda muai logam hitam dan putih. Data dapat
diperoleh dengan cara merekam intensitas radiasi matahari total, dengan menutup sensor oleh
kubah kaca yang kedap terhadap radiasi gelombang panjang. Alat ini memilki
kelebihan yaitu, dapat mengetahui intensitas penyinaran secara otomatis.
sedangkan kekurangan dari alat ini adalah membutuhkan tempat yang tinggi
sehingga tidak dapat diletakan disembarang tempat, data yang digunakan berupa
data mentah sehingga perlu dihitung alat Planimeter.
9.
Alat Pengukur Kecepatan Angin
9.1. Cup Anemometer
Cup anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin untuk pengamatan harian. Alat ini memiliki prinsip
kerja berdasarkan sistem mekanik dengan roda gigi (gir). Kelebihan dari alat ini antara lain, dapat
menerima arah angin dari segala arah, kecepatan angin harian dapat diketahui,
perhitungan hasil dilakukan dengan mudah. Kekurangan dari alat ini antara lain,
harus dipasang pada tempat yang tinggi, memiliki jarak yang jauh dari
benda-benda di sekitarnya, kecepatan angin diketahui melalui suatu perhitungan.
9.2. Hand Anemometer
Hand anemometer adalah
alat pengukur kecepatan angin untuk pengamatan sesaat. Prinsip kerja alat ini berdasarkan GGl induksi. Untuk pengamatan cuaca secara
tetap anemometer dipasang pada ketinggian 10 meter. Kelebihan dari alat ini antara lain,
ketelitian alatnya tinggi, bersifat portable sedangkan kekurangan dari alat ini
adalah hanya dapat mengukur kecepatan angin sesaat.
9.3. Biram Anemometer
Biram anemometer alat pengukur kecepatan angin untuk pengamatan periode pendek. Prinsip kerja didasarkan sistem mekanik dengan roda gigi (gir) seperti cup anemometer. Biram anemometer memilki kelebihan yaitu mudah
dibawa (portable), pengamatannya mudah. Sedangkan kekurangan dari alat ini
antara lain, hanya untuk mengukur kecepatan angin dengan periode pendek, kurang
efisien karena kita harus mengusahakan agar arah angin selalu berasal dari
belakang alat.
10. Alat
Pengukur Evaporasi
10.1. Panci Evaporasi Klas A
Panci Evaporasi Klas A
adalah alat untuk mengukur evaporasi (penguapan air) pada permukaan air terbuka. Prinsip kerja alat ini adalah pengukuran selisih permukaan air
sama seperti piche evaporimeter. Kelebihan alat ini adalah tingkat ketelitian
tinggi, dapat mengukur besarnya evaporsi setiap hari, dapat mengukur besarnya
evaporasi meskipun dalam keadaan hujan. Sedangkan kekurangan dari alat ini
antara lain, alat ini hanya akan efisien apabila air dalam panci benar-benar
dalam keadaan bersih, ketika terjadi hujan lebat maka panci akan penuh dan
tumpah sehingga akan sulit menghitung besarnya penguapan, serta alat ini kurang
praktis karena harus memperhitungkan curah hujan yang ada tiap hari.
10.2.
Piche Evaporimeter
Piche Evaporimeter adalah alat untuk mengukur evaporasi (penguapan
air) pada permukaan air tertutup.
Prinsip kerja alat ini adalah pengukuran selisih permukaan air. Kelebihan dari
alat ini adalah memiliki tingkat ketelitian
lebih tinggi dan lebih praktis dalam pengamatan dan pemasangan. Sedangkan
kekurangan dari alat ini antara lain, pengawasan dilakukan setiap hari, alat
ini akan lebih efisien apabila diletakan dalam sangkar meteorologi, tidak bisa
diwakili strata permukaan alamiah secara baik karena ukuran sensor sangat kecil
dan mudah terganggu kotoran dan jamur.
Selain menggunakan alat-alat ukur di atas, digunakan
juga AWS (Authomatic Weather Stasion). AWS merupakan alat pemantau
sekaligus pengukur cuaca yang mampu bekerja secara otomatis dan sangat
sederhana, hanya dengan daya dua buah baterai carger kecil masing-masing
berkapasita 1,5 volt yang telah dirancang khusus dengan memanfaatkan energi
sinar matahari sebagai suplai utama energi baterai AWS mampu bekerja 24 jam
penuh. AWS dilengkapi pula dengan sebuah kaset perekam yang mempunyai kapasitas
rekam hingga 43 hari non stop. AWS bekerja secara praktis dan tidak memerlukan perawatan kusus yang rumit.
AWS telah dilengkapi dengan sistem tertentu sehingga alat sederhana itu
memiliki kemampuan deteksi sampai radius 20 km dari titik dimana AWS
ditempatkan. Dengan adanya AWS dapat diperoleh data suhu dan kelembaban
udara, radiasi matahari, kecepatan angin, arah angin, curah hujan ,dimana
datanya bukan hanya harian saja tapi setiap saat tercatat secara automatic
(secara digital).
Sistem kerja AWS mampu
merekam: suhu udara, radiasi sinar matahari, kecepatan angin, kelembaban udara,
arah angin dan curah hujan. Secara otomatis data-data dari semua hal tersebut
akan dapat terekam dalam berbagai satuan waktu : data tiap 10 menit, data tiap
satu jam, data setiap satu hari bahkan data sesaat juga dapat dilihat saat itu
juga. Di dalam komputer, AWS dikendalikan dengan sistem kusus yang
sederhana dan praktis. Data dari hal-hal yang terekam secara otomatis di kaset
perekam dapat dibaca dan sekaligus diketahui hanya dalam waktu kurang dari satu
menit.
Jika dibandingkan dengan alat
pengukur konvensional yang telah dijelaskan sebelumnya, AWS dirasakan lebih
praktis dan cepat dalam menghasilkan data pengukuran cuaca. Meskipun demikian,
alat ukur konvensional juga mempunyai keunggulan tersendiri meskipun data yang
dihasilkan tidak secepat AWS.
VI. KESIMPULAN
Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan
pengamatan secara terus menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan
(atmosfer) dan pengamatan tentang keadaan biologi dan tanaman dan obyek
pertanian lainnya.
1. Alat-alat pengukur yang ada di stasiun
meteorologi adalah :
a.
Alat pengukur curah hujan : ombrometer
type observatorium, ombrograf.
b. Alat pengukur kelembaban nisbi udara: psikrometer
sangkar, sling psikrometer, psikrometer tipe assman, higrometer, higrograf.
c.
Alat pengukur suhu udara :
termometer biasa, termometer maksimum, termometer minimum, termometer minimum-maksimum
Six Bellani.
d.
Alat pengukur suhu dan
kelembaban nisbi diudara : termohigrometer, termohigrograf.
e.
Alat pengukur suhu tanah :
termometer permukaan tanah, termometer selubung kayu, termometer bengkok, stick
termometer, termometer Simons, temometer minimum-maksimum tanah.
f.
Alat pengukur suhu air :
termometer minimum maksimum permukaan air.
g. Alat pengukur panjang penyinaran matahari
: solarimeter tipe Jordan, solarimeter tipe Combell stokes.
h. Alat pengukur intensitas penyinaran
matahari : aktinograf dwi logam
i.
Alat pengukur kecepatan angin :
cup anemometer, hand anemometer, biram anemometer
j.
Alat pengukur evaporasi : panci
evaporasi kelas A, piche evaporasimeter
2.
Alat yang bersifat manual
mempunyai ketelitian lebih baik dibanding alat yang otomatis.
3.
Alat yang menghasilkan data
matang adalah ombograf, ombrometer higrograf temometer biasa, termometer
maksimum, termometer minimum maksimum Six Bellani termohigrograf,
termometer permukaan tangan, termometer tipe bengkok, temometer tanah tipe
Symons, stick termometer, termometer tanah maksimum dan minimum hand
anemometer, panci evaporasi klas A, Piche evaporasimeter.
4.
Alat-alat yang menghasilkan
data mentah adalah psikrometer sangkar,
sling psikrometer, psikrometer tipe assman termometer selubung kayu, solarimeter
tipe Jordan, solarimeter tipe Combell stokes, aktinograf dwi logam, cup anemometer,
biram anemometer.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009.
Interaction Between Climate and Agriculture. <http://weatherclimate.ahlamontada.com/t23-topic>. Diakses tanggal 12 November 2012
pukul 23.55.
Lakitan,
Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Pramudia, A., Y. Koesmaryono, I. Las,
T. June, I W. Astika, dan E. Runtunuwu.
2008. Penyusunan
model prediksi curah hujan dengan teknik analisis jaringan syaraf
(Neural
Network Analysis) di sentra produksi padi di jawa barat dan banten. Jurnal Tanah
dan Iklim (27) : 11-20.
Oliver, John E.
2005. Encyclopedia of World Climatology. Springer Dordrecht. Berlin.
Runtunuwu E, H. Syahbuddin,dan A.
Pramudia. 2008. Validasi model pendugaan evapotranspirasi : upaya melengkapi
sistem database iklim nasional. Jurnal
Tanah dan Iklim (27) : 1-10.
Sudaryono.
2007. Pengaruh bahan pengkondisi tanah terhadap iklim mikro pada lahan
berpasir. Jurnal Teknologi Lingkungan (2) : 175-184.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar