Jumat, 31 Oktober 2014

SELEKSI KETAHANAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum) TERHADAP NEMATODA

SELEKSI KETAHANAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum) TERHADAP NEMATODA

I.         PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Apabila dilihat dari rata-rata produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang berturut-turut 21 ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha (Kartapradja dan Djuariah, 1992). Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama/penyakit yang kurang efisien.

Peningkatan produksi tomat telah banyak dilakukan oleh para pemulia, misalnya pengadaan variets baru, perbaikan pola tanam. Namun dalam perjalanan untuk mendapatkan tanaman yang sesuai masih banyak kendala yang dihadapi dan masih sulit diatasi, antara lain adanya patogen. Salah satu patogen yang menyerang tanaman tomat adalah nematoda parasit seperti nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) sehingga perlu adanya penyeleksian tanaman agar sesuai dengan harapan para pemulia yang tentunya akan bermanfaat bagi masyarakat.

B.  Tujuan
1.      Mengetahui gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh nematoda
2.      Mengetahui perbedaan tanaman yang tahan dan peka terhadap nematoda





II.  TINJAUAN PUSTAKA

Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman musim panas yang memerlukan banyak sinar matahari dan kelembaban tanah yang cukup (Fahri, 2008). Berikut merupakan klasifikasi tanaman tomat:
Divisio             : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Subkelas          : Asteriidae
Ordo                : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus              : Lycopersecum
Spesies : Lycopersecum lycopersicon (Tomat).
Sampai saat ini produksi di Indonesia sekitar 5 ton per hektar.hal ini masih sangat rendah jika dibanding dengan Filipina yang menghasilkan 9 ton per hektar. Dengan demikian peningkatan produksi dan budidaya tanaman tomat masih perlu adanya suatu perahatian. Berbagai usaha dilakukan untuk peningkatan produksi tomat, misalnya pengadaan varietas baru dan perbaikan pola tanam. Dibalik usaha-usaha tersebut masih banyak kendala yang dihadapi dan sulit diatasi. Kendala itu antara lain adanya jasad pengganggu atau patogen. Salah satu patogen yang menyerang tanaman tomat adalah nematoda parasit seperti nematoda puru akar (Meloidogyne spp.). Nematoda dari genus Meloidogyne memiliki berbagai inang atau host dan merupakan jenis hama yang sangat merusak. Hama ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman, terutama di daerah dengan cuaca panas seperti Afrika. Meloidogyne spp. merupakan hama utama pada tomat (Lycopersicum esculentum) yang menyebabkan kerugian cukup besar  pada hasil panennya (Hassan et.al., 2010).
Meloidogyne spp. menyebabkan terjadi proliferasi dan hipertropi sel-sel korteks, sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan dan abnormalitas sel-sel terjadi karena dirangsang oleh sekresi yang dikeluarkan melalui stiletnya sehingga terbentuk sel-sel raksasa. Puru akar merupakan pembesaran dari akar yang disebabkan karena nematoda makan pada akar tersebut menyebabkan pembentukan sel-sel raksasa pada jaringan inang dan pertumbuhan sel itu terangsang menyebabkan pembentukan puru. Adanya perbedaan yang nyata disebabkan oleh saat larva masuk ke dalam tanah langsung mencari akar dan menginfeksi langsung masuk kejaringan akar dan menetap dan berkembang, karena nematoda makan dan berkembang dalam jaringan akar dengan bantuan stiletnya menembus korteks akar tanpa penghalang akhirnya mengganggu fungsi alamiah sel yang selanjutnya menglibatkan pertumbuhan tanaman terhambat (Lamberti dan Taylor, 1979).
Nematoda puru akar dapat merusak tanaman secara mekanis dan fisiologis. Secara mekanis yaitu dengan adanya pencucukan sel pada saat nematode mencari makan, gerakan nematoda di antara sel, dan pertumbuhan nematoda betina yang mendesak jaringan perakaran. Gangguan fisiologis akibat sekresi yang dikeluarkan nematoda dan gangguan fotosintesis. Ketahanan tanaman dalam nematologi berkaitan dengan pengaruh tanaman inang terhadap perkembangbiakan nematoda dan kerusakan relatif tanaman inang akibat serangan nematoda. Genotipe tanaman tahan ditandai dengan sedikit atau tidak terjadi perkembangbiakan nematoda. Genotipe tanaman yang rentan ditandai dengan perkembangbiakan nematoda tanpa hambatan pada jaringan akar (Sarbini, 1993).




III.   METODOLOGI

Praktikum Metode Pemuliaan Tanaman Acara II yang berjudul Seleksi Ketahanan Tomat Terhadap Nematoda Puru Akar dilaksanakan pada hari Rabu, 25 September -  11 November 2013 di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Gondol Putih, Gondol ijo, Makoto, galur “Tahan 26”, Nematoda Puru Akar stadia 2, pupuk organik dan anorganik, gas, hematoxilin, eosin, alkohol, emersi, dan tanah steril. Adapun alat yang digunakan berupa alat sterilisasi tanah, alat ekstraksi-isolasi, perlengkapan menghitung nematode, hand-counter, mikroskop, dan alat penangas/pengukus.
Cara kerja dalam praktikum ini pertama-tama disiapkan benih tomat (Gondol putih, Gondol Ijo, Mahkoto, dan ‘tahan 26’) ditanam pada bak pembibitan dengan media yang steril. Media disterilisasi dengan cara dikukus selama 2-3 jam. Dilakukan penyiraman tiap hari dengan menggunakan air steril/akuades yang telah disediakan. Setelah bibit berumur 21 hari kemudian dipindah tanam dalam polibag yang lebih besar dengan media steril (1 kg media/polibag). Seminggu kemudian diinokulasi dengan nematoda dengan populasi 1000 ekor/polibag. Pada umur 45 hari dilakukan pengamatan dengan membongkar tanaman. Pembongkaran dilakukan dengan diberikan air yang banyak sehingga tanah menjadi lunak sehingga akar tidak putus. Akar diskor : 0-5, skor 0 untuk tanaman yang tidak terinfeksi (tidak tampak adanya gall/bengkak pada akarnya), 1 untuk tampak sedikit, 2 untuk < 25%, 3 untuk 25-50%, 4 untuk 50-75% dan 5 untuk > 75%. Kemudian diukur tinggi tanaman, panjang akar dan volume akarnya. Data dianalisis dengan analisis varian RAKL subsampling  dengan kelompok sebagai blok, analisis kemudian dilanjutkan uji DMRT α=5% untuk membandingkana rerata antar tanaman.



IV.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Analisis Data ketahanan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) terhadap nematoda.

Parameter yang Diamati
F hitung
Pr > F
Intensitas serangan
2,57  *
0,0125
Tinggi Tanaman
9,45 *
0,0001
Panjang Akar
2,67 ns
0,0558
Volume Akar
3,07 ns
0,0710

Keterangan:
(Ns) (Pr > F, > 0,05 ) : Tidak ada beda nyata antar perlakuan
(*) (Pr > F, < 0,05 ) : Ada beda nyata antar perlakuan
     
Tabel 2. Hasil Uji Lanjut ketahanan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) terhadap nematoda.

Perlakuan (varietas)
Intensitas serangan
Tinggi Tanaman
Panjang Akar
Volume Akar
Gondol Putih
2,0952b
20,029 a
10,124b
1,11667a
Tahan 26
4,4571a
18,995 a
12,538ab
1,2286a
Makoto
3,0476ab
28,648 a
13,957ab
1,0500a
Gondol Ijo
2,8095ab
14,552b
15,124a
1,2095a

Keterangan:
Angka dalam lajur yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (0,05).




B.  Pembahasan
Nematoda penyakit tumbuhan merupakan salah satu organisme pengganggu tumbuhan yang menyebabkan kerusakan sel atau jaringan akar. Bentuk kerusakan sel atau jaringan akar yang biasa terlihat adalah puru akar. Dalam bidang pertanian nematoda cukup menjadi permasalahan yang serius. Karena kerugian langsung yang disebabkan oleh nematoda adalah dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Pada tanaman sayuran penurunan hasil produksi dapat mencapai 50% apabila serangan nematoda tersebut bersamaan dengan patogen lain, seperti cendawan, bakteri dan virus. Nematoda dapat menyerang baik tanaman tahunan hingga tanaman setahun (semusim). Gejala yang dapat terlihat di permukaan tanah pada tanaman yang terserang nematoda adalah pertumbuhan yang tidak merata, tumbuhan kerdil, daun menguning (klorosis), layu (pada siang hari yang terik), dan gugur daun prematur. Sedang gejala di dalam tanah adalah puru akar, akar sekunder berkurang, permukaan akar kasar, perubahan bentuk pada umbi dan polong. Jenis-jenis nematoda yang ditemukan di alam dapat bertindak sebagai parasit dan saprofitik. Nematoda parasitik biasanya dapat dijumpai di dalam tubuh inang. Nematoda parasitik tanaman dapat menyerang bagian tanaman sesuai dengan sifat parasitasi nematoda itu sendiri. Ada yang bersifat ektoparasit, endo parasit ataupun ekto-endo parasit. Bagian tanaman yang terserang dapat berupa akar, batang, daun, dan bahkan pada bagian biji. Gejala dan tanda serangan nematoda pada tanaman dapat dilihat pada bagian tanaman yang berada di atas tanah maupun yang berada di dalam tanah.
Salah satu tanaman penting yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari yakni tanaman tomat. Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan produksi tomat rendah adalah penggunaan pupuk yang belum optimal sertta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya. Dari beberapa kasus interaksi lingkungan sering tidak menguntungkan, misalnya nematoda Meloidogyne spp. yang ada pada akar tanaman tomat. Untuk itu perlu adanya suatu kegiatan pemuliaan tanaman agar kita mendapatkan varietas atau kultivar yang tahan terhadap nematode tersebut.
Kegiatan pemuliaan tanaman dimaksudkan untuk mendapatkan jenis–jenis baru yang bersifat unggul yang mempunyai sifat ekonomis yang lebih berharga dan bertugas memelihara jenis–jenis unggul yang telah ada serta mempertahankan sifat–sifat keunggulan yang dimiliki. Tujuan akhir setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan tanaman dengan sifat yang lebih baik (lebih unggul) dalam hal ini adalah sifat – sifat tertentu yang diinginkan. Salah satu kegiatan yang ada pada pemuliaan tanaman yakni melakukan seleksi untuk mendapatkan tanaman yang diharapkan. Pada praktikum ini, dilakukan proses seleksi tanaman tomat yang diinfestasikan nematoda puru akar. Pengamatan yang dilakukan yakni  dengan mengamati pertumbuhan tanaman itu sendiri dan kenampakan luar (fenotip).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, intensitas serangan yang paling kecil sampai terbesar yakni varietas Gondol Putih, gondol Ijo, Makoto dan tahan 26. Varietas Gondol Putih cenderung tahan dan mempunyai kenampakan luar (fenotip) yang lebih baik dari pada varietas yang lain.  Pada hakikatnya, setiap metode seleksi bergantung kepada nilai heretabilitas dari sifat tanaman yang akan diperbaiki. Macam seleksi tentunya akan mendapatkan hasil yang berbeda kualitas antara satu metode dengan metode lainnya. Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing metode. Ada anggapan yang menyatakan bahwa seleksi massa tidak efektif untuk perbaikkan hasil. karena hanya tanaman-tanaman yang memperlihatkan keturunan (baris) yang baik saja yang dipilih sebagai tetua untuk siklus seleksi berikutnya. Variabilitas genetik yang luas merupakan salah satu syarat keberhasilan seleksi terhadap karakter yang diinginkan juga nilai rata-rata yang tinggi. Tetapi dengan melihat variabilitas genetik saja sangat sulit untuk mempelajari suatu karakter. Untuk itu diperlukan parameter genetik lain, seperti heritabilitas (Wicaksana, 2001).
Seleksi dengan intensitas tertentu akan lebih efektif bila sifat yang diseleksi banyak terdapat dalam populasi dan tidak efektif bila sifat tersebut jarang. Sering dikatakan bahwa kemajuan seleksi mula – mula tepat tetapi kemudian menurun pada generasi yang lebih lanjut. Ternyata hal ini tidak demikian. Apabila suatu sikap yang disukai jarang terdapat dalam populasi (frekuensi rendah), kemudian diseleksi dengan intensitas yang tetap dari generasi ke generasi maka generasi permulaan kemajuan seleksi amat lambat. Tetapi pada generasi yang lebih lanjut frekuensi gen yang diseleksi dalam populasi bertambah sehingga kemajuan seleksi dalam populasi bertambah sehingga kemajuan seleksi makin cepat sampai mencapai maksimum kemudian menurun lagi.
Pada intensitas serangan diamati banyak gall/ bengkak pada akar dengan diskoring antara 0 sampai 5. Berdasarkan data hasil pengamatan tabel 1 terlihat bahwa terdapat beda nyata pada intensitas serangan dan tinggi tanaman. Intensitas serangan yang terendah yaitu Gondol Putih serangannya 2,09 (tampak adanya gall <25 25-50="" 26="" 2="" 3="" 4="" adanya="" antara="" dan="" gall="" gondol="" ijo="" intensitas="" makoto="" mempunyai="" serangan="" seranganya="" span="" tahan="" tampak="" varietas="">. Pada hasil uji lanjut (Tabel 2) terlihat bahwa varietas Tahan 26, Makoto dan Gondol Ijo tidak berbeda nyata serta Makoto, Gondol Ijo, dan Gondol Putih.  Namun varietas Tahan 26 dengan Gondol Putih bebeda nyata dengan kedua varietas tersebut. Secara teori menyatakan bahwa Makoto merupakan varietas yang dirakit oleh pemulia tanaman sebagai varietas yang tahan terhadap nematoda, namun Gondol putih merupakan varietas yang rentan.
Pada parameter tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada varietas Makoto 18,65 cm, Gondol Putih dengan nilai 20,03 cm dan Tahan 26 18,995 cm, sedangkan yang terendah yaitu Gondol Ijo dengan nilai 14,55 cm, namun pada uji lanjut (tabel 2) terlihat bahwa terdapat beda nyata pada Gondol putih, Tahan 26 dan Makoto dengan Gondol Ijo.
Tabel 2 pada panjang akar menunjukkan bahwa varietas Gondol Ijo mempunyai panjang akar yang tertinggi yaitu 15,124 cm, sedangkan Makoto 13,96 cm, Tahan 26 12,538 cm dan Gondol Putih 10,124 cm, namun pada hasil uji lanjut menunjukkan bahwa ta dengan Gondol Ijo. Meskipun  keempat varietas tersebut menunjukkan intensitas serangan yang berbeda namun mempunyai panjang akar yang hampir sama, hal ini dikarenakan adanya faktor lingkungan yang mempegaruhi pertumbuhan akar. Pada praktikum ini menggunakan media tanah yang dicampur dengan pupuk kandang, sangat dimungkinkan pada varietas Gondol Ijo dan Makoto campuran pupuk kandangnya lebih banyak, sehingga unsur – unsur hara yang diserap akan lebih banyak daripada Gondol Putih. Hasil penelitian Davide dan Trianthaphyllou (1967) yang menyatakan bahwa perbedaan kandungan unsure N,P, K dan Ca dalam jaringan akar diduga erat kaitanya dengan perbedaan perpanjangan akar tanaman pada varietas yang diuji meskipun intensitas serangan nematoda berbeda. Sedangkan untuk volume akar yang tertinggi yaitu varietas Tahan 26 dengan nilai 1,23, kemudian Gondol Ijo 1,21 , kemudian Tahan Gondol Putih 1,12 0,59 dan terendah Makoto sebesar 1,05. Namun pada hasil uji lanjut (tabel 2) menunjukkan bahwa keempat varietas tersebut tidak berbeda nyata. Hal tersebut dapat disebabkan karena ketika penyiraman ada kelompok yang tidak melakukan penyiraman sehingga tidak ada beda nyata.



V.                KESIMPULAN

1.      Terdapat tiga sistem ketahanan tanaman tomat terhadap serangan nematoda, yaitu pertahanan sebelum, selama dan sesudah nematoda melakukan penetrasi pada jaringan tanaman.
2.      Intensitas serangan dan tinggi tanaman. Intensitas serangan yang terendah yaitu Gondol Putih serangannya 2,09 (tampak adanya gall <25 25-50="" 26="" 2="" 3="" 4="" adanya="" antara="" dan="" gall="" gondol="" ijo="" intensitas="" makoto="" mempunyai="" serangan="" seranganya="" span="" tahan="" tampak="" varietas="">.
3.      tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada varietas Makoto 18,65 cm, Gondol Putih dengan nilai 20,03 cm dan Tahan 26 18,995 cm, sedangkan yang terendah yaitu Gondol Ijo dengan nilai 14,55 cm.
4.      panjang akar menunjukkan bahwa varietas Gondol Ijo mempunyai panjang akar yang tertinggi yaitu 15,124 cm, sedangkan Makoto 13,96 cm, Tahan 26 12,538 cm dan Gondol Putih 10,124 cm
5.      volume akar yang tertinggi yaitu varietas Tahan 26 dengan nilai 1,23, kemudian Gondol Ijo 1,21 , kemudian Tahan Gondol Putih 1,12 0,59 dan terendah Makoto sebesar 1,05
6.      Gondol Ijo merupakan varietas yang tahan terhadap nematoda, sedangkan Tahan 26 merupakan varietas yang rentan.


















DAFTAR PUSTAKA
Davide, RG. Triantaphyllou. 1967. Influence of environment on development and sex differentiation of root-knot nematodes II. Effext of host nutrition, Nematologica 13: 111-117.

Fahri. 2008. Pengendalian nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) pada tomat dengan cendawan Rhizosphere dan Glomus fasciculatus. <http://blogfahri.blogspot.com/2008/02/pengendalian-nematoda-puru-akar.html>. Diakses tanggal 18 November 2013.

Hassan, M.A., P.S. Chindo, P.S. Marley, dan M.D. Alegbejo. 2010. Management of root knot nematodes (Meloidogyne spp.) on tomato (Lycopersicon lycopersicum) using organic wastes in Zaria, Nigeria. Plant Protect. Sci. 46: 34-38.

Kartapradja, R. dan D. Djuariah, 1992. Pengaruh tingkat kematangan buah tomat terhadap daya kecambah, pertumbuhan dan hasil tomat. Buletin Penelitian Hortikultura 24.

Lamberti,F and C.E Taylor. 1979. Root Knot Nematodes Biology and Control. Academic Press,London.pp 173 – 375.

Sarbini,G.,1993. Prospek beberapa cendawan parasit telur Meloidogyne spp. sebagai agen pengendali secara hayati. Buletin Unhas 8: 20 -24.

Wicaksana, N. 2001. Phenotypic performance and several genetic parameters of 16 genotypes of potato at medium wet land. Zuriat 12:  15-21.







LAMPIRAN
1.      Data Hasil Ketahanan tomat (Lycopersicum esculentum) berbagai varietas terhadap nematoda
Nama Varietas
Blok
Ulangan
Tinggi Tanaman (cm)
Volume Akar (mm)
Skoring Bintil Akar
Panjang Akar (cm)
Gondol Hijau
I
1
17.5
1
3
26.7
2
15
1
4
20.1
3
14.5
1
5
14.5
II
1
18.1
0.5
1
15.4
2
23.6
1.1
3
26.5
3
22.1
2
3
26.3
III
1
15.5
2
5
11.8
2
11.2
1.5
3
31
3
18.1
2
5
12
IV
1
16.7
2
1
24.4
2
13.2
1.5
1
11.6
3
14.3
1
2
15.5
V
1
13
1
1
7.3
2
15
1
2
7.5
3
14.5
0.5
2
14.5
VI
1
8.3
0.5
2
8.5
2
8.5
1
3
8.5
3
9
2
2
4.5
VII
1
7.5
1
5
5
2
16
1
2
18
3
14
0.8
4
18
Makoto
I
1
19.6
1
5
12.1
2
21.3
1
4
24.7
3
25.5
3
5
18.8
II
1
24.5
1
4
26.5
2
22.3
1
4
17.2
3
19.4
0.8
2
15.1
III
1
19.2
1
2
15.3
2
20.7
2
2
11.9
3
19.8
2
1
13.1
IV
1
22.3
1
3
20.5
2
19.9
2.5
2
20.3
3
8.6
0.5
1
3.3
V
1
21
0.5
2
21.3
2
19
1
3
8
3
17
1
5
10
VI
1
12
0.5
5
6
2
15.5
0.5
1
5.5
3
17
0.25
5
7.5
VII
1
16
0.5
3
11
2
13
0.5
3
8
3
18
0.5
2
17
Gondol Putih
I
1
24.4
1
2
1
2
19.1
0.5
3
0.5
3
21.2
1
2
1
II
1
25
1.8
4
15
2
21.5
1.2
3
9.5
3
9
0.5
0
4
III
1
22.6
2
2
8.5
2
22.4
2
4
20.1
3
16.8
2
3
13.8
IV
1
23.5
2
1
18
2
25.6
2
1
12.7
3
23.5
3
2
16
V
1
20.8
1
2
9
2
22
0.5
4
11.5
3
21.2
0.5
3
6
VI
1
19
0.5
2
8.5
2
9
0
0
2.5
3
9
0
0
4
VII
1
20
1
2
20
2
22
1
1
15.5
3
23
1
3
15.5
Tahan-26
I
1
19.1
2
3
16.6
2
18.9
1
1
13.8
3
20.1
0.5
3
11.2
II
1
20.5
2
2
24.1
2
24.5
2
3
24.9
3
19
1.8
1
18.9
III
1
23.3
2
3
16.7
2
22.2
1
3
10.4
3
21.1
1
3
11.7
IV
1
16
1
11.4
3
2
13.5
3.5
15.9
2
3
21.9
1.5
18.3
1
V
1
16.8
1
2
14.5
2
19.5
1
3
19
3
21
1.5
3
20
VI
1
18
0.75
2
8.5
2
17
0.5
3
7.5
3
13
0.5
4
5.5
VII
1
16
0.5
3
9
2
14.5
0.5
5
7
3
23
0.25
1
18

rerata
Varietas
Blok
TT
VA
Skoring
PA
Gondol Ijo
1
15.67
1.00
4.00
20.43
2
21.27
1.20
2.33
22.73
3
14.93
1.83
4.33
18.27
4
14.73
1.50
1.33
17.17
5
14.17
0.83
1.67
9.77
6
8.60
1.17
2.33
7.17
7
12.50
0.93
3.67
13.67
Makoto
1
22.13
1.67
4.67
18.53
2
22.07
0.93
3.33
19.60
3
19.90
1.67
1.67
13.43
4
16.93
1.33
2.00
14.70
5
19.00
0.83
3.33
13.10
6
14.83
0.42
3.67
6.33
7
15.67
0.50
2.67
12.00
Gondol Putih
1
21.57
0.83
2.33
0.83
2
18.50
1.17
2.33
9.50
3
20.60
2.00
3.00
14.13
4
24.20
2.33
1.33
15.57
5
21.33
0.67
3.00
8.83
6
12.33
0.17
0.67
5.00
7
21.67
1.00
2.00
17.00
Tahan-16
1
19.37
1.17
2.33
13.87
2
21.33
1.93
2.00
22.63
3
22.20
1.33
3.00
12.93
4
17.13
2.00
15.20
2.00
5
19.10
1.17
2.67
17.83
6
16.00
0.58
3.00
7.17
7
17.83
0.42
3.00
11.33

                                  

Tidak ada komentar: