Jumat, 31 Oktober 2014

PENYARINGAN KETAHANAN KEKERINGAN PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa)

PENYARINGAN KETAHANAN KEKERINGAN PADA TANAMAN PADI
(Oryza sativa)

  1. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembatasan ekspor beras oleh negara-negara produsen seperti Vietnam, Thailand, dan India akibat pengaruh perubahan iklim agar kebutuhan pangan di negaranya tercukupi. Memunculkan berbagai usaha untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri Indonesia melalui berbagai cara, salah satunya dengan cara ekstensifikasi pertanian. Langkah tersebut dapat ditempuh dengan pemanfaatan lahan kering yang cukup luas dan belum termanfaatkan secara optimal. Akan tetapi masalahnya adalah kurangnya macam varietas padi yang dapat dikembangkan di lahan tersebut akibat cekaman kekeringan.

Efisiensi penggunaan air merupakan salah satu perilaku fisiologi yang berhubungan dengan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan. Efisiensi penggunaan air berhubungan dengan total biomas yang dihasilkan pada kondisi tercekam kekeringan. Perbaikan efisiensi penggunaan air akan memberikan hasil dan indeks panen tinggi pada kondisi tercekam kekeringan (Mian et al., 1988).

B.     Tujuan
  1. Mengetahui tangggapan varietas/galur terhadap cekaman kekeringan
  2. Menilai status ketahanan galur/varietas padi terhadap cekaman kekeringan
  
  1. TINJAUAN PUSTAKA
Cekaman kekeringan sebelum berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, terlebih dahulu mengakibatkan dehidrasi dan menurunkan tekanan turgor sel tanaman, sehingga merangsang penutupan stomata, menghambat difusi CO2 dan fotosintesis akibatnya pertumbuhan dan hasil tanaman tidak optimal (Levitt, 1980).
Mekanisme toleransi pada tanaman sebagai respon adanya cekaman kekeringan meliputi (i) kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan air yaitu dengan menurunkan luas daun dan memperpendek siklus tumbuh, (ii) kemampuan akar untuk menyerap air di lapisan tanah paling dalam, (iii) kemampuan untuk melindungi meristem akar dari kekeringan dengan meningkatkan akumulasi senyawa tertentu seperti glisin, betain, gula alkohol atau prolin untuk osmotic adjustment dan (iv) mengoptimalkan peranan stomata untuk mencegah hilangnya air melalui daun (Nguyen et al., 1997).
Menurut Mackill et al.,(1996), salah satu sifat yang dikehendaki dari tipe tanaman ideal adalah perakaran yang cepat tumbuh, padat, tebal, dan dalam. Perakaran seperti ini berfungsi dalam penyerapan air dan hara yang tinggi. Selain itu, akar sangat penting peranannya bagi varietas tahan kekeringan pada lahan kering atau sawah tadah hujan. Perakaran yang mempunyai penyebaran yang luas di dalam tanah lebih mampu menjamin kelancaran distribusi air/hara ke dalam tanaman untuk proses transpirasi dan fotosintesis.
 Akar sangat berperan dalam penyerapan dan mencari air dari dalam lapisan tanah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tanaman. Sedangkan fungsi daun dalam mengurangi laju penguapan/ transpirasi merupakan faktor Iain untuk varietas tahan terhadap kekeringan. Kemampuan akar untuk menyerap air pada kondisi kering menjadi ukuran dalam mengidentifikasi galur/varietas tahan terhadap kekeringan. Sifat fisik berupa perakaran yang panjang, padat, dan diameter akar yang besar menjadi tolok ukur galur/varietas padi tahan kekeringan. Sebagai contoh, varietas IR 64 yang mempunyai daya tembus akar relatif rendah perlu ditingkatkan kemampuannya (Suardi dan Moeljopawiro, 1999a; Suardi, 1999).
Pendekatan anatomi ini penting dilakukan guna mendukung pendekatan fisiologi maupun morfologi dalam menentukan genotipe yang peka maupun yang mampu beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan. Korelasi antar karakter dapat dijadikan sebagai alat seleksi tidak langsung terhadap karakter utama. Seleksi tidak langsung akan berhasil jika karakter tersebut dapat diukur lebih cepat dan akurat dibandingkan karakter utama. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa Somaklon Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64 yang dianggap tahan kekeringan pada umumnya mempunyai kerapatan stomata lebih rendah dibanding tanaman induknya. Tanaman yang dianggap tahan tersebut pada umumnya berasal dari kalus yang diinduksi mutasi menggunakan irradiasi sinar gamma (Endang, 2006).



  1. METODOLOGI
Praktikum Metode Pemuliaan Tanaman Acara II yang berjudul Penyaringan Ketahanan Kekeringan Pada Tanaman Padi dilaksanakan pada hari Rabu, 25 September 2013 di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan adalah benih padi varietas Ciherang, Pandan Wangi, Situ Bagendit dan IR 64 sebagai pembanding. Adapun alat yang digunakan berupa alat sterilisasi tanah, alat ekstraksi-isolasi,ember, mikroskop, dan alat tulis.
Cara kerja dalam praktikum ini pertama-tama disiapkan benih padi (varietas Ciherang, Pandan Wangi, Situ Bagendit dan IR 64 sebagai pembanding) ditanam pada bak perkecambahan dengan media yang steril. Media disterilisasi dengan cara dikukus selama 2-3 jam. Dilakukan penyiraman setiap hari dengan menggunakan air kran. Setelah bibit berumur 21 hari kemudian dipindah tanam dalam ember dengan media steril dengan 3 ulangan. Seminggu kemudian dibiarkan dengan tidak menyiram tanaman padi tersebut. Pada umur 45 hari dilakukan pengamatan dengan membongkar tanaman. Pembongkaran dilakukan dengan diberikan air yang banyak sehingga tanah menjadi lunak sehingga akar tidak putus. Diberi skor masing-masing varietas dengan ketentuan jika seluruh daun segar 0, daun-daun mulai menggulung menyerupai bentuk V dangkal 1, daun-daun mulai menggulung menyerupai bentuk V tegas 2, daun-daun sepernuhnya melekuk menyerupai bentuk huruf U 5, tepi kedua sisi helaian daun bersentuhan menyerupai huruf 0 7, dan daun-daun menggulung ketat 9.  Kemudian diukur tinggi tanaman, panjang akar dan volume akarnya pada minggu pertama sebelum panen dan minggu kedua setelah panen. Data dianalisis dengan analisis varian RAKL subsampling  dengan kelompok sebagai blok, analisis kemudian dilanjutkan uji DMRT α=5% untuk membandingkana rerata antar tanaman.



  1. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Pengamatan
1.      Hasil analisis varian padi terhadap berbagai parameter pengukuran
Pengamatan Minggu ke-1
No
Parameter
F Hitung
Pr > F
Kesimpulan
1
Tinggi Tanaman
1.06
0.3708
Ns
2
Jumlah Daun
1.68
0.1806
Ns
3
Indeks Skoring
0.02
0.9968
Ns
      Keterangan : α = 0.05, ns = tidak berbeda nyata, *  = berbeda nyata

      Pengamatan Minggu ke-2
No
Parameter
F Hitung
Pr > F
Kesimpulan
1
Tinggi Tanaman
0.61
0.6141
Ns
2
Jumlah Daun
1.93
0.1351
Ns
3
Indeks Skoring
2.20
0.0976
Ns
4
Jumlah Stomata
1.02
0.3919
Ns
5
Luas Stomata
1.86
0.1458
Ns
      Keterangan : α = 0.05, ns = tidak berbeda nyata, *  = berbeda nyata





2.      Hasil uji Dunnet
Pengamatan Minggu ke-1
No
Varietas Kontrol
 Varietas
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Indeks Skoring
1
IR-64
Ciherang
1.433a
1.667a
0.00000a
2
Situ Bagendit
-0.824a
-1.381a
-0.04762a
3
Pandan Wangi
-5.662a
-1.952a
-0.04762a
      Keterangan: nilai yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak ada beda nyata
     
      Pengamatan Minggu ke-2
No
Varietas Kontrol
 Varietas
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Indeks Skoring
Jumlah Stomata
Luas Stomata
1
IR-64
Ciherang
1.905a
1.952a
-0.1905a
1.924a
2.939a
2
Situ Bagendit
0.814a
-1.857a
-0.4762a
0.900a
2.270a
3
Pandan Wangi
-3.705a
-1.905a
-0.8095a
-0.329a
1.309a
      Keterangan: nilai yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak ada beda nyata



  1. Pembahasan
Kekeringan menimbulkan cekaman bagi tanaman yang tidak tahan kering. Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorpsi tidak dapat menghitung kehilangan air melalui proses transpirasi (Haryati, 2003).
Secara umum cekaman kekeringan menyebabkan tanaman mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman kekeringan mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini, cekaman kekeringan mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta menyebabkan terjadinya modifikasi anatomi dan morfologi tanaman. Pengaruh cekaman kekeringan dalam beberapa kasus berhubungan dengan pengaruhnya terhadap tekanan turgor sel. Pada beberapa kasus lainnya pengaruh cekaman kekeringan berhubungan dengan penurunan potensial air tanaman, dan pada beberapa kasus disebabkan adanya penurunan potensial osmotik dalam tubuh tanaman (Haryati, 2003).
Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Kecuali itu dengan menutupnya stomata, laju transpirasi menurun sehingga mengurangi suplai unsur hara dari tanah ke tanaman, karena transpirasi pada dasarnya memfasilitasi laju aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar unsur hara masuk ke dalam tanaman bersama-sama dengan aliran air. Pada proses yang sensitif terdapat kekurangan air adalah pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan tanaman lebih kecil. Pengaruh cekaman kekeringan pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun-daun yang lebih kecil (Haryati, 2003).
            Secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu bila mengalami cekaman kekeringan. Respon tanaman terhadap stress air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Bila tanaman dihadapkan pada kondisi kering terdapat dua macam tanggapan yang dapat memperbaiki status air yaitu tanaman mengubah distribusi asimilat baru untuk mendukung pertumbuhan akar dengan mengorbankan tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pemekaran daun untuk mengurangi transpirasi dan tanaman akan mengatur derajat pembukaan stomata untuk menghambat kehilangan air lewat transpirasi (Haryati, 2003).
            Senyawa biokimia yang dihasilkan tanaman sebagai respon terhadap kekeringan dan berperan dalam penyesuaian osmotik bervariasi, antara lain gula-gula, asam amino, dan senyawa terlarut yang kompatibel (Ingram dan Bartels, 1996).
            Senyawa osmotik yang banyak dipelajari pada toleransi tanaman terhadap kekeringan antara lain prolin, asam absisik, protein dehidrin, total gula, pati,sorbitol, vitamin C, asam organik, aspargin, glisin-betain, serta superoksida dismutase dan K+ yang bertujuan untuk menurunkan potensial osmotik sel tanpa membatasi fungsi enzim (Venekamp, 1989). Menurut Amthor dan McCree (1990) peningkatan alokasi relatif substrat yang tersedia ke akar yang selanjutnya menyebabkan produksi daun menurun, merupakan salah satu akibat perubahan konsentrasi antar bagian dalam sistem metabolisme tanaman yang mengalami cekaman air. Peristiwa tersebut sering diinterpretasikan sebagai mekanisme adaptasi terhadap kondisi langka air.
            Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kekeringan adalah dengan pengaturan osmotik sel. Pada mekanisme ini terjadi sintesis dan akumulasi senyawa organik yang dapat menurunkan potensial osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam sel tanpa membatasi fungsi enzim serta menjaga turgor sel. Beberapa senyawa yang berperan dalam penyesuaian osmotikal sel antara lain gula osmotik, prolin  dan betain, protein dehidrin dan asam absisik (ABA) yang berperan dalam memacu akumulasi senyawa tersebut.
Mekanisme ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan adalah (1) penghindaran terhadap defisit air yang meliputi : a) melepaskan diri dari cekaman misalnya dengan memperpendek siklus pertumbuhan dan memperpanjang periode dorman, b) konservasi air pada tanaman yang diwujudkan dalam bentuk ukuran daun yang kecil, penutupan stomata dan penyerapan radiasi matahari yang terbatas, c) penyerapan air yang efektif, diwujudkan dalam bentuk morfologi akar yang memanjang dan tebal, (2) toleran terhadap defisit air yaitu dengan cara : a) memelihara tekanan turgor, b) mengaktifkan larutan-larutan pelindung untuk aktivasi enzim-enzim yang toleran kekeringan, dan (3) mekanisme efisiensi yaitu penggunaan air yang tersedia secara efisien dan memaksimalkan indeks panen.
Cekaman kekeringan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu:
a.       Cekaman ringan yaitu jika potensial air daun menurun 0,1 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 8–10%.
b.      Cekaman sedang yaitu jika potensial air daun menurun 1,2 s/d 1,5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 10–20%.
c.       Cekaman berat yaitu jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun >20%. Apabila tanaman kehilangan lebih dari separoh air jaringannya dapat dikatakan bahwa tanaman mengalami kekeringan.
            Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus-menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut, sehingga tanaman menjadi layu, baik pada siang hari ataupun malam hari. Pada keadaan ini tanaman disebut titik layu permanen.
            Kekeringan menimbulkan cekaman bagi tanaman yang tidak tahan kering. Kekeringan terjadi jika lengas tanah lebih rendah dari titik layu tetap. Kondisi di atas timbul karena tidak adanya tambahan lengas baik dari air hujan maupun irigasi sementara evapotranspirasi tetap berlangsung. Pertumbuhan dan hasil tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh cekaman kekeringan, merupakan hasil integrasi dari semua pengaruh cekaman pada proses fotosintesis, respirasi, metabolisme pertumbuhan, dan reproduksi.
Hasil pengamatan tanaman padi, semua variabel pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, indeks skoring pada minggu pertama dan kedua tidak beda nyata serta jumlah stomata dan luas stomata tidak mengalami perbedaan yang nyata. Hal tersebut dapat disebabkan karena penyiraman sebelum di screening berbeda-beda volume airnya.
Pada hasil (Tabel 1) terlihat bahwa varietas Ciherang, Situ Bagendit, Pandan Wangi dan IR-64 sebagai varietas kontrol tidak berbeda nyata. Pada parameter tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada varietas Ciherang rata-rata 62 cm, sedangkan yang terendah yaitu Pandan Wangi dengan nilai rata-rata 55,7 cm. Kemudian parameter jumlah daun tertinggi Pandan Wangi rata-rata 16,6 dan terendah Ciherang rata-rata 12,85.  Indeks skoring yang tinggi adalah IR-64 sendiri sebagai varietas control 3,2% dan yang paling rendah 2,8%. Selain itu jumlah stomata yang paling banyak terdapat pada Situ Bagendit dengan rata-rata 15,08, dan yang rendah adalah Ciherang dengan rata-rata 12,8. Begitupun dengan luas stomata Pandan Wangi yang paling tinggi gradenya, dan yang rendah adalah Ciherang.
Pada hasil uji lanjut (tabel 2) tinggi tanaman, jumlah daun, indeks skoring, jumlah stomata, dan luas stomata menunjukkan bahwa keempat varietas tersebut tidak berbeda nyata baik pada minggu pertama maupun minggu kedua. Hal tersebut dapat disebabkan karena ketika penyiraman ada kelompok yang tidak melakukan penyiraman sehingga tidak ada beda nyata.




  1. KESIMPULAN

1.      Terdapat tiga sistem ketahanan tanaman padi terhadap kekeringan
2.      Hasil analisis data dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, indeks skoring, jumlah stomata, dan luas stomata menunjukan bahwa varietas Ciherang, Situ Bagendit, Pandan Wangi dan IR-64 sebagai varietas kontrol tidak berbeda nyata baik minggu pertama maupun minggu kedua.
3.      Hasil uji lanjut tinggi tanaman, jumlah daun, indeks skoring, jumlah stomata, dan luas stomata menunjukkan bahwa keempat varietas tersebut tidak berbeda nyata baik pada minggu pertama maupun minggu kedua






DAFTAR PUSTAKA
Amthor, J. and K. J. McCree. 1990. Carbon balance of stressed plants: A conceptual model for integrating research result. P 1-15. In Alscher and Cumming (Ed). Stress responses in plant: adaptation and aclimation mechanisms. Wiley-Liss, Inc., New York.

Endang G. L. 2006. Hubungan antara kerapatan stomata dengan ketahanan kekeringan pada somaklon padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64.  Jurnal Biodeversitas 7: 44-48.

Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ingram, J. and D. Bartels. 1996. The molecular basis of dehydration tolerance in plants. Ann. Rev. Physiol. Mol. Biol. 47:377-403.

Levitt. 1980. Responses of plants to environment stresses. Dep. of Plant Biology. Carnage Ins. of Washington Stanford, California.

Mackill, D.J., W.C. Coffman, and D.P. Gartity. 1996. Rainfed lowland rice improvement. IRRI, Los Banos, Philippines. 242 p.

Mian, M.A.R., D.A. Ashley, and H.R. Boerma, 1998. An Additional QTL for Water Use Efficiency in Soybean. Crop Science 38 : 390-393.

Nguyen, H.T., R.C. Babu, and A. Blum. 1997. Breeding for Drought Resistance in Rice Physiology and Molecular Genetic Considerative. Crop Science 37: 1426-1434.

Suardi, D. 1999. Plasma nutfah padi toleran kekeringan. Warta Plasma Nutfah 7 :6-7.

Suardi, D. dan S. Moeljopawiro. 1999a. Daya tembus akar sebagai kriteria seleksi ketahanan kekeringan pada padi. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 18: 29-34.
Venekamp, J. H. 1989. Regulation of cytosol acidity in plants under conditions of drought. Plant Physiol. 76 : 112-117.

Yuwandha, W. 2008. Prospek Pengembangan Padi Gogo Aromatik Dalam Upaya Menunjang Ketahanan Pangan. <http://cdsindonesia.wordpress.com> di akses 1 Desember 2013.



LAMPIRAN

Pengamatan Minggu ke-1
Nama Varietas
Blok
Ulangan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Skoring
IR-64
I
1
65.4
10
0
2
63.3
17
0
3
21.7
6
0
II
1
61.5
23
1
2
62
8
1
3
39
5
1
III
1
60.3
10
0
2
57.5
10
0
3
51.3
5
0
IV
1
65
15
1
2
60
12
0
3
67
10
0
V
1
47
13
3
2
68
16
3
3
69
15
1
VI
1
71
13
7
2
70
12
0
3
59
20
0
VII
1
75
15
0
2
63
31
0
3
62.5
34
0
Pandan Wangi
I
1
62
18
0
2
73.1
22
0
3
30.7
6
0
II
1
0
0
0
2
56.2
10
0
3
61.8
11
0
III
1
58.3
11
0
2
62
14
0
3
58
17
0
IV
1
42.5
9
1
2
41.5
8
0
3
35
17
0
V
1
58
12
5
2
63.5
13
5
3
62
16
5
VI
1
67
23
0
2
67.5
20
1
3
60
13
0
VII
1
69
32
0
2
48
19
0
3
63.5
44
0
Ciherang
I
1
73.9
14
0
2
75
15
0
3
87.1
30
0
II
1
52.5
5
0
2
63
11
0
3
46
5
0
III
1
0
0
0
2
66.5
11
0
3
57.1
9
0
IV
1
35
8
1
2
60
9
0
3
67
9
0
V
1
49
10
3
2
72.5
15
3
3
72
15
3
VI
1
79
17
5
2
75
14
1
3
72.5
10
1
VII
1
73
16
0
2
56
12
0
3
56.5
24
0
Situbagendit
I
1
69.6
15
0
2
73.4
16
0
3
65.5
23
0
II
1
67.5
17
0
2
60
12
0
3
28.5
5
0
III
1
51.8
8
0
2
37.5
5
0
3
58.2
6
0
IV
1
41
6
1
2
58
6
1
3
61
9
1
V
1
51.5
13
3
2
59
14
1
3
66
13
5
VI
1
80
20
5
2
72
16
0
3
75
13
1
VII
1
58
10
0
2
48
9
0
3
59.7
35
0





Pengamatan Minggu ke-2
Nama Varietas
Blok
Ulangan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Skoring
Jumlah Stomata
Luas Stomata
IR-64
I
1
62.3
16
7
7
0.33
2
21
6
9
26
0.36
3
65.1
13
7
9
14.70
II
1
67
26
3
10
22.12
2
68.5
12
4
10
18.33
3
42.5
5
4
10
16.20
III
1
68.9
13
0
8
5.06
2
46.8
13
1
16
10.10
3
55.7
4
3
13
12.55
IV
1
63.5
18
3
16
22.83
2
63
14
1
21
22.18
3
73
10
9
16
22.70
V
1
48.6
15
7
18
0.59
2
74
21
9
15
0.43
3
69.7
18
9
18
0.49
VI
1
56
13
9
8
4.52
2
73
13
9
11
17.89
3
62
18
9
10
9.61
VII
1
75.5
14
5
13
18.79
2
62
34
3
8
14.56
3
60
25
7
13
20.36
Pandan Wangi
I
1
72.2
18
5
13
0.82
2
30.4
7
7
9
0.36
3
64.7
20
7
8
15.82
II
1
0
0
0
10
20.76
2
59.5
18
3
9
19.37
3
73
16
2
13
18.48
III
1
65
13
0
15
16.71
2
62.3
20
1
19
19.09
3
57.2
16
7
10
23.17
IV
1
52.5
11
5
9
25.17
2
47
16
0
13
23.66
3
62.5
17
7
29
21.21
V
1
59.5
20
5
21
0.95
2
65.3
17
9
24
0.00
3
64.4
17
9
21
0.51
VI
1
62
21
9
10
22.61
2
67
15
7
15
16.18
3
54
12
9
12
22.39
VII
1
68
28
3
9
19.57
2
50.3
18
3
14
13.82
3
63.5
42
3
12
15.76
Ciherang
I
1
74.3
14
7
15
1.06
2
75.3
31
9
21
1.00
3
75.7
16
9
8
16.57
II
1
58
6
2
7
16.64
2
67.5
12
3
11
27.81
3
60
6
2
8
20.94
III
1
0
0
0
0
0.00
2
74.9
15
1
13
25.23
3
55.7
9
5
10
10.83
IV
1
44
14
3
24
17.65
2
54.5
13
1
8
20.59
3
63
10
9
10
20.27
V
1
50.4
13
7
25
0.35
2
76.8
15
9
24
0.31
3
74.5
15
9
18
0.28
VI
1
80
18
9
10
9.26
2
75
14
7
13
25.90
3
62.5
11
9
8
17.04
VII
1
74
13
5
10
22.92
2
60
14
3
14
11.78
3
62
22
5
12
15.76
Situbagendit
I
1
72.7
15
7
20
0.00
2
72
25
9
10
1.37
3
76.7
18
9
6
8.28
II
1
76
18
2
8
14.87
2
68
13
2
14
33.08
3
31
4
0
10
16.65
III
1
61.2
13
1
18
20.69
2
48
5
1
22
14.55
3
60.4
4
7
19
19.32
IV
1
43
14
1
10
21.88
2
59.5
8
1
12
20.93
3
61.5
9
9
12
21.90
V
1
52.2
13
5
26
0.55
2
59.5
14
7
20
0.65
3
67
15
7
19
0.67
VI
1
81
19
9
16
15.88
2
73
14
9
17
22.57
3
67
15
7
18
20.16
VII
1
57.5
8
5
13
15.12
2
48
10
5
14
18.76
3
60
28
5
12
14.50

Tidak ada komentar: