PENYARINGAN
KETAHANAN KEKERINGAN PADA TANAMAN PADI
(Oryza sativa)
- PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembatasan
ekspor beras oleh negara-negara produsen seperti Vietnam, Thailand, dan India
akibat pengaruh perubahan iklim agar kebutuhan pangan di negaranya tercukupi. Memunculkan
berbagai usaha untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri Indonesia melalui
berbagai cara, salah satunya dengan cara ekstensifikasi pertanian. Langkah
tersebut dapat ditempuh dengan pemanfaatan lahan kering yang cukup luas dan
belum termanfaatkan secara optimal. Akan tetapi masalahnya adalah kurangnya
macam varietas padi yang dapat dikembangkan di lahan tersebut akibat cekaman
kekeringan.
Efisiensi penggunaan air
merupakan salah satu perilaku fisiologi yang berhubungan dengan ketahanan
tanaman terhadap cekaman kekeringan. Efisiensi penggunaan air berhubungan
dengan total biomas yang dihasilkan pada kondisi tercekam kekeringan. Perbaikan
efisiensi penggunaan air akan memberikan hasil dan indeks panen tinggi pada
kondisi tercekam kekeringan (Mian et al., 1988).
B. Tujuan
- Mengetahui tangggapan varietas/galur
terhadap cekaman kekeringan
- Menilai status ketahanan galur/varietas
padi terhadap cekaman kekeringan
- TINJAUAN PUSTAKA
Cekaman kekeringan sebelum berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, terlebih dahulu mengakibatkan dehidrasi
dan menurunkan tekanan turgor sel tanaman, sehingga merangsang penutupan
stomata, menghambat difusi CO2 dan fotosintesis akibatnya
pertumbuhan dan hasil tanaman tidak optimal (Levitt, 1980).
Mekanisme toleransi pada tanaman sebagai
respon adanya cekaman kekeringan meliputi (i) kemampuan tanaman tetap tumbuh
pada kondisi kekurangan air yaitu dengan menurunkan luas daun dan memperpendek
siklus tumbuh, (ii) kemampuan akar untuk menyerap air di lapisan tanah paling
dalam, (iii) kemampuan untuk melindungi meristem akar dari kekeringan dengan
meningkatkan akumulasi senyawa tertentu seperti glisin, betain, gula alkohol
atau prolin untuk osmotic adjustment dan (iv) mengoptimalkan peranan
stomata untuk mencegah hilangnya air melalui daun (Nguyen et al., 1997).
Menurut Mackill et al.,(1996), salah satu sifat yang dikehendaki dari tipe tanaman
ideal adalah perakaran yang cepat tumbuh, padat, tebal, dan dalam. Perakaran
seperti ini berfungsi dalam penyerapan air dan hara yang tinggi. Selain itu,
akar sangat penting peranannya bagi varietas tahan kekeringan pada lahan kering
atau sawah tadah hujan. Perakaran yang mempunyai penyebaran yang luas di dalam
tanah lebih mampu menjamin kelancaran distribusi air/hara ke dalam tanaman
untuk proses transpirasi dan fotosintesis.
Akar sangat berperan dalam penyerapan dan mencari
air dari dalam lapisan tanah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tanaman.
Sedangkan fungsi daun dalam mengurangi laju penguapan/ transpirasi merupakan
faktor Iain untuk varietas tahan terhadap kekeringan. Kemampuan akar untuk
menyerap air pada kondisi kering menjadi ukuran dalam mengidentifikasi
galur/varietas tahan terhadap kekeringan. Sifat fisik berupa perakaran yang
panjang, padat, dan diameter akar yang besar menjadi tolok ukur galur/varietas
padi tahan kekeringan. Sebagai contoh, varietas IR 64 yang mempunyai daya
tembus akar relatif rendah perlu ditingkatkan kemampuannya (Suardi dan
Moeljopawiro, 1999a; Suardi, 1999).
Pendekatan anatomi ini penting dilakukan
guna mendukung pendekatan fisiologi maupun morfologi dalam menentukan genotipe
yang peka maupun yang mampu beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan.
Korelasi antar karakter dapat dijadikan sebagai alat seleksi tidak langsung
terhadap karakter utama. Seleksi tidak langsung akan berhasil jika karakter
tersebut dapat diukur lebih cepat dan akurat dibandingkan karakter utama. Dari
hasil penelitian yang dilakukan bahwa Somaklon Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64 yang
dianggap tahan kekeringan pada umumnya mempunyai kerapatan stomata lebih rendah
dibanding tanaman induknya. Tanaman yang dianggap tahan tersebut pada umumnya
berasal dari kalus yang diinduksi mutasi menggunakan irradiasi sinar gamma (Endang, 2006).
- METODOLOGI
Praktikum
Metode Pemuliaan Tanaman Acara II yang berjudul Penyaringan Ketahanan Kekeringan Pada Tanaman Padi dilaksanakan pada hari Rabu, 25 September 2013 di Rumah
Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang
digunakan adalah benih padi varietas Ciherang,
Pandan Wangi, Situ Bagendit dan IR 64 sebagai pembanding. Adapun alat yang
digunakan berupa alat sterilisasi tanah,
alat ekstraksi-isolasi,ember, mikroskop, dan alat tulis.
Cara
kerja dalam praktikum ini pertama-tama disiapkan benih padi (varietas Ciherang, Pandan Wangi, Situ Bagendit dan IR 64
sebagai pembanding) ditanam pada bak perkecambahan dengan media yang steril. Media disterilisasi dengan cara
dikukus selama 2-3 jam. Dilakukan
penyiraman setiap hari dengan menggunakan air kran. Setelah bibit berumur 21 hari kemudian dipindah tanam
dalam ember dengan media steril dengan 3 ulangan.
Seminggu kemudian dibiarkan dengan tidak
menyiram tanaman padi tersebut. Pada umur 45
hari dilakukan pengamatan dengan membongkar tanaman. Pembongkaran dilakukan
dengan diberikan air yang banyak sehingga tanah menjadi lunak sehingga akar
tidak putus. Diberi skor masing-masing
varietas dengan ketentuan jika seluruh daun segar 0, daun-daun mulai menggulung
menyerupai bentuk V dangkal 1, daun-daun mulai menggulung menyerupai bentuk V
tegas 2, daun-daun sepernuhnya melekuk menyerupai bentuk huruf U 5, tepi kedua
sisi helaian daun bersentuhan menyerupai huruf 0 7, dan daun-daun menggulung
ketat 9. Kemudian diukur tinggi tanaman, panjang akar dan volume akarnya pada minggu pertama sebelum panen dan minggu kedua
setelah panen. Data dianalisis dengan
analisis varian RAKL subsampling dengan kelompok sebagai blok, analisis kemudian dilanjutkan uji DMRT α=5% untuk membandingkana rerata
antar tanaman.
- HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Pengamatan
1. Hasil
analisis varian padi
terhadap berbagai parameter pengukuran
Pengamatan Minggu ke-1
No
|
Parameter
|
F Hitung
|
Pr > F
|
Kesimpulan
|
1
|
Tinggi Tanaman
|
1.06
|
0.3708
|
Ns
|
2
|
Jumlah Daun
|
1.68
|
0.1806
|
Ns
|
3
|
Indeks Skoring
|
0.02
|
0.9968
|
Ns
|
Keterangan : α = 0.05, ns = tidak berbeda
nyata, * = berbeda nyata
Pengamatan Minggu ke-2
No
|
Parameter
|
F Hitung
|
Pr > F
|
Kesimpulan
|
1
|
Tinggi Tanaman
|
0.61
|
0.6141
|
Ns
|
2
|
Jumlah Daun
|
1.93
|
0.1351
|
Ns
|
3
|
Indeks Skoring
|
2.20
|
0.0976
|
Ns
|
4
|
Jumlah Stomata
|
1.02
|
0.3919
|
Ns
|
5
|
Luas Stomata
|
1.86
|
0.1458
|
Ns
|
Keterangan : α = 0.05, ns = tidak berbeda
nyata, * = berbeda nyata
2. Hasil
uji Dunnet
Pengamatan Minggu ke-1
No
|
Varietas Kontrol
|
Varietas
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
Indeks Skoring
|
1
|
IR-64
|
Ciherang
|
1.433a
|
1.667a
|
0.00000a
|
2
|
Situ Bagendit
|
-0.824a
|
-1.381a
|
-0.04762a
|
|
3
|
Pandan Wangi
|
-5.662a
|
-1.952a
|
-0.04762a
|
Keterangan:
nilai yang diikuti oleh huruf
yang sama berarti tidak ada beda nyata
Pengamatan Minggu ke-2
No
|
Varietas Kontrol
|
Varietas
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
Indeks Skoring
|
Jumlah Stomata
|
Luas Stomata
|
1
|
IR-64
|
Ciherang
|
1.905a
|
1.952a
|
-0.1905a
|
1.924a
|
2.939a
|
2
|
Situ Bagendit
|
0.814a
|
-1.857a
|
-0.4762a
|
0.900a
|
2.270a
|
|
3
|
Pandan Wangi
|
-3.705a
|
-1.905a
|
-0.8095a
|
-0.329a
|
1.309a
|
Keterangan:
nilai yang diikuti oleh huruf
yang sama berarti tidak ada beda nyata
- Pembahasan
Kekeringan menimbulkan cekaman bagi
tanaman yang tidak tahan kering. Kekurangan air pada tanaman terjadi
karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan
atau kombinasi kedua faktor tersebut. Di lapangan walaupun di dalam tanah air
cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini
terjadi jika kecepatan absorpsi tidak dapat menghitung kehilangan air melalui
proses transpirasi (Haryati, 2003).
Secara umum cekaman kekeringan
menyebabkan tanaman mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman
yang tumbuh normal. Cekaman kekeringan mempengaruhi semua aspek
pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini, cekaman kekeringan mempengaruhi proses
fisiologi dan biokimia tanaman serta menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi
dan morfologi tanaman. Pengaruh cekaman kekeringan dalam beberapa kasus
berhubungan dengan pengaruhnya terhadap tekanan turgor sel. Pada beberapa kasus
lainnya pengaruh cekaman kekeringan berhubungan dengan penurunan potensial air
tanaman, dan pada beberapa kasus disebabkan adanya penurunan potensial osmotik
dalam tubuh tanaman (Haryati, 2003).
Tanaman yang mengalami cekaman
kekeringan stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun
sehingga mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun.
Kecuali itu dengan menutupnya stomata, laju transpirasi menurun sehingga
mengurangi suplai unsur hara dari tanah ke tanaman, karena transpirasi pada
dasarnya memfasilitasi laju aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan
sebagian besar unsur hara masuk ke dalam tanaman bersama-sama dengan aliran
air. Pada proses yang sensitif terdapat kekurangan air adalah pembelahan sel.
Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap defisit
(cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat
menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman lebih
kecil. Pengaruh cekaman kekeringan pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh
daun-daun yang lebih kecil (Haryati, 2003).
Secara
umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman
kekeringan. Respon tanaman terhadap stress air sangat ditentukan oleh tingkat
stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Bila
tanaman dihadapkan pada kondisi kering terdapat dua macam tanggapan yang dapat
memperbaiki status air yaitu tanaman mengubah distribusi asimilat baru untuk
mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat
meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun untuk
mengurangi transpirasi dan tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata
untuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi (Haryati, 2003).
Senyawa
biokimia yang dihasilkan tanaman sebagai respon terhadap kekeringan dan
berperan dalam penyesuaian osmotik bervariasi, antara lain gula-gula, asam
amino, dan senyawa terlarut yang kompatibel (Ingram dan Bartels, 1996).
Senyawa
osmotik yang banyak dipelajari pada toleransi tanaman terhadap kekeringan
antara lain prolin, asam absisik, protein dehidrin, total gula, pati,sorbitol,
vitamin C, asam organik, aspargin, glisin-betain, serta superoksida dismutase
dan K+ yang bertujuan untuk menurunkan potensial osmotik sel tanpa membatasi
fungsi enzim (Venekamp, 1989). Menurut Amthor dan McCree (1990) peningkatan
alokasi relatif substrat yang tersedia ke akar yang selanjutnya menyebabkan
produksi daun menurun, merupakan salah satu akibat perubahan konsentrasi antar
bagian dalam sistem metabolisme tanaman yang mengalami cekaman air. Peristiwa
tersebut sering diinterpretasikan sebagai mekanisme adaptasi terhadap kondisi
langka air.
Mekanisme
adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kekeringan adalah dengan pengaturan
osmotik sel. Pada mekanisme ini terjadi sintesis dan akumulasi senyawa organik
yang dapat menurunkan potensial osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam
sel tanpa membatasi fungsi enzim serta menjaga turgor sel. Beberapa senyawa
yang berperan dalam penyesuaian osmotikal sel antara lain gula osmotik,
prolin dan betain, protein dehidrin dan asam absisik (ABA) yang berperan
dalam memacu akumulasi senyawa tersebut.
Mekanisme ketahanan tanaman terhadap
cekaman kekeringan adalah (1) penghindaran terhadap defisit air yang meliputi :
a) melepaskan diri dari cekaman misalnya dengan memperpendek siklus pertumbuhan
dan memperpanjang periode dorman, b) konservasi air pada tanaman yang
diwujudkan dalam bentuk ukuran daun yang kecil, penutupan stomata dan
penyerapan radiasi matahari yang terbatas, c) penyerapan air yang efektif,
diwujudkan dalam bentuk morfologi akar yang memanjang dan tebal, (2) toleran
terhadap defisit air yaitu dengan cara : a) memelihara tekanan turgor, b)
mengaktifkan larutan-larutan pelindung untuk aktivasi enzim-enzim yang toleran
kekeringan, dan (3) mekanisme efisiensi yaitu penggunaan air yang tersedia secara
efisien dan memaksimalkan indeks panen.
Cekaman kekeringan dapat dibagi ke
dalam tiga kelompok yaitu:
a. Cekaman
ringan yaitu jika potensial air daun menurun 0,1 Mpa atau kandungan air nisbi
menurun 8–10%.
b. Cekaman
sedang yaitu jika potensial air daun menurun 1,2 s/d 1,5 Mpa atau kandungan air
nisbi menurun 10–20%.
c. Cekaman
berat yaitu jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air
nisbi menurun >20%. Apabila tanaman kehilangan lebih dari separoh air
jaringannya dapat dikatakan bahwa tanaman mengalami kekeringan.
Kapasitas
lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya gravitasi. Air yang dapat
ditahan oleh tanah tersebut terus-menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau
menguap sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman
tidak mampu lagi menyerap air tersebut, sehingga tanaman menjadi layu, baik
pada siang hari ataupun malam hari. Pada keadaan ini tanaman disebut titik layu
permanen.
Kekeringan
menimbulkan cekaman bagi tanaman yang tidak tahan kering. Kekeringan terjadi
jika lengas tanah lebih rendah dari titik layu tetap. Kondisi di atas timbul
karena tidak adanya tambahan lengas baik dari air hujan maupun irigasi
sementara evapotranspirasi tetap berlangsung. Pertumbuhan dan hasil tanaman
tidak hanya dipengaruhi oleh cekaman kekeringan, merupakan hasil integrasi dari
semua pengaruh cekaman pada proses fotosintesis, respirasi, metabolisme
pertumbuhan, dan reproduksi.
Hasil pengamatan tanaman padi, semua
variabel pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, indeks skoring pada
minggu pertama dan kedua tidak beda nyata serta jumlah stomata dan luas stomata
tidak mengalami perbedaan yang nyata. Hal tersebut dapat disebabkan karena
penyiraman sebelum di screening
berbeda-beda volume airnya.
Pada hasil (Tabel 1) terlihat bahwa varietas Ciherang, Situ
Bagendit, Pandan Wangi dan IR-64 sebagai varietas kontrol tidak berbeda nyata. Pada
parameter tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada varietas Ciherang rata-rata
62 cm, sedangkan yang terendah yaitu Pandan Wangi dengan nilai rata-rata 55,7
cm. Kemudian parameter jumlah daun tertinggi Pandan Wangi rata-rata 16,6 dan
terendah Ciherang rata-rata 12,85.
Indeks skoring yang tinggi adalah IR-64 sendiri sebagai varietas control
3,2% dan yang paling rendah 2,8%. Selain itu jumlah stomata yang paling banyak
terdapat pada Situ Bagendit dengan rata-rata 15,08, dan yang rendah adalah Ciherang
dengan rata-rata 12,8. Begitupun dengan luas stomata Pandan Wangi yang paling
tinggi gradenya, dan yang rendah adalah Ciherang.
Pada hasil uji lanjut (tabel 2)
tinggi tanaman, jumlah daun, indeks skoring, jumlah stomata, dan luas stomata
menunjukkan bahwa keempat varietas tersebut tidak berbeda nyata baik pada
minggu pertama maupun minggu kedua. Hal tersebut dapat disebabkan karena ketika
penyiraman ada kelompok yang tidak melakukan penyiraman sehingga tidak ada beda
nyata.
- KESIMPULAN
1. Terdapat tiga sistem ketahanan
tanaman padi terhadap kekeringan
2. Hasil analisis data dengan parameter
tinggi tanaman, jumlah daun, indeks skoring,
jumlah stomata, dan luas stomata menunjukan bahwa varietas Ciherang, Situ
Bagendit, Pandan Wangi dan IR-64 sebagai varietas kontrol tidak berbeda nyata
baik minggu pertama maupun minggu kedua.
3. Hasil uji lanjut tinggi tanaman,
jumlah daun, indeks skoring, jumlah stomata, dan luas stomata menunjukkan bahwa
keempat varietas tersebut tidak berbeda nyata baik pada minggu pertama maupun
minggu kedua
DAFTAR PUSTAKA
Amthor, J. and K. J. McCree. 1990. Carbon balance of stressed plants:
A conceptual model for integrating research result. P 1-15. In Alscher and
Cumming (Ed). Stress responses in
plant: adaptation and aclimation mechanisms. Wiley-Liss, Inc., New York.
Endang G. L. 2006. Hubungan antara kerapatan stomata dengan
ketahanan kekeringan pada somaklon padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. Jurnal Biodeversitas 7: 44-48.
Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ingram, J. and D. Bartels. 1996. The molecular basis of dehydration tolerance
in plants. Ann. Rev. Physiol. Mol. Biol. 47:377-403.
Levitt. 1980. Responses
of plants to environment stresses. Dep. of Plant Biology. Carnage Ins.
of Washington Stanford, California.
Mackill,
D.J., W.C. Coffman, and D.P. Gartity. 1996. Rainfed lowland rice improvement.
IRRI, Los Banos, Philippines. 242 p.
Mian, M.A.R., D.A. Ashley, and H.R.
Boerma, 1998. An Additional QTL for Water Use Efficiency in Soybean. Crop Science 38 : 390-393.
Nguyen, H.T., R.C. Babu, and A. Blum.
1997. Breeding for Drought Resistance in Rice Physiology and Molecular Genetic
Considerative. Crop Science 37:
1426-1434.
Suardi,
D. 1999. Plasma nutfah padi toleran kekeringan. Warta Plasma Nutfah 7 :6-7.
Suardi,
D. dan S. Moeljopawiro. 1999a. Daya tembus akar sebagai kriteria seleksi ketahanan
kekeringan pada padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 18: 29-34.
Venekamp, J. H. 1989. Regulation of cytosol acidity in plants
under conditions of drought. Plant Physiol. 76 : 112-117.
Yuwandha, W. 2008. Prospek
Pengembangan Padi Gogo Aromatik Dalam Upaya Menunjang Ketahanan Pangan. <http://cdsindonesia.wordpress.com> di
akses 1 Desember 2013.
LAMPIRAN
Pengamatan
Minggu ke-1
|
||||||
Nama Varietas
|
Blok
|
Ulangan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah Daun
|
Skoring
|
|
IR-64
|
I
|
1
|
65.4
|
10
|
0
|
|
2
|
63.3
|
17
|
0
|
|||
3
|
21.7
|
6
|
0
|
|||
II
|
1
|
61.5
|
23
|
1
|
||
2
|
62
|
8
|
1
|
|||
3
|
39
|
5
|
1
|
|||
III
|
1
|
60.3
|
10
|
0
|
||
2
|
57.5
|
10
|
0
|
|||
3
|
51.3
|
5
|
0
|
|||
IV
|
1
|
65
|
15
|
1
|
||
2
|
60
|
12
|
0
|
|||
3
|
67
|
10
|
0
|
|||
V
|
1
|
47
|
13
|
3
|
||
2
|
68
|
16
|
3
|
|||
3
|
69
|
15
|
1
|
|||
VI
|
1
|
71
|
13
|
7
|
||
2
|
70
|
12
|
0
|
|||
3
|
59
|
20
|
0
|
|||
VII
|
1
|
75
|
15
|
0
|
||
2
|
63
|
31
|
0
|
|||
3
|
62.5
|
34
|
0
|
|||
Pandan Wangi
|
I
|
1
|
62
|
18
|
0
|
|
2
|
73.1
|
22
|
0
|
|||
3
|
30.7
|
6
|
0
|
|||
II
|
1
|
0
|
0
|
0
|
||
2
|
56.2
|
10
|
0
|
|||
3
|
61.8
|
11
|
0
|
|||
III
|
1
|
58.3
|
11
|
0
|
||
2
|
62
|
14
|
0
|
|||
3
|
58
|
17
|
0
|
|||
IV
|
1
|
42.5
|
9
|
1
|
||
2
|
41.5
|
8
|
0
|
|||
3
|
35
|
17
|
0
|
|||
V
|
1
|
58
|
12
|
5
|
||
2
|
63.5
|
13
|
5
|
|||
3
|
62
|
16
|
5
|
|||
VI
|
1
|
67
|
23
|
0
|
||
2
|
67.5
|
20
|
1
|
|||
3
|
60
|
13
|
0
|
|||
VII
|
1
|
69
|
32
|
0
|
||
2
|
48
|
19
|
0
|
|||
3
|
63.5
|
44
|
0
|
|||
Ciherang
|
I
|
1
|
73.9
|
14
|
0
|
|
2
|
75
|
15
|
0
|
|||
3
|
87.1
|
30
|
0
|
|||
II
|
1
|
52.5
|
5
|
0
|
||
2
|
63
|
11
|
0
|
|||
3
|
46
|
5
|
0
|
|||
III
|
1
|
0
|
0
|
0
|
||
2
|
66.5
|
11
|
0
|
|||
3
|
57.1
|
9
|
0
|
|||
IV
|
1
|
35
|
8
|
1
|
||
2
|
60
|
9
|
0
|
|||
3
|
67
|
9
|
0
|
|||
V
|
1
|
49
|
10
|
3
|
||
2
|
72.5
|
15
|
3
|
|||
3
|
72
|
15
|
3
|
|||
VI
|
1
|
79
|
17
|
5
|
||
2
|
75
|
14
|
1
|
|||
3
|
72.5
|
10
|
1
|
|||
VII
|
1
|
73
|
16
|
0
|
||
2
|
56
|
12
|
0
|
|||
3
|
56.5
|
24
|
0
|
|||
Situbagendit
|
I
|
1
|
69.6
|
15
|
0
|
|
2
|
73.4
|
16
|
0
|
|||
3
|
65.5
|
23
|
0
|
|||
II
|
1
|
67.5
|
17
|
0
|
||
2
|
60
|
12
|
0
|
|||
3
|
28.5
|
5
|
0
|
|||
III
|
1
|
51.8
|
8
|
0
|
||
2
|
37.5
|
5
|
0
|
|||
3
|
58.2
|
6
|
0
|
|||
IV
|
1
|
41
|
6
|
1
|
||
2
|
58
|
6
|
1
|
|||
3
|
61
|
9
|
1
|
|||
V
|
1
|
51.5
|
13
|
3
|
||
2
|
59
|
14
|
1
|
|||
3
|
66
|
13
|
5
|
|||
VI
|
1
|
80
|
20
|
5
|
||
2
|
72
|
16
|
0
|
|||
3
|
75
|
13
|
1
|
|||
VII
|
1
|
58
|
10
|
0
|
||
2
|
48
|
9
|
0
|
|||
3
|
59.7
|
35
|
0
|
Pengamatan
Minggu ke-2
|
||||||||
Nama Varietas
|
Blok
|
Ulangan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
Jumlah Daun
|
Skoring
|
Jumlah Stomata
|
Luas Stomata
|
|
IR-64
|
I
|
1
|
62.3
|
16
|
7
|
7
|
0.33
|
|
2
|
21
|
6
|
9
|
26
|
0.36
|
|||
3
|
65.1
|
13
|
7
|
9
|
14.70
|
|||
II
|
1
|
67
|
26
|
3
|
10
|
22.12
|
||
2
|
68.5
|
12
|
4
|
10
|
18.33
|
|||
3
|
42.5
|
5
|
4
|
10
|
16.20
|
|||
III
|
1
|
68.9
|
13
|
0
|
8
|
5.06
|
||
2
|
46.8
|
13
|
1
|
16
|
10.10
|
|||
3
|
55.7
|
4
|
3
|
13
|
12.55
|
|||
IV
|
1
|
63.5
|
18
|
3
|
16
|
22.83
|
||
2
|
63
|
14
|
1
|
21
|
22.18
|
|||
3
|
73
|
10
|
9
|
16
|
22.70
|
|||
V
|
1
|
48.6
|
15
|
7
|
18
|
0.59
|
||
2
|
74
|
21
|
9
|
15
|
0.43
|
|||
3
|
69.7
|
18
|
9
|
18
|
0.49
|
|||
VI
|
1
|
56
|
13
|
9
|
8
|
4.52
|
||
2
|
73
|
13
|
9
|
11
|
17.89
|
|||
3
|
62
|
18
|
9
|
10
|
9.61
|
|||
VII
|
1
|
75.5
|
14
|
5
|
13
|
18.79
|
||
2
|
62
|
34
|
3
|
8
|
14.56
|
|||
3
|
60
|
25
|
7
|
13
|
20.36
|
|||
Pandan Wangi
|
I
|
1
|
72.2
|
18
|
5
|
13
|
0.82
|
|
2
|
30.4
|
7
|
7
|
9
|
0.36
|
|||
3
|
64.7
|
20
|
7
|
8
|
15.82
|
|||
II
|
1
|
0
|
0
|
0
|
10
|
20.76
|
||
2
|
59.5
|
18
|
3
|
9
|
19.37
|
|||
3
|
73
|
16
|
2
|
13
|
18.48
|
|||
III
|
1
|
65
|
13
|
0
|
15
|
16.71
|
||
2
|
62.3
|
20
|
1
|
19
|
19.09
|
|||
3
|
57.2
|
16
|
7
|
10
|
23.17
|
|||
IV
|
1
|
52.5
|
11
|
5
|
9
|
25.17
|
||
2
|
47
|
16
|
0
|
13
|
23.66
|
|||
3
|
62.5
|
17
|
7
|
29
|
21.21
|
|||
V
|
1
|
59.5
|
20
|
5
|
21
|
0.95
|
||
2
|
65.3
|
17
|
9
|
24
|
0.00
|
|||
3
|
64.4
|
17
|
9
|
21
|
0.51
|
|||
VI
|
1
|
62
|
21
|
9
|
10
|
22.61
|
||
2
|
67
|
15
|
7
|
15
|
16.18
|
|||
3
|
54
|
12
|
9
|
12
|
22.39
|
|||
VII
|
1
|
68
|
28
|
3
|
9
|
19.57
|
||
2
|
50.3
|
18
|
3
|
14
|
13.82
|
|||
3
|
63.5
|
42
|
3
|
12
|
15.76
|
|||
Ciherang
|
I
|
1
|
74.3
|
14
|
7
|
15
|
1.06
|
|
2
|
75.3
|
31
|
9
|
21
|
1.00
|
|||
3
|
75.7
|
16
|
9
|
8
|
16.57
|
|||
II
|
1
|
58
|
6
|
2
|
7
|
16.64
|
||
2
|
67.5
|
12
|
3
|
11
|
27.81
|
|||
3
|
60
|
6
|
2
|
8
|
20.94
|
|||
III
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.00
|
||
2
|
74.9
|
15
|
1
|
13
|
25.23
|
|||
3
|
55.7
|
9
|
5
|
10
|
10.83
|
|||
IV
|
1
|
44
|
14
|
3
|
24
|
17.65
|
||
2
|
54.5
|
13
|
1
|
8
|
20.59
|
|||
3
|
63
|
10
|
9
|
10
|
20.27
|
|||
V
|
1
|
50.4
|
13
|
7
|
25
|
0.35
|
||
2
|
76.8
|
15
|
9
|
24
|
0.31
|
|||
3
|
74.5
|
15
|
9
|
18
|
0.28
|
|||
VI
|
1
|
80
|
18
|
9
|
10
|
9.26
|
||
2
|
75
|
14
|
7
|
13
|
25.90
|
|||
3
|
62.5
|
11
|
9
|
8
|
17.04
|
|||
VII
|
1
|
74
|
13
|
5
|
10
|
22.92
|
||
2
|
60
|
14
|
3
|
14
|
11.78
|
|||
3
|
62
|
22
|
5
|
12
|
15.76
|
|||
Situbagendit
|
I
|
1
|
72.7
|
15
|
7
|
20
|
0.00
|
|
2
|
72
|
25
|
9
|
10
|
1.37
|
|||
3
|
76.7
|
18
|
9
|
6
|
8.28
|
|||
II
|
1
|
76
|
18
|
2
|
8
|
14.87
|
||
2
|
68
|
13
|
2
|
14
|
33.08
|
|||
3
|
31
|
4
|
0
|
10
|
16.65
|
|||
III
|
1
|
61.2
|
13
|
1
|
18
|
20.69
|
||
2
|
48
|
5
|
1
|
22
|
14.55
|
|||
3
|
60.4
|
4
|
7
|
19
|
19.32
|
|||
IV
|
1
|
43
|
14
|
1
|
10
|
21.88
|
||
2
|
59.5
|
8
|
1
|
12
|
20.93
|
|||
3
|
61.5
|
9
|
9
|
12
|
21.90
|
|||
V
|
1
|
52.2
|
13
|
5
|
26
|
0.55
|
||
2
|
59.5
|
14
|
7
|
20
|
0.65
|
|||
3
|
67
|
15
|
7
|
19
|
0.67
|
|||
VI
|
1
|
81
|
19
|
9
|
16
|
15.88
|
||
2
|
73
|
14
|
9
|
17
|
22.57
|
|||
3
|
67
|
15
|
7
|
18
|
20.16
|
|||
VII
|
1
|
57.5
|
8
|
5
|
13
|
15.12
|
||
2
|
48
|
10
|
5
|
14
|
18.76
|
|||
3
|
60
|
28
|
5
|
12
|
14.50
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar