PEMATAHAN DORMANSI
ABSTRAKSI
Praktikum Fisiologi
Benih acara 2 yaitu “Pematahan Dormansi” dilaksanakan pada hari Senin, 14 Oktober
2013 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam acara
ini adalah pemotong kuku, pisau, sarung tangan, petridish dan alat tulis. Bahan
yang dibutuhkan adalah biji semangka (Citrullus
lanatus), KNO3 pada konsentrasi 10%, air kran, dan kertas
saring. Praktikum ini bertujuan Untuk mengetahui kecepatan pematahan dormansi pada biji
semangka dengan menggunakan bahan kimia dan perlakuan skarifikasi. Parameter yang digunakan adalah menghitung
gaya berkecambah dan indeks vigor untuk mengetahui laju perkecambahan pada biji.
I. PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Benih dari
spesies tanaman,mempunyai sifat dapat menunda perkecambahannya sampai benih
tersebut menemukan kondisi lingkungan yang optimum untuk berkecambah. Akan
tetapi tidak semua benih yang ditanaman dalam kondisi tumbuh optimum akan
berkecambah, meskipun sebenarnya benih tidak mati. Benih hidup yang mempunyai
sifat demikian disebut benih dorman.
Dormansi dapat
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yaitu impermiabilitas kulit biji
terhadap air atau gas ataupun resistensi mekanis kulit biji terhadap
pertumbuhan embrio, embrio yang rudimenter, after ripening, dormansi sekunder
dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih yang mengalami dormansi ini
dapat distimuluskan untuk berkecambah dengan suatu perlakuan mekanis, fisis,
maupun kimia.
Benih yang
berkulit keras seperti mengkudu atau famili Leguminoceae umumnya
memiliki sifat dormansi disebabkan karena kulit biji keras sehingga impermiabel
terhadap air atau gas atau embrio tidak dapat menembus kulit biji. Kadang benih
diselimuti oleh lapisan lilin sehingga pengambilan air untuk proses
perkecambahan terhalang. Perlakuan fisik dengan perusakan kulit (skarifikasi)
misalnya pelukaan, goresan pada kulit benih merupakan salah satu cara
meningkatkan permiabilitas benih dalam air maupun bahan kimia ditujukan untuk
menghilangkan senyawa penghambat perkecambahan yang terdapat dalam kulit benih.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui kecepatan pematahan
dormansi pada biji semangka dengan menggunakan bahan kimia dan perlakuan
skarifikasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dormansi
digambarkan sebagai peristiwa benih yang berkecambah, tidak akan berkecambah
walaupun faktor lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Istilah
dormansi mempunyai aplikasi yang luas dalam fisiologi tanaman yang mengacu pada
ketidak adaan pertumbuhan di dalam bagian tanaman yang dipengaruhi faktor dalam
dan luar. Dormansi pada biji merupakan salah satu penyebab gagalnya
perkecambahan walaupun biji dapat menyerap air dan berada dalam temperatur dan
tingkat oksigen yang baik (Edmon et al.,
1957).
Biji
akan berkecambah setelah mengalami masa dorman yang disebabkan berbagai faktor
internal, seperti embrio masih berbentuk rudiment atau belum masak (dari segi
fisiologis), kulit biji yang tahan (impermeabel), atau adanya penghambat
tumbuh. Kekerasan kulit biji merupakan hambatan fisik terhadap perkembangan
embrio sehingga menyebabkan embrio kurang mampu menyerap air dan oksigen serta
karbon dioksida tidak dapat keluar secara baik yang berakibat proses respirasi
tidak sempurna. Berbagai cara untuk memperpendek dormansi dapat dilakukan
dengan meretakkan kulit biji, perendaman dalam zat kimia seperti kalium nitrat
pada konsentrasi tertentu atau dengan pemanasan (Harjadi, 2002).
Kualitas
benih ditentukan antara lain oleh tingkat kemasakan biji yang dalam proses
perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah. Benih yang berasal
dari yang masih muda, kualitasnya akan jelek karena benih akan menjadi tipis,
ringan, dan keriput, serta apabila dikeringkan daya hidupnya sangat rendah.
Dalam hal itu, kemungkinan embrio blum berkembang sempurna dan cadangan makanan
dalam endosperma belum lengkap (Santosa, 2004).
Benih
Striga asiatica memerlukan stimulasi
dalam pengkondisian (pra-kondisi/pra-perawatan) dan stimulasi kimia sebelum
mereka berhasil berkecambah (Vogler et
al., 1996). Bahan perbanyakan yang digunakan lamtoro adalah bijinya,
sebaiknya biji itu diambil dari polong yang telah tua. Daya hidup biji sungguh
tinggi. Presentase daya kecambahnya dalam 8 hari mencapai 80% bila biji yang
dikecambahkan itu sebelumnya direndam dalam air panas (80oC) selama
2-3 menit. Presentase ini dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan pengocokan
air panas (Vogler et al., 1996 cit. Anonim, 2010).
Dormansi
biji primer lebih umum dari dormansi biji sekunder. Dapat dalam bentuk dormansi
eksogen atau endogen. Dormansi primer eksogen adalah suatu kondisi dimana input
lebih penting (Misalnya: air, cahaya, dan suhu) tidak tersedia untuk benih dan
perkecambahan tidak terjadi. Genetika dan faktor lingkungan juga memodifikasi
ekspresi dormansi eksogen. Dormansi endogen primer juga dipengaruhi oleh banyak
faktor lingkungan selama biji dalam kondisi pengembangan atau pematangan
(Siregar dan Utami, 1994). Faktor eksternal
perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya senyawa-senyawa
kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan (Mayer, 1975).
Perlakuan
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi biji, sedangkan skarifikasi
adalah salah satu upaya perlakuan pada benih yang ditujukan untuk mematahkan
dormansi. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan dengan cara fisik, mekanis
dan khemis (Zono, 2009). Larutan
asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji
menjadi lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah (Esmaeili, 2009).
III. METODOLOGI
Praktikum
fisiologi biji acara II yaitu Pengukuran Laju Respirasi Benih dilaksanakan pada
hari Senin, 14 September 2013 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam acara ini adalah pemotong
kuku, pisau, sarung tangan, petridish dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan
adalah biji semangka (Citrullus lanatus),
KNO3 pada konsentrasi 10%, air kran, dan kertas saring.
Langkah
kerja praktikum ini yakni disiapkan
benih semangka yang baru dipanen (setelah disortasi). Kemudian, biji semangka
dicuci bersih pada air kran yang mengalir, dan digosok menggunakan abu gosok.
Dipecah bagian ujung benih semangka untuk satu perlakuan (K1) dengan
menggunakan pemotong kuku. Direndam benih semangka dengan larutan KNO3
pada konsentrasi 10% selama 48 jam (K2). Pastikan semua benih terendam
sempurna. Benih semangka dikecambahkan pada petridish tiap kombinasi perlakuan
sebanyak 30-50 butir biji, dilakukan sebanyak 4 ulangan. Diamati vigor benih
setiap hari selama 7 hari. Pengamatan daya tumbuh benih dilakukan pada umur 21
hst dan di analisis data menggunakan Uji T (T-test).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Parameter
|
skarifikasi
|
kimiawi
|
ket
|
GB
|
85
|
49,17
|
ns
|
IV
|
7,87
|
0
|
*
|
Ket: - * (Beda nyata)
- ns (Tidak beda nyata)
Contoh perhitungan GB =
Skarifikasi (ulangan 1) =
GB rata-rata
(skarifikasi) =
Contoh perhitungan IV =
Skarifiksi (ulangan 1) =
IV rata-rata
(skarifikasi) =
B.
Pembahasan
Dormansi
adalah keadaan suatu biji yang tidak mau berkecambah meskipun berada pada
keadaan yang mendukung utnuk berkecambah atau kondisi biji/benih yang gagal dan
tidak mau berkecambah meskipun keadaan dalam serta luar biji menguntungkan
untuk berkecambah dormansi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain komposisi gas atau udara dan suhu yang kurang sesuai atau memadai, adanya
zat penghambat, kulit biji yang keras, embrio belum dalam keadaan matang,
embrio yang rudimentair, dan kulit biji yang impermeable atau sulit menyerap air. Dormansi dapat dipengaruhi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal
dari keadaan biji itu sendiri misalnya kulit biji yang keras sehingga
menyebabkan dormansi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor di luar keadaan
biji yang menyebabkan dormansi, misalnya keadaan lingkungan yang berada pada
suhu lingkungan tang terlalu ekstrem (suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin). Biji yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya atau tidak adanya
proses imbibisi air, proses respirasi tertekan atau terlambat, dan rendahnya
proses metabolisme cadangan makanan. Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak
benih masak secara fisiologi ketika masih berada pada tanaman induknya.
Ada beberapa tipe dormansi, yaitu
dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.
1.
Dormansi Fisik
Pada tipe dormansi ini yang
menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang
keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau
gas pada berbagai jenis tanaman. Yang
termasuk dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas kulit biji
terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe
dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang
kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade
yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin. Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat
menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari
bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi benih.
b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan
embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa
jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup
kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika
kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini
juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia,Eucalyptus,
dll (
Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa
dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh
kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan
embrio dapat diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau
kulit biji.
c. Adanya zat penghambat
Sejumlah jenis mengandung zat-zat
penghambat dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan. Zat penghambat
yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih
tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat.
dormansi fisiologis
adalah :
a. Immaturity Embrio
Pada
dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya
sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih
ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap
terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
b. After ripening
Benih
yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu
agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After
Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi
fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu
berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari
sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
c. Dormansi Sekunder
Dormansi
sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah,
tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama
beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah.
Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi
yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan
cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga
dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada
kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga
pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.
d. Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis
pada embrio.
Dormansi
ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio.
Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara
lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids
Lactone (Counamin) dll
Keuntungan
dari keadaan dormansi suatu biji misalnya yang disebabkan adanya penghambat
dalam cairan daging buah adalah biji dapat bertahan lama sehingga dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan kerugiannya yaitu diperlukan
waktu yang lama dan perlakuan khusus untuk mengecambahkan biji tersebut.
Dormansi dapat dipecahkan melalui beberapa metode sesuai dengan penyebab dari
dormansi biji. Tujuan dari pemecahan dormansi ini adalah untuk memecahkan masa
dormansi biji sehingga biji lebih cepat berkecambah. Metode pemecahan dormansi
antara lain pemberian zat kimia yang dapat mempercepat perkecambahan seperti H2SO4,
KNO3 dan larutan dextrose,
dan metode skarifikasi pada biji yang berkulit keras. Pada praktikum pematahan
dormansi dilakukan dua macam perlakuan, yaitu perlakuan mekanis pada biji
berkulit keras (dengan gunting kuku), perlakuan khemis pada biji berkulit keras
(dengan KNO3) dengan
penggunaan biji berkulit keras adalah biji semangka (Citrullus lanatus). Biji semangka merupakan salah satu biji yang
mempunyai kulit berbiji keras. Perlakuan mekanis diantaranya dengan dipecah
bagian ujung semangka dikecambahkan. Kulit biji yang terlalu keras menyebabkan
biji bersifat impermeable pada air
dan gas-gas yang sangat diperlukan untuk perkecambahan. Selain itu, kulit biji
yang keras menyebabkan embrio yang memiliki daya berkecambah rendah sehingga
tidak dapat menyobek kulit dan berarti embrio tidak dapat keluar untuk tumbuh
sebagaimana mestinya. Fungsi pemecahan pada kulit biji yang keras agar terjadi
celah atau lubang untuk memudahkan air dan udara melakukan aliran yang
mendorong perkecambahan dan sebagai tempat keluar embrio untuk melakukan
pertumbuhan. Apabila perlakuan mekanis tidak berhasil atau gagal disebabkan
oleh pemecahan bagian ujung benih yang salah karena tepi biji tidak terkelupas
dan kurangnya air yang dibutuhkan oleh biji untuk berkecambah.
Dormansi
yang disebabkan oleh kulit biji yang keras dapat dipecahkan melalui (a) metode
skarifikasi (mekanis) misalnya pengupasan, pemecahan, pengikiran, serta
pemotongan sebagian kulit; (b) perlakuan khemis seperti pemberian alkohol, H2SO4,
dan kalium nitrat; (c) perlakuan fisis misalnya dengan perebusan atau perlakuan
pada suhu tertentu. Keadaan biji yang keras menyebabkan kulit biji sulit
menyerap air dan udara sehingga menghambat perkecambahan.
Dormansi
yang disebabkan oleh embrio yang rudimentair dapat dipecahkan melalui
penambahan khemikalia seperti larutan dextrose 5%. Embrio yang tidak
sempurna misalnya terdapat pada biji melinjo (Gnetum Gnemon).
Kadang–kadang biji hanya berisi endosperm tanpa atau dengan embrio kecil yang
kurang berkembang. Keadaan ini tentu akan menyebabkan biji menjadi sulit untuk
berkecambah.
Penggunaan
bahan kimia seharusnya mempunyai keuntungan yang lebih bila dibandingkan dengan
perlakuan mekanis, dengan perlakuan mekanis kurang efisien dan efektif baik
dalam waktu dan tenaga terutama bila diterapkan dalam proses perkecambahan
dalam jumlah besar. Disamping memberikan keuntungan, perlakukan khemis juga
memberikan kerugian yaitu apabila dosisnya berlebihan dan metode
pelaksaannya tidak cermat akan menghambat proses perkecambahan. Ini
terjadi karena sifat bahan kimia yang keras dan juga karena kulit biji sangat
peka terhadap pengaruh dari luar. Selain itu juga disebabkan kekurangan air
untuk melakukan proses imbibisi air.
Hasil pengamatan yang dilakukan, ditampilkan dalam
bentuk histogram gaya berkecambah dan grafik indeks vigor pada berbagai hari
pengamatan dibawah ini. Gaya berkecambah adalah banyaknya biji yang
berkecambah dari sejumlah biji murni yang dikecambahkan dinyatakan dalam persen
dalam waktu tertentu. Suatu tanaman dikatakan memiliki gaya berkecambah yang
baik jika persentasenya lebih dari 80%. Semakin tinggi persentase gaya
berkecambahnya, maka hal tersebut akan menyatakan kualitas perkecambahan
tanaman yang semakin bagus pula. Sedangkan indeks vigor atau kecepatan
berkecambah adalah banyaknya biji yang berkecambah dari sejumlah biji murni
yang dikecambahkan dalam waktu yang lebih pendek dari pada waktu untuk penentuan
gaya berkecambah. Waktu yang diperlukan untuk menentukan kecepatan berkecambah
adalah waktu dimana jumlah biji yang berkecambah paling banyak. Kecepatan
berkecambah menggambarkan apakah biji
berkecambah serentak atau tidak.
Pada
percobaan perlakuan khemis biji semangka (Citrullus
lanatus) didapat hasil sebagai berikut:
Gambar 2.1 Histogram Gaya Berkecambah benih semangka (Citrullus lanatus) dengan berbagai perlakuan
Pada perlakuan mekanis yaitu dengan memecah
bagian ujung benih semangka (Citrullus
lanatus). Biji semangka ini memiliki kulit biji yang keras sehingga bersifat
impermeabel. Dengan perlakuan mekanik yaitu pemecahan bagian ujung benih sehingga
sifat impermeabelnya berkurang dan zat-zat yang dibutuhkan untuk perkecambahan
seperti air dan oksigen dapat terpenuhi. Berdasarkan hasil pengamatan, didapat
gaya berkecambah dengan skarifikasi sebesar 85% dan perendaman bahan kimiawi
49,17%, sedangkan menurut teori gaya perkecambahan biji yang baik adalah
>80%. Rendahnya gaya berkecambah biji semangka dengan perendaman bahan
kimiawi ini disebabkan konsentrasi KNO3 dan lama perendaman sehingga menimbulkan
kerusakan pada benih. semakin lama benih direndam
benih maka benih tidak berkecambah hal ini dapat terjadi karena benih rusak
terkena zat kimia.
Grafik 2.1 Indeks Vigor Biji semangka (Citrullus
lanatus) Dengan Berbagai Perlakuan
Berdasarkan
grafik di atas, dapat dilihat bahwa indeks vigor biji semangka perlakuan
skarifikasi meningkat pada hari ketiga, akan tetapi dengan kimiawi belum mengalami
perkecambahan sampai hari ke-7. Hal ini disebabkan karena benih semangka
menyerap air dan bahan kimia yang banyak, sehingga proses perkecambahan menjadi
terhambat.
V. KESIMPULAN
1.
Dormansi adalah
keadaan suatu biji yang tidak mau berkecambah meskipun berada pada keadaan yang
mendukung untuk berkecambah.
2.
Dormansi ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adanya zat penghambat, kulit biji
yang keras, embrio dalam keadaan belum matang, embrio yang rudimentair, dan kulit biji yang impermeable atau sulit
menyerap air.
3.
Perlakuan mekanis
dan khemis yang diberikan pada biji yang berkulit keras bertujuan untuk
mengurangi kekerasan kulit biji sehingga biji bersifat permeable terhadap air dan gas yang sangat diperlukan untuk
perkecambahan.
4.
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, pematahan ujung benih semangka akan mempercepat
perkecambahan, akan tetapi perendaman biji dalam KNO3 terlalu lama
dapat memperlambat perkecambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pertumbuhan Biji Tanaman Lamtoro. http://www.eprints.undip.ac.id. Diakses
tanggal 9 November 2013.
Edmond, J. B., T. L. Senn, and F. S. Andrew. 1957.
Fundamentals of Holticulture. McGraw-Hill Book Company, New York.
Esmaeili, M. 2009. Ecology of seed dormancy and
germination of Carex divisa huds: effects of stratification, temperature and
salinity. International Journal of Plant Production, New York.
Harjadi, Sri Setyati. 2002. Pengantar Agronomi. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mayer,
Lynn, 1975, Biology, Harper & Raws Publishers, New
York.
Santoso. 2004. Perkecambahan dan pertumbuhan palem Jepang
(Actinophloeus mochorturii) akibat
perendaman dalam lumpur. Jurnal Natur Indonesia 6: 99-100.
Siregar dan N. W. Utami. 1994. Anatomi Tumbuhan Berbiji.
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Vogler, R. K., Ejeta, G., and Butler, L. G. 1996.
Inheritance of low production of Siriga
germination in stimulant in sorghum. Journal of Crop Science 36: 1185-1186.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar