Rabu, 20 Juni 2012

ACARA IV ADAPTASI TANAMAN TERHADAP FAKTOR AIR


 
I.       TUJUAN
1.      Mengetahui macam-macam adaptasi tanaman terhadap ketersedian air.
2.      Untuk mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologi tanaman yang beradaptasi pada kandungan air yang berbeda.

II.                TINJAUAN PUSTAKA
Air tanah sangat mempengaruhi perkembangan tanaman baik langsung maupun tidak langsung. Umumnya sistem perakaran lebih sempurna dihasilkan oleh tanah yang kandungan airnya cukup baik dan aerasinya baik. Dengan demikian, air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk spesies kaktus, menolak kekeringan dengan menyimpan air dalam jaringan selulernya. Air yang disimpan cukup dan laju kehilangan semakin rendah (karena kutikula sangat tebal dan stomata menutup pada siang hari) sehingga tumbuhan itu dapat tahan hidup ( Fahn, 1990).
Adaptasi tanaman terhadap lingkungan merupakan rekayasa secara khusus sifat-sifat karakteristik anatomi dan fisiologi untuk memberikan peluang keberhasilan menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Oleh karena itu, adaptasi anatomi dan fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan hidup tanaman. Namun demikian, jenis tumbuhan yang berbeda menunjukkan sensitifitas yang berbeda pula terhadap perubahan lingkungan, bahkan terhadap bahan tercemar sekalipun (Haryanti, 2009).

Adaptasi tanaman terhadap kondisi naungan berat dapat dicapai apabila tanaman memiliki mekanisme penangkapan dan penyerapan air serta penggunaannya secara efisien. Mekanisme tersebut dapat melalui penyaringan melalui rambut-rambut akar, pori-pori udara, jaringan pembuluh, dan organel-organel sel. Pada tanaman yang memiliki kemampuan hidup dalam kondisi air yang melimpah, maka akan terbentuk rongga udara pada organ vegetatifnya, sedangkan pada tanaman yang hidup pada kondisi air yang sangat sedikit, maka akan terdapat lilin pada tubuhnya (Muhuria et al., 2006).
            Ada tiga penggolongan tanaman berdasarkan ketersediaan air dan adaptasinya yakni tanaman yang beradaptasi pada kondisi basah ( hidrofit), tanaman yang beradaptasi pada kondisi kering (xerofit), dan tanaman yang beradaptasi pada kondisi cukup air (mesofit). Tanaman hidrofit memiliki tempat penyimpanan gas yang berbentuk rongga udara yang dipisahkan diafragma (aerenkim). Tanaman mesofit berkutikula tipis, jaringan epidermis bermodifikasi menjadi sel kipas untuk mengurangi penguapan dan stomata yang terlindungi. Tanaman xerofit bersistem penebalan kutikula pada epidermis untuk mengurangi kehilangan air. Tanaman xerofit memiliki sistem akar penetrasi yang memungkinkan absorbsi yang lebih efektif (Leopald, 1964).
Pada tanaman yang seluruhnya berada di dalam air atau hydrophytes akan menggantung lemas ketika dalam lingkungan yang tidak ada air. Pada dasarnya air di sekeliling tumbuhan akan memperkuat jaringan di batang dan petiol daun sehingga tidak membutuhkan penguat mekanis. Hal ini merugikan dalam hal fleksibilitas jika terjadi perubahan permukaan air atau gerakan air (Anonim, 2010).
Contoh dari tanaman xerophytes yaitu kaktus (Opunctia sp.), memiliki keistimewaan yang menyebabkan dapat bertahan hidup di lingkungan dan suasana kering. Tanaman ini memiliki batang dan daun yang tebal. Bagian ini dilapisi oleh tebal kutikula dan lilin yang di lapisan permukaan yang berfungsi mencegah kehilangan air pada proses transpirasi, sedangkan contoh tanaman Hydrophytes ialah Anacharies lilies, memiliki akar utama yang kecil dan tidak memiliki bulu akar. Ada suatu jenis tanaman yang menempel pada tumbuhan lain tetapi tidak menyerap nutrisi dari tanaman yang ditempeli, biasanya disebut epifit (Kimball, 1965).
            Tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan termasuk terhadap faktor air. Air di dalam tanaman diperlakukan sebagai media untuk transpirasi hara di dalam tanah keseluruh tanaman. Air merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam produksi tanaman dan keberhasilan sistem penanaman akan tercapai apabila diatur pembagian airnya. Kelebihan dan kekurangan air akan menghambat pertumbuhan tanaman secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi tanaman (Wirosoedarmo, 2006).

Tidak ada komentar: