SELEKSI
KETAHANAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum
esculentum) TERHADAP NEMATODA
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam
hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Apabila dilihat dari rata-rata
produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika
dibandingkan dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang
berturut-turut 21 ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha (Kartapradja dan Djuariah,
1992). Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas
yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan
hama/penyakit yang kurang efisien.
Peningkatan produksi tomat telah banyak dilakukan oleh
para pemulia, misalnya pengadaan variets baru, perbaikan pola tanam. Namun
dalam perjalanan untuk mendapatkan tanaman yang sesuai masih banyak kendala
yang dihadapi dan masih sulit diatasi, antara lain adanya patogen. Salah satu
patogen yang menyerang tanaman tomat adalah nematoda parasit seperti nematoda
puru akar (Meloidogyne spp.) sehingga perlu adanya penyeleksian tanaman agar sesuai dengan harapan
para pemulia yang tentunya akan bermanfaat bagi masyarakat.
B. Tujuan
1.
Mengetahui gejala
kerusakan yang ditimbulkan oleh nematoda
2.
Mengetahui
perbedaan tanaman yang tahan dan peka terhadap nematoda
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tomat (Lycopersicum
esculentum) merupakan tanaman musim panas yang memerlukan banyak sinar
matahari dan kelembaban tanah yang cukup (Fahri, 2008).
Berikut merupakan klasifikasi tanaman tomat:
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteriidae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Lycopersecum
Spesies : Lycopersecum lycopersicon (Tomat).
Sampai saat ini produksi di Indonesia sekitar 5 ton per
hektar.hal ini masih sangat rendah jika dibanding dengan Filipina yang
menghasilkan 9 ton per hektar. Dengan demikian peningkatan produksi dan
budidaya tanaman tomat masih perlu adanya suatu perahatian. Berbagai usaha dilakukan untuk
peningkatan produksi tomat, misalnya pengadaan varietas baru dan perbaikan pola
tanam. Dibalik usaha-usaha tersebut masih banyak kendala yang dihadapi dan
sulit diatasi. Kendala itu antara lain adanya jasad pengganggu atau patogen.
Salah satu patogen yang menyerang tanaman tomat adalah nematoda parasit seperti
nematoda puru akar (Meloidogyne spp.). Nematoda
dari genus Meloidogyne memiliki
berbagai inang atau host dan merupakan jenis hama yang sangat merusak. Hama ini
dapat menghambat pertumbuhan tanaman, terutama di daerah dengan cuaca panas
seperti Afrika. Meloidogyne spp. merupakan hama utama
pada tomat (Lycopersicum esculentum) yang menyebabkan kerugian cukup
besar pada hasil panennya
(Hassan et.al., 2010).
Meloidogyne
spp. menyebabkan terjadi proliferasi dan hipertropi sel-sel korteks, sehingga
menyebabkan terjadinya pembengkakan dan abnormalitas sel-sel terjadi karena
dirangsang oleh sekresi yang dikeluarkan melalui stiletnya sehingga terbentuk
sel-sel raksasa. Puru akar merupakan pembesaran dari akar yang disebabkan
karena nematoda makan pada akar tersebut menyebabkan pembentukan sel-sel
raksasa pada jaringan inang dan pertumbuhan sel itu terangsang menyebabkan
pembentukan puru. Adanya perbedaan yang
nyata disebabkan oleh saat larva masuk ke dalam tanah langsung mencari akar dan
menginfeksi langsung masuk kejaringan akar dan menetap dan berkembang, karena
nematoda makan dan berkembang dalam
jaringan akar dengan bantuan stiletnya menembus korteks akar tanpa penghalang
akhirnya mengganggu fungsi alamiah sel yang selanjutnya menglibatkan
pertumbuhan tanaman terhambat (Lamberti dan Taylor, 1979).
Nematoda
puru akar dapat merusak tanaman secara mekanis dan fisiologis. Secara mekanis
yaitu dengan adanya pencucukan sel pada saat nematode mencari makan, gerakan
nematoda di antara sel, dan pertumbuhan nematoda betina yang
mendesak jaringan perakaran. Gangguan fisiologis akibat sekresi yang
dikeluarkan nematoda dan gangguan fotosintesis. Ketahanan tanaman dalam
nematologi berkaitan dengan pengaruh tanaman inang terhadap perkembangbiakan
nematoda dan kerusakan relatif tanaman inang akibat serangan nematoda. Genotipe
tanaman tahan ditandai dengan sedikit atau tidak terjadi perkembangbiakan
nematoda. Genotipe tanaman yang rentan ditandai dengan
perkembangbiakan nematoda tanpa hambatan pada jaringan akar (Sarbini, 1993).
III.
METODOLOGI
Praktikum
Metode Pemuliaan Tanaman Acara II yang berjudul Seleksi Ketahanan
Tomat Terhadap Nematoda Puru Akar dilaksanakan pada hari Rabu, 25 September - 11 November 2013 di Rumah
Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang
digunakan adalah benih tomat varietas Gondol Putih, Gondol ijo, Makoto, galur “Tahan 26”, Nematoda Puru Akar stadia 2, pupuk organik dan
anorganik, gas, hematoxilin, eosin, alkohol, emersi, dan tanah steril. Adapun alat yang
digunakan berupa alat sterilisasi tanah, alat ekstraksi-isolasi, perlengkapan
menghitung nematode, hand-counter, mikroskop, dan alat penangas/pengukus.
Cara
kerja dalam praktikum ini pertama-tama disiapkan benih tomat (Gondol putih, Gondol Ijo, Mahkoto, dan ‘tahan
26’) ditanam pada bak pembibitan dengan media yang
steril. Media disterilisasi dengan cara dikukus selama 2-3 jam. Dilakukan penyiraman tiap hari dengan menggunakan air
steril/akuades yang telah disediakan. Setelah
bibit berumur 21 hari kemudian dipindah tanam dalam polibag yang lebih besar
dengan media steril (1 kg media/polibag). Seminggu kemudian diinokulasi dengan
nematoda dengan populasi 1000 ekor/polibag. Pada umur 45 hari dilakukan
pengamatan dengan membongkar tanaman. Pembongkaran dilakukan dengan diberikan
air yang banyak sehingga tanah menjadi lunak sehingga akar tidak putus. Akar
diskor : 0-5, skor 0 untuk tanaman yang tidak terinfeksi (tidak tampak adanya
gall/bengkak pada akarnya), 1 untuk tampak sedikit, 2 untuk < 25%, 3 untuk
25-50%, 4 untuk 50-75% dan 5 untuk > 75%. Kemudian diukur tinggi tanaman,
panjang akar dan volume akarnya. Data dianalisis dengan analisis varian RAKL subsampling dengan kelompok
sebagai blok, analisis
kemudian dilanjutkan uji DMRT α=5% untuk
membandingkana rerata antar tanaman.
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Tabel 1. Hasil Analisis Data ketahanan
tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum) terhadap nematoda.
Parameter yang Diamati
|
F hitung
|
Pr > F
|
Intensitas serangan
|
2,57 *
|
0,0125
|
Tinggi Tanaman
|
9,45
*
|
0,0001
|
Panjang Akar
|
2,67
ns
|
0,0558
|
Volume Akar
|
3,07
ns
|
0,0710
|
Keterangan:
(Ns)
(Pr > F, > 0,05 ) : Tidak ada beda nyata antar perlakuan
(*)
(Pr > F, < 0,05 ) : Ada beda nyata antar perlakuan
Tabel 2. Hasil Uji Lanjut ketahanan
tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum) terhadap nematoda.
Perlakuan (varietas)
|
Intensitas serangan
|
Tinggi Tanaman
|
Panjang Akar
|
Volume Akar
|
Gondol Putih
|
2,0952b
|
20,029 a
|
10,124b
|
1,11667a
|
Tahan 26
|
4,4571a
|
18,995 a
|
12,538ab
|
1,2286a
|
Makoto
|
3,0476ab
|
28,648 a
|
13,957ab
|
1,0500a
|
Gondol Ijo
|
2,8095ab
|
14,552b
|
15,124a
|
1,2095a
|
Keterangan:
Angka
dalam lajur yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT (0,05).
B.
Pembahasan
Nematoda
penyakit tumbuhan merupakan salah satu organisme pengganggu tumbuhan yang
menyebabkan kerusakan sel atau jaringan akar. Bentuk kerusakan sel atau
jaringan akar yang biasa terlihat adalah puru akar. Dalam bidang pertanian
nematoda cukup menjadi permasalahan yang serius. Karena kerugian langsung yang
disebabkan oleh nematoda adalah dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil
pertanian. Pada tanaman sayuran penurunan hasil produksi dapat mencapai 50%
apabila serangan nematoda tersebut bersamaan dengan patogen lain, seperti
cendawan, bakteri dan virus. Nematoda dapat menyerang baik tanaman tahunan
hingga tanaman setahun (semusim). Gejala yang dapat terlihat di permukaan tanah
pada tanaman yang terserang nematoda adalah pertumbuhan yang tidak merata,
tumbuhan kerdil, daun menguning (klorosis), layu (pada siang hari yang terik),
dan gugur daun prematur. Sedang gejala di dalam tanah adalah puru akar, akar
sekunder berkurang, permukaan akar kasar, perubahan bentuk pada umbi dan
polong. Jenis-jenis nematoda yang ditemukan di alam dapat bertindak sebagai
parasit dan saprofitik. Nematoda parasitik biasanya dapat dijumpai di dalam
tubuh inang. Nematoda parasitik tanaman dapat menyerang bagian tanaman sesuai
dengan sifat parasitasi nematoda itu sendiri. Ada yang bersifat ektoparasit,
endo parasit ataupun ekto-endo parasit. Bagian tanaman yang terserang dapat
berupa akar, batang, daun, dan bahkan pada bagian biji. Gejala dan tanda
serangan nematoda pada tanaman dapat dilihat pada bagian tanaman yang berada di
atas tanah maupun yang berada di dalam tanah.
Salah satu
tanaman penting yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari yakni tanaman
tomat. Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada
interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain
yang menyebabkan produksi tomat rendah adalah penggunaan pupuk yang belum
optimal sertta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk menanggulangi kendala
tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya. Dari beberapa kasus interaksi
lingkungan sering tidak menguntungkan, misalnya nematoda Meloidogyne spp. yang ada pada akar tanaman tomat. Untuk itu perlu
adanya suatu kegiatan pemuliaan tanaman agar kita mendapatkan varietas atau
kultivar yang tahan terhadap nematode tersebut.
Kegiatan
pemuliaan tanaman dimaksudkan untuk mendapatkan jenis–jenis baru yang bersifat
unggul yang mempunyai sifat ekonomis yang lebih berharga dan bertugas
memelihara jenis–jenis unggul yang telah ada serta mempertahankan sifat–sifat
keunggulan yang dimiliki. Tujuan akhir setiap program pemuliaan tanaman adalah
untuk mendapatkan tanaman dengan sifat yang lebih baik (lebih unggul) dalam hal
ini adalah sifat – sifat tertentu yang diinginkan. Salah satu kegiatan yang ada
pada pemuliaan tanaman yakni melakukan seleksi untuk mendapatkan tanaman yang
diharapkan. Pada praktikum ini, dilakukan proses seleksi tanaman tomat yang
diinfestasikan nematoda puru akar. Pengamatan yang dilakukan yakni dengan mengamati pertumbuhan tanaman itu
sendiri dan kenampakan luar (fenotip).
Dari hasil
pengamatan yang dilakukan, intensitas serangan yang paling kecil sampai
terbesar yakni varietas Gondol Putih, gondol Ijo, Makoto dan tahan 26. Varietas
Gondol Putih cenderung tahan dan mempunyai kenampakan luar (fenotip) yang lebih
baik dari pada varietas yang lain. Pada hakikatnya, setiap metode seleksi bergantung
kepada nilai heretabilitas dari sifat tanaman yang akan diperbaiki. Macam seleksi tentunya akan mendapatkan
hasil yang berbeda kualitas antara satu metode dengan metode lainnya. Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing
metode. Ada
anggapan yang menyatakan bahwa seleksi massa tidak efektif untuk perbaikkan
hasil. karena hanya tanaman-tanaman yang memperlihatkan keturunan (baris) yang
baik saja yang dipilih sebagai tetua untuk siklus seleksi berikutnya. Variabilitas
genetik yang luas merupakan salah satu syarat keberhasilan seleksi terhadap
karakter yang diinginkan juga nilai rata-rata yang tinggi. Tetapi dengan
melihat variabilitas genetik saja sangat sulit untuk mempelajari suatu
karakter. Untuk itu diperlukan parameter genetik lain, seperti heritabilitas
(Wicaksana, 2001).
Seleksi dengan intensitas tertentu akan lebih efektif bila sifat yang
diseleksi banyak terdapat dalam populasi dan tidak efektif bila sifat tersebut
jarang. Sering dikatakan bahwa kemajuan seleksi mula – mula tepat tetapi
kemudian menurun pada generasi yang lebih lanjut. Ternyata hal ini tidak
demikian. Apabila suatu sikap yang disukai jarang terdapat dalam populasi
(frekuensi rendah), kemudian diseleksi dengan intensitas yang tetap dari
generasi ke generasi maka generasi permulaan kemajuan seleksi amat lambat.
Tetapi pada generasi yang lebih lanjut frekuensi gen yang diseleksi dalam
populasi bertambah sehingga kemajuan seleksi dalam populasi bertambah sehingga
kemajuan seleksi makin cepat sampai mencapai maksimum kemudian menurun lagi.
Pada intensitas serangan diamati banyak gall/ bengkak pada
akar dengan diskoring antara 0 sampai 5. Berdasarkan data hasil pengamatan
tabel 1 terlihat bahwa terdapat beda nyata pada intensitas serangan dan tinggi
tanaman. Intensitas serangan yang terendah yaitu
Gondol Putih serangannya
2,09 (tampak adanya gall <25 25-50="" 26="" 2="" 3="" 4="" adanya="" antara="" dan="" gall="" gondol="" ijo="" intensitas="" makoto="" mempunyai="" serangan="" seranganya="" span="" tahan="" tampak="" varietas="">. Pada hasil uji lanjut (Tabel 2)
terlihat bahwa varietas Tahan 26, Makoto dan Gondol Ijo tidak berbeda nyata
serta Makoto, Gondol Ijo, dan Gondol Putih.
Namun varietas Tahan 26 dengan Gondol Putih bebeda nyata dengan kedua
varietas tersebut. Secara teori menyatakan bahwa Makoto merupakan varietas yang
dirakit oleh pemulia tanaman sebagai varietas yang tahan terhadap nematoda,
namun Gondol putih merupakan varietas yang rentan. 25>
Pada parameter tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada
varietas Makoto 18,65 cm, Gondol Putih dengan nilai 20,03 cm dan Tahan 26 18,995
cm, sedangkan yang terendah yaitu Gondol Ijo dengan nilai 14,55 cm, namun pada
uji lanjut (tabel 2) terlihat bahwa terdapat beda nyata pada Gondol putih,
Tahan 26 dan Makoto dengan Gondol Ijo.
Tabel 2 pada panjang akar
menunjukkan bahwa varietas Gondol Ijo mempunyai panjang akar yang tertinggi
yaitu 15,124 cm, sedangkan Makoto 13,96 cm, Tahan 26 12,538 cm dan Gondol Putih
10,124 cm, namun pada hasil uji lanjut menunjukkan bahwa ta dengan Gondol Ijo.
Meskipun keempat varietas tersebut
menunjukkan intensitas serangan yang berbeda namun mempunyai panjang akar yang
hampir sama, hal ini dikarenakan adanya faktor lingkungan yang mempegaruhi
pertumbuhan akar. Pada praktikum ini menggunakan media tanah yang dicampur
dengan pupuk kandang, sangat dimungkinkan pada varietas Gondol Ijo dan Makoto
campuran pupuk kandangnya lebih banyak, sehingga unsur – unsur hara yang
diserap akan lebih banyak daripada Gondol Putih. Hasil penelitian Davide dan
Trianthaphyllou (1967) yang menyatakan bahwa perbedaan kandungan unsure N,P, K
dan Ca dalam jaringan akar diduga erat kaitanya dengan perbedaan perpanjangan
akar tanaman pada varietas yang diuji meskipun intensitas serangan nematoda
berbeda. Sedangkan untuk volume akar yang tertinggi yaitu varietas Tahan 26
dengan nilai 1,23, kemudian Gondol Ijo 1,21 , kemudian Tahan Gondol Putih 1,12
0,59 dan terendah Makoto sebesar 1,05. Namun pada hasil uji lanjut (tabel 2)
menunjukkan bahwa keempat varietas tersebut tidak berbeda nyata. Hal tersebut
dapat disebabkan karena ketika penyiraman ada kelompok yang tidak melakukan
penyiraman sehingga tidak ada beda nyata.
V.
KESIMPULAN
1.
Terdapat tiga sistem ketahanan tanaman tomat terhadap
serangan nematoda, yaitu pertahanan sebelum, selama dan sesudah nematoda
melakukan penetrasi pada jaringan tanaman.
2. Intensitas serangan dan tinggi
tanaman. Intensitas serangan yang terendah yaitu
Gondol Putih serangannya
2,09 (tampak adanya gall <25 25-50="" 26="" 2="" 3="" 4="" adanya="" antara="" dan="" gall="" gondol="" ijo="" intensitas="" makoto="" mempunyai="" serangan="" seranganya="" span="" tahan="" tampak="" varietas="">. 25>
3. tinggi tanaman yang tertinggi adalah
pada varietas Makoto 18,65 cm, Gondol Putih dengan nilai 20,03 cm dan Tahan 26
18,995 cm, sedangkan yang terendah yaitu Gondol Ijo dengan nilai 14,55 cm.
4. panjang akar menunjukkan bahwa
varietas Gondol Ijo mempunyai panjang akar yang tertinggi yaitu 15,124 cm,
sedangkan Makoto 13,96 cm, Tahan 26 12,538 cm dan Gondol Putih 10,124 cm
5.
volume akar yang tertinggi yaitu varietas Tahan 26 dengan
nilai 1,23, kemudian Gondol Ijo 1,21 , kemudian Tahan Gondol Putih 1,12 0,59
dan terendah Makoto sebesar 1,05
6.
Gondol Ijo merupakan varietas yang tahan terhadap nematoda,
sedangkan Tahan 26 merupakan varietas yang rentan.
DAFTAR PUSTAKA
Davide, RG. Triantaphyllou. 1967.
Influence of environment on development and sex differentiation of root-knot
nematodes II. Effext of host nutrition, Nematologica 13: 111-117.
Fahri.
2008. Pengendalian
nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)
pada tomat dengan cendawan Rhizosphere
dan Glomus fasciculatus. <http://blogfahri.blogspot.com/2008/02/pengendalian-nematoda-puru-akar.html>. Diakses
tanggal 18 November 2013.
Hassan,
M.A., P.S. Chindo, P.S. Marley, dan M.D. Alegbejo. 2010. Management of root
knot nematodes (Meloidogyne spp.) on
tomato (Lycopersicon lycopersicum)
using organic wastes in Zaria, Nigeria. Plant Protect. Sci. 46: 34-38.
Kartapradja,
R. dan D. Djuariah, 1992. Pengaruh tingkat kematangan buah tomat terhadap daya
kecambah, pertumbuhan dan hasil tomat. Buletin
Penelitian Hortikultura 24.
Lamberti,F
and C.E Taylor. 1979. Root Knot Nematodes Biology and
Control. Academic Press,London.pp 173 – 375.
Sarbini,G.,1993.
Prospek beberapa cendawan parasit telur Meloidogyne
spp. sebagai agen pengendali secara hayati. Buletin Unhas 8: 20
-24.
Wicaksana, N. 2001. Phenotypic
performance and several genetic parameters of 16 genotypes of potato at medium
wet land. Zuriat 12: 15-21.
LAMPIRAN
1.
Data
Hasil Ketahanan tomat
(Lycopersicum esculentum) berbagai varietas terhadap
nematoda
Nama Varietas
|
Blok
|
Ulangan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Volume Akar (mm)
|
Skoring Bintil Akar
|
Panjang Akar (cm)
|
|
Gondol Hijau
|
I
|
1
|
17.5
|
1
|
3
|
26.7
|
|
2
|
15
|
1
|
4
|
20.1
|
|||
3
|
14.5
|
1
|
5
|
14.5
|
|||
II
|
1
|
18.1
|
0.5
|
1
|
15.4
|
||
2
|
23.6
|
1.1
|
3
|
26.5
|
|||
3
|
22.1
|
2
|
3
|
26.3
|
|||
III
|
1
|
15.5
|
2
|
5
|
11.8
|
||
2
|
11.2
|
1.5
|
3
|
31
|
|||
3
|
18.1
|
2
|
5
|
12
|
|||
IV
|
1
|
16.7
|
2
|
1
|
24.4
|
||
2
|
13.2
|
1.5
|
1
|
11.6
|
|||
3
|
14.3
|
1
|
2
|
15.5
|
|||
V
|
1
|
13
|
1
|
1
|
7.3
|
||
2
|
15
|
1
|
2
|
7.5
|
|||
3
|
14.5
|
0.5
|
2
|
14.5
|
|||
VI
|
1
|
8.3
|
0.5
|
2
|
8.5
|
||
2
|
8.5
|
1
|
3
|
8.5
|
|||
3
|
9
|
2
|
2
|
4.5
|
|||
VII
|
1
|
7.5
|
1
|
5
|
5
|
||
2
|
16
|
1
|
2
|
18
|
|||
3
|
14
|
0.8
|
4
|
18
|
|||
Makoto
|
I
|
1
|
19.6
|
1
|
5
|
12.1
|
|
2
|
21.3
|
1
|
4
|
24.7
|
|||
3
|
25.5
|
3
|
5
|
18.8
|
|||
II
|
1
|
24.5
|
1
|
4
|
26.5
|
||
2
|
22.3
|
1
|
4
|
17.2
|
|||
3
|
19.4
|
0.8
|
2
|
15.1
|
|||
III
|
1
|
19.2
|
1
|
2
|
15.3
|
||
2
|
20.7
|
2
|
2
|
11.9
|
|||
3
|
19.8
|
2
|
1
|
13.1
|
|||
IV
|
1
|
22.3
|
1
|
3
|
20.5
|
||
2
|
19.9
|
2.5
|
2
|
20.3
|
|||
3
|
8.6
|
0.5
|
1
|
3.3
|
|||
V
|
1
|
21
|
0.5
|
2
|
21.3
|
||
2
|
19
|
1
|
3
|
8
|
|||
3
|
17
|
1
|
5
|
10
|
|||
VI
|
1
|
12
|
0.5
|
5
|
6
|
||
2
|
15.5
|
0.5
|
1
|
5.5
|
|||
3
|
17
|
0.25
|
5
|
7.5
|
|||
VII
|
1
|
16
|
0.5
|
3
|
11
|
||
2
|
13
|
0.5
|
3
|
8
|
|||
3
|
18
|
0.5
|
2
|
17
|
|||
Gondol Putih
|
I
|
1
|
24.4
|
1
|
2
|
1
|
|
2
|
19.1
|
0.5
|
3
|
0.5
|
|||
3
|
21.2
|
1
|
2
|
1
|
|||
II
|
1
|
25
|
1.8
|
4
|
15
|
||
2
|
21.5
|
1.2
|
3
|
9.5
|
|||
3
|
9
|
0.5
|
0
|
4
|
|||
III
|
1
|
22.6
|
2
|
2
|
8.5
|
||
2
|
22.4
|
2
|
4
|
20.1
|
|||
3
|
16.8
|
2
|
3
|
13.8
|
|||
IV
|
1
|
23.5
|
2
|
1
|
18
|
||
2
|
25.6
|
2
|
1
|
12.7
|
|||
3
|
23.5
|
3
|
2
|
16
|
|||
V
|
1
|
20.8
|
1
|
2
|
9
|
||
2
|
22
|
0.5
|
4
|
11.5
|
|||
3
|
21.2
|
0.5
|
3
|
6
|
|||
VI
|
1
|
19
|
0.5
|
2
|
8.5
|
||
2
|
9
|
0
|
0
|
2.5
|
|||
3
|
9
|
0
|
0
|
4
|
|||
VII
|
1
|
20
|
1
|
2
|
20
|
||
2
|
22
|
1
|
1
|
15.5
|
|||
3
|
23
|
1
|
3
|
15.5
|
|||
Tahan-26
|
I
|
1
|
19.1
|
2
|
3
|
16.6
|
|
2
|
18.9
|
1
|
1
|
13.8
|
|||
3
|
20.1
|
0.5
|
3
|
11.2
|
|||
II
|
1
|
20.5
|
2
|
2
|
24.1
|
||
2
|
24.5
|
2
|
3
|
24.9
|
|||
3
|
19
|
1.8
|
1
|
18.9
|
|||
III
|
1
|
23.3
|
2
|
3
|
16.7
|
||
2
|
22.2
|
1
|
3
|
10.4
|
|||
3
|
21.1
|
1
|
3
|
11.7
|
|||
IV
|
1
|
16
|
1
|
11.4
|
3
|
||
2
|
13.5
|
3.5
|
15.9
|
2
|
|||
3
|
21.9
|
1.5
|
18.3
|
1
|
|||
V
|
1
|
16.8
|
1
|
2
|
14.5
|
||
2
|
19.5
|
1
|
3
|
19
|
|||
3
|
21
|
1.5
|
3
|
20
|
|||
VI
|
1
|
18
|
0.75
|
2
|
8.5
|
||
2
|
17
|
0.5
|
3
|
7.5
|
|||
3
|
13
|
0.5
|
4
|
5.5
|
|||
VII
|
1
|
16
|
0.5
|
3
|
9
|
||
2
|
14.5
|
0.5
|
5
|
7
|
|||
3
|
23
|
0.25
|
1
|
18
|
rerata
Varietas
|
Blok
|
TT
|
VA
|
Skoring
|
PA
|
Gondol Ijo
|
1
|
15.67
|
1.00
|
4.00
|
20.43
|
2
|
21.27
|
1.20
|
2.33
|
22.73
|
|
3
|
14.93
|
1.83
|
4.33
|
18.27
|
|
4
|
14.73
|
1.50
|
1.33
|
17.17
|
|
5
|
14.17
|
0.83
|
1.67
|
9.77
|
|
6
|
8.60
|
1.17
|
2.33
|
7.17
|
|
7
|
12.50
|
0.93
|
3.67
|
13.67
|
|
Makoto
|
1
|
22.13
|
1.67
|
4.67
|
18.53
|
2
|
22.07
|
0.93
|
3.33
|
19.60
|
|
3
|
19.90
|
1.67
|
1.67
|
13.43
|
|
4
|
16.93
|
1.33
|
2.00
|
14.70
|
|
5
|
19.00
|
0.83
|
3.33
|
13.10
|
|
6
|
14.83
|
0.42
|
3.67
|
6.33
|
|
7
|
15.67
|
0.50
|
2.67
|
12.00
|
|
Gondol Putih
|
1
|
21.57
|
0.83
|
2.33
|
0.83
|
2
|
18.50
|
1.17
|
2.33
|
9.50
|
|
3
|
20.60
|
2.00
|
3.00
|
14.13
|
|
4
|
24.20
|
2.33
|
1.33
|
15.57
|
|
5
|
21.33
|
0.67
|
3.00
|
8.83
|
|
6
|
12.33
|
0.17
|
0.67
|
5.00
|
|
7
|
21.67
|
1.00
|
2.00
|
17.00
|
|
Tahan-16
|
1
|
19.37
|
1.17
|
2.33
|
13.87
|
2
|
21.33
|
1.93
|
2.00
|
22.63
|
|
3
|
22.20
|
1.33
|
3.00
|
12.93
|
|
4
|
17.13
|
2.00
|
15.20
|
2.00
|
|
5
|
19.10
|
1.17
|
2.67
|
17.83
|
|
6
|
16.00
|
0.58
|
3.00
|
7.17
|
|
7
|
17.83
|
0.42
|
3.00
|
11.33
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar