I.
TUJUAN
1. Mengetahui
macam-macam adaptasi tanaman terhadap ketersedian air.
2. Untuk
mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologi tanaman yang beradaptasi pada
kandungan air yang berbeda.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Air
tanah sangat mempengaruhi perkembangan tanaman baik langsung maupun tidak
langsung. Umumnya sistem perakaran lebih sempurna dihasilkan oleh tanah yang
kandungan airnya cukup baik dan aerasinya baik. Dengan demikian, air sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk spesies kaktus,
menolak kekeringan dengan menyimpan air dalam jaringan selulernya. Air yang
disimpan cukup dan laju kehilangan semakin rendah (karena kutikula sangat tebal
dan stomata menutup pada siang hari) sehingga tumbuhan itu dapat tahan hidup (
Fahn, 1990).
Adaptasi
tanaman terhadap lingkungan merupakan rekayasa secara khusus sifat-sifat
karakteristik anatomi dan fisiologi untuk memberikan peluang keberhasilan
menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Oleh karena itu, adaptasi anatomi dan
fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan hidup
tanaman. Namun demikian,
jenis tumbuhan yang berbeda menunjukkan sensitifitas yang berbeda pula terhadap
perubahan lingkungan, bahkan terhadap bahan tercemar sekalipun (Haryanti,
2009).
Adaptasi
tanaman terhadap kondisi naungan berat dapat dicapai apabila tanaman memiliki
mekanisme penangkapan dan penyerapan air serta penggunaannya secara efisien.
Mekanisme tersebut dapat melalui penyaringan melalui rambut-rambut akar,
pori-pori udara, jaringan pembuluh, dan organel-organel sel. Pada tanaman yang
memiliki kemampuan hidup dalam kondisi air yang melimpah, maka akan terbentuk
rongga udara pada organ vegetatifnya, sedangkan pada tanaman yang hidup pada
kondisi air yang sangat sedikit, maka akan terdapat lilin pada tubuhnya
(Muhuria et al., 2006).
Ada tiga penggolongan tanaman berdasarkan ketersediaan
air dan adaptasinya yakni tanaman yang beradaptasi pada kondisi basah (
hidrofit), tanaman yang beradaptasi pada kondisi kering (xerofit), dan tanaman yang beradaptasi pada
kondisi cukup air (mesofit). Tanaman hidrofit memiliki tempat penyimpanan gas
yang berbentuk rongga udara yang dipisahkan diafragma (aerenkim). Tanaman
mesofit berkutikula tipis, jaringan epidermis bermodifikasi menjadi sel kipas
untuk mengurangi penguapan dan stomata yang terlindungi. Tanaman xerofit bersistem
penebalan kutikula pada epidermis untuk mengurangi kehilangan air. Tanaman xerofit
memiliki sistem akar penetrasi yang memungkinkan absorbsi yang lebih efektif
(Leopald, 1964).
Pada
tanaman yang seluruhnya berada di dalam air atau hydrophytes akan menggantung lemas ketika dalam lingkungan yang
tidak ada air. Pada dasarnya air di sekeliling tumbuhan akan memperkuat
jaringan di batang dan petiol daun sehingga tidak membutuhkan penguat mekanis.
Hal ini merugikan dalam hal fleksibilitas jika terjadi perubahan permukaan air
atau gerakan air (Anonim, 2010).
Contoh
dari tanaman xerophytes yaitu kaktus
(Opunctia sp.), memiliki keistimewaan
yang menyebabkan dapat bertahan hidup di lingkungan dan suasana kering. Tanaman
ini memiliki batang dan daun yang tebal. Bagian ini dilapisi oleh tebal
kutikula dan lilin yang di lapisan permukaan yang berfungsi mencegah kehilangan
air pada proses transpirasi, sedangkan
contoh tanaman Hydrophytes ialah Anacharies lilies, memiliki akar utama
yang kecil dan tidak memiliki bulu akar. Ada suatu jenis tanaman yang menempel
pada tumbuhan lain tetapi tidak menyerap nutrisi dari tanaman yang ditempeli,
biasanya disebut epifit (Kimball, 1965).
Tanaman dapat beradaptasi dengan
lingkungan termasuk terhadap faktor air. Air di dalam tanaman diperlakukan
sebagai media untuk transpirasi hara di dalam tanah keseluruh tanaman. Air
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam produksi tanaman dan
keberhasilan sistem penanaman akan tercapai apabila diatur pembagian airnya.
Kelebihan dan kekurangan air akan menghambat pertumbuhan tanaman secara tidak
langsung akan mempengaruhi produksi tanaman (Wirosoedarmo, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar