PENGUKURAN LAJU RESPIRASI BENIH
ABSTRAKSI
Praktikum Fisiologi Benih acara
3 yaitu Pengukuran Laju Respirasi Benih dilaksanakan pada
hari Senin, 28 Oktober 2013
di
Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan antara lain larutan
NaOH 0,2 N, larutan BaCl2, larutan HCl 0,1 N, larutan indikator
phenolphtalein, kacang tanah (Arachis
hypogaea), Jagung (Zea mays),
kedelai (Glycin max), plester, kain
kelambu dan benang tenun. Adapun alat yang digunakan antara lain 9 botol volume
250 ml dengan tutup, 3 erlenmeyer 125 ml, buret dan pipet. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui cara mengukur respirasi pada berbagai jenis benih
selama waktu penyimpanan. Parameter yang digunakan yakni volume awal dan akhir
titrasi dari benih yang direspirasikan selama 24 jam. Hasil pengamatan yang
telah dilakukan didapatkan adanya peningkatan laju
respirasi terkait dengan umur simpan benih. Semakin benih lama disimpan maka
semakin tinggi laju respirasinya.
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Suatu benih akan terus melaksanakan proses respirasi dari
setelah panen sampai dengan penyimpanan. Reaksi respirasi itu sendiri termasuk dalam
reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula menjadi molekul-molekul
anorganik berupa CO2 dan H2O. Respirasi atau pernafasan
berfungsi untuk mendapatkan energi dari bahan-bahan organik melalui proses
pemecahan gula yang disebut dengan proses glikolisis. Senyawa gula pada tanaman
didapatkan dari proses fotosintesis. Butiran amilum yang tersimpan dalam
berbagai jaringan dan organ penyimpan cadangan makanan akan diubah kembali
dalam bentuk glukosa fosfat didalam sitoplasma sel. Akhirnya senyawa glukosa
fosfat tersebut akan dipecah menjadi piruvat dan masuk dalam siklus krebs.
Selama glikolisis berlangsung dan dalam siklus krebs akan dihasilkan gas CO2
yang akan dikeluarkan dari sel. Gas tersebut akan berdifusi dan terkumpul dalam
rongga-rongga antar sel dan bila tekanan telah cukup akan dikeluarkan.
B. Tujuan
Mengetahui
cara mengukur respirasi pada berbagai jenis benih selama selang waktu
penyimpanan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi adalah suatu proses yang melibatkan penyerapan O2 dan
pengeluaran CO2 suatu energi yang digunakan untuk mempertahankan
reaksi metabolisme dan reaksi lainnya yang terjadi didalam jaringan. Semua sel
aktif terus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan
CO2 dalam volume yang sama. Namun, respirasi lebih dari sekedar
pertukaran gas yang sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi
oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2
yang diserap direduksi menjadi H2O (Kays, 1991 cit. Nurjanah, 2003).
Sel aktif terus
menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan CO2
dalam volume yang sama. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi,
yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang
diserap direduksi membentuk H2O. Pati, fruktan, sukrosa atau gula lainnya
bertindak sebagai substrat respirasi. Respirasi umum glukosa.
Sebagian besar energi yang
dilepaskan selama respirasi – kira-kira 2870 kJ atau 686 kcal per mol glukosa –
berupa bahang. Yang lebih penting dari bahang adalah energi yang terhimpun
dalam ATP, sebab senyawa ini digunakan untuk berbagai proses esensial dalam
kehidupan, misalnya, pertumbuhan dan penimbunan ion (Wang et al, 2007).
Selain itu sel
aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan
melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Proses keseluruhan merupakan
reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2,
sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk H2O. Pati,
fruktan, sukrosa atau gula lainnya bertindak sebagai substrat respirasi.
Respirasi umum glukosa, misalnya, dapat ditulis sebagai berikut ;
C6H12O6
+ 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O + energi
Sebagian besar energi yang
dilepaskan selama respirasi – kira-kira 2870 kJ atau 686 kcal per mol glukosa –
berupa bahang. Yang lebih penting dari bahang adalah energi yang terhimpun
dalam ATP, sebab senyawa ini digunakan untuk berbagai proses esensial dalam
kehidupan, misalnya, pertumbuhan dan penimbunan ion (Salisbury & Ross,
1994).
Ada
dua jenis respirasi, yaitu respirasi aerob dan anaerob. Pada respirasi aerob
dibutuhkan oksigen, sedangkan pada respirasi anaerob tidak membutuhkan oksigen
dari atmosfer, tetapi dapat terjadi seaktu-waktu. Jadi, perbedaan antara dua
tipe respirasi ini terletak pada keikutsertaan oksigen sebagai suatu reaktan
dalam respirasi (Meyer et al., 1981).
Respirasi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam atau pohon dan faktor lingkungan yang
sering berinteraksi. Beberapa faktor internal yang paling penting adalah umur
dan kondisi fisiologis jaringan, jumlah substrat yang dapat beroksidasi dan
hidrasi. Faktor lingkungan yang penting termasuk tanah dan temperatur udara,
cahaya, komposisi gas dan khemikalia seperti fungisida, insektisida, pemupukan
dan penghambat enzim (Kramer and Theodore, 1960).
Laju
respirasi meningkat dengan meningkatnya suhu. Namun, apabila dikondisikan di
atas suhu maksimum laju respirasi akan mulai menurun. Hal ini disebabkan
sebagian enzim-enzim yang berperan akan mulai mengalami denaturasi (Lakitan,
1991). Saitoh et al. (1998)
melaporkan bahwa pada tanamam padi, semakin tinggi suhu atmosfir maka semakin
tinggi laju respirasi daun dan cabang. Karena hasil bersih fotosintesis
merupakan selisih dari aktifitas laju fotosintesis dan respirasi maka suhu
secara tidak langsung juga akan menentukan hasil bersih fotosintesis. Gardner et al. (1985) menyatakan juga bahwa suhu
yang tinggi akan meningkatkan laju fotorespirasi, yang berarti menurunkan hasil
bersih fotosintesis (Hatta, 2008).
Konsentrasi
oksigen ini lebih tinggi dihasilkan, namun PRL (precent radial oxygen loss) dikurangi/diturunkan. Rata-rata tingkat
resopirasi dan PRL kedua-duanya berkurang dengan meningkatnya panjang akar
(Luxmoore et al., 1970). Untuk jangka panjang sebaiknya dilakukan penyimpanan
dengan suhu yang lebih rendah, dengan harapan dapat menghambat aktivitas fisiologi
dan juga dapat aktivitas mikrobiologis. Pertimbangan fisiologis pascapanen
adalah berkaitan dengan laju respirasi, dimana semakin tinggi laju respirasi
semakin cepat kerusakan terjadi. Laju respirasi sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan seperti suhu. Semakin tinggi suhu semakin tinggi laju respirasi.
Disamping itu kondisi lingkungan atmosfer terutama kandungan oksigen dan
karbondiosida juga berpengaruh terhadap laju respirasi, dimana semakin rendah
kandungan oksigen dan semakin tinggi kandungan karbondiosida maka laju
respirasi cendrung menurun. Salah satu cara untuk menurunkan laju respirasi
adalah dengan memodifikasi konsentrasi O2 dan CO2 di lingkungan atmosfer
sekitar produk dengan menggunakan pengemas plastik dengan permeabilitas
tertentu yang dikenal sebagai Modified Atmosphere Packaging (MAP)
(Apandi, 1984).
III.
METODOLOGI
Praktikum fisiologi biji acara III yang
berjudul pengukuran laju respirasi benih ini dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 28 Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. Bahan yang digunakan antara lain
larutan NaOH 0,2 N, larutan BaCl2, larutan HCl 0,1 N, larutan
indikator phenolphtalein, kacang tanah (Arachis
hypogaea), jagung (Zea mays),
kedelai (Glycin max), plester, kain
kelambu dan benang tenun. Adapun alat yang digunakan antara lain 9 botol volume
250 ml dengan tutup, 3 erlenmeyer 125 ml, buret dan pipet.
Cara
kerja dalam praktikum ini yakni sebelum dilakukan proses titrasi, disiapkan
benih kacang tanah, jagung dan kedelai. Kemudian, dihitung kadar air benih
menggunakan moisture tester. Disiapkan botol volume 250 mL. Kemudian 50 ml
larutan NaOH 0,2 N dimasukkan ke dalam masing-masing botol dan ditutup.
Kemudian kacang tanah, jagung, dan kedelai ditimbang masing-masing 5 gram
sebanyak 3 ulangan. Dibungkus benih dengan kain kelambu, lalu diikat dengan
tali. Bungkusan benih tersebut lalu digantungkan ke dalam botol dan diatur agar
tidak menyentuh larutan NaOH. Botol ditutup kembali dan diberi selotip agar
tidak bocor. Satu botol lain digunakan sebagai kontrol. Setelah 24 jam, kacang
tanah dikeluarkan dari masing-masing botol dan ditutup kembali dengan cepat
kemudian ditentukan jumlah CO2 yang dibebaskan dari respirasi dengan
cara titrasi yakni pipet 10 ml larutan dari tiap botol dimasukkan ke dalam
erlenmeyer serta ditambah dengan 5 ml BaCl2 dan 3 tetes
phenolpltalein, sehingga larutan akan berwarna merah jambu. Larutan tersebut
dititrasi dengan HCl 0,1 sampai warnanya hilang. Titrasi dilakukan dengan cara
yang sama untuk semua perlakuan termasuk kontrol. Semua percobaan di atas
dilakukan kembali setelah satu minggu, dua minggu menggunakan benih kacang
tanah, jagung dan kedelai yang sama dari kelompok benih yang sama. Analisis
data menggunakan rancangan acak lengkap factorial α=5%, dilanjutkan dengan uji
Duncan. Faktor pertama: jenis benih, faktor kedua: umur simpan. Pada respirasi
maupun saat titrasi terjadi reaksi sebagai berikut:
2 NaOH + CO2
à
Na2CO3 + H2O
Na2CO3
+ BaCl2 à
BaCO3 + 2 NaCl
NaOH
(sisa) + HCl à
NaCl + H2O
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Kadar air benih
jenis benih
|
kadar air
|
||
0 minggu
|
minggu 1
|
minggu 2
|
|
kacang tanah
|
13,4
|
14,5
|
11,7
|
jagung
|
16,2
|
14,7
|
14,5
|
kedelai
|
14,2
|
14,4
|
12,2
|
Tabel 2. Hasil Analisis Uji Duncan
janis benih
|
0 minggu
|
1 minggu
|
2 minggu
|
kacang tanah
|
0,2261 a
|
0,3056 a
|
0,0886 ab
|
kedelai
|
-0,5256 ab
|
-0,3483 ab
|
-0,4186 ab
|
jagung
|
-0,2261 ab
|
-0,0611 ab
|
-0,6142
b
|
Ket:
apabila terjadi perubahan huruf, maka terjadi beda nyata antar benih. Apabila
ada salah satu yang sama, maka tidak beda nyata.
Contoh perhitungan:
Rumus perhitungan respirasi =((11(x-y))/5) / 24
Kacang tanah ulangan 1 (0 minggu) = ((11(31,5-31,3))/ 5) / 24
=
0,018333 mg/gr/jam
B.
PEMBAHASAN
pembahasan:
|
1.apa itu respirasi? Dan reaksinya?
|
2. faktor yang memepengaruhi respirasi benih?
Jelaskan!
|
3. bahas grafik laju respirasi benih hbungkan dengan
kadar air dan kandungan benih
|
4. hasilnya?
|
Respirasi adalah
suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2,
H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks,
dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai
oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah
setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa
yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan
biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah
intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan
tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya
adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa, pati, asam
organik, dan protein (digunakan pada keadaan & spesies tertentu). Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan
sebagai berikut:
C6H12O6 + O2 6CO2
+ H2O + energi
Reaksi di atas merupakan persamaan rangkuman dari reaksi-reaksi yang
terjadi dalam proses respirasi. Reaksi tersebut terlihat sangat sederhana,
terlihat seakan respirasi merupakan reaksi tunggal, sehingga mungkin dapat agak
menyesatkan karena respirasi yang sebenarnya bukanlah reaksi tunggal. Respirasi
merupakan rangkaian dari banyak reaksi komponen, yang masing-masingnya
dikatalisis oleh enzim yang berbeda. Respirasi dapat digolongkan menjadi dua
jenis berdasarkan ketersediaan O2 di udara, yaitu respirasi aerob
dan respirasi anaerob. Respirasi aerob merupakan proses respirasi yang
membutuhkan O2, sebaliknya respirasi anaerob merupakan proses
repirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2. Respirasi anaerob
sering disebut juga dengan nama fermentasi. Perbedaan antara keduanya akan terlihat
pada proses tahapan reaksi dalam respirasi. Proses respirasi diawali dengan
adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas
dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang
digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan
difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel.
Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan
berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena
membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas
tersebut.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
a.
Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam
melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan
melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila
substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.
b.
Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan
tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di
udara.
c. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju
respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Suhu tanah dan suhu
udara tempat tanaman tumbuh akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Suhu udara yang terlalu rendah menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat. Sebaliknya, suhu
yang tinggi yang disertai pengairan kurang akan menghambat suplai unsur hara
dan menyebabkan transpirasi tinggi. Perubahan suhu
beberapa derajat saja dapat menyebabkan perubahan yang nyata dalam laju
pertumbuhan tanaman. Setiap spesies dan varietas tanaman masing-masing
mempunyai suhu kardinal
yaitu suhu minimum, optimum dan maksimum. Laju
pertumbuhan tanaman akan sangat rendah apabila tanaman dikondisikan di bawah suhu minimum dan di atas suhu
maksimum, sedangkan pada kisaran suhu optimum
akan diperoleh laju pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi.Laju respirasi meningkat dengan meningkatnya suhu. Namun, apabila dikondisikan di atas suhu maksimum laju respirasi
akan mulai menurun. Hal ini disebabkan sebagian enzim-enzim yang berperan akan
mulai mengalami denaturasi.
d. Tipe dan
umur tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan
demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing
spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan.
Hubungan antara laju respirasi dan umur simpan suatu benih dapat dilihat
pada grafik di bawah ini
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa laju respirasi pada rerata dari
laju dapat dikatakan bahwa semakin lama umur simpan maka laju respirasi semakin
meningkat, namun terjadi penyimpangan pada penyimpanan benih 1 minggu yang laju
respirasinya semakin menurun yakni -0,005/gr/jam. Ketidaksesuaian antara
praktik dengan teori ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurang
rapat pada saat penutupan di dalam botol sehingga masih ada udara luar yang
masuk ke dalam botol. Selain itu juga dapat disebabkan oleh ketidaktelitian
praktikan saat melakukan titrasi.
Penambahan
larutan NaOH 0,2 N berguna untuk mengikat CO2 hasil respirasi
kecambah kacang hijau, sehingga tidak ada CO2 yang keluar dari dalam
botol. Larutan BaCl2 berfungsi untuk mengendapkan larutan setelah
perlakuan dan HCl 0,1 N berfungsi untuk menetralkan NaOH pada saat titrasi.
Larutan phenolptalein digunakan sebagai indikator larutan yang menentukan
terjadi atau tidaknya reaksi tersebut yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna dari pink menjadi pudar ataupun bening
V. KESIMPULAN
1. Cara
mengukur laju respirasi benih dapat dilakukan dengan menggunakan titrasi.
2. Semakin
lama benih disimpan maka laju respirasi akan semakin meningkat.
3. Laju
respirasi benih (kontrol) 0,009/gr/jam, benih simpan 1 minggu -0,005/gr/jam dan
2 minggu 0,0825/gr/jam.
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Penerbit
Alumni Bandung, Bandung.
Hatta, M. 2008. Siraman Air Dingin pada Media
meningkatkan Pertumbuhan.<http://emhatta.wordpress.com>. Diakses
pada tanggal 23
November 2011.
Jin
Wang, Zhenjia Zhang, Zhifeng Zhang, Ping Zheng dan Chunjie. The
influence of aerobic sludge retention time on anaerobic co-digestion of dyeing
and printing wastewater and sewage sludge. Zhejiang University. Hangzhou,
China. African journal of biotechnology Vol. 6 : 902-907
Kramer, P. J dan Theodore T. K. 1960. Physiology
of Trees. Mc. Grow-Hill Book Company. USA.
Luxmoore,
R.J., L. H. Stolzy dan J. Letey. 1970. Oxygen diffusion in the soil plant
system IV. Oxygen concentration profiles, respiration profiles, and radial
oxygen losses. American society of agronomy 62 : 329-332.
Meyer, B. S., D. B. Anderson, R. H. Bohning, D. G.
Fratianne. 1981. Introduction to Plant Physiology. D. Van Nostrand Company. New
York.
Nurjanah, S. 2003. Kajian laju respirasi dan produksi
etilen sebagai dasar panen waktu simpan sayuran dan buah-buahan. Bionatura 4 :
148-156.
Salisbury,
F. B. And Ross, C. W. 1995. Plant physiology, 4th edition. Wadsworth
Publishing Co., Inc. Wadsworth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar