SELEKSI GALUR MURNI PADA KACANG
TANAH (Arachis hypogaea)
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seleksi
keturunan tanaman penyerbuk sendiri pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) atau sering disebut
sebagai seleksi galur murni (pure line
breeding). Tanaman kacang tanah
yang terpilih secara individual akan
dipanen secara terpisah dan dipilah untuk bahan pertanaman berikutnya. Turunan
yang diperoleh dari hasil penyerbukan sendiri dari tanaman kacang tanah ini
sendiri yang homozigot, bilamana tanaman terpilih secara homozigot maka
keturunannya juga akan homozigot seperti tetuanya.
Galur
murni dapat dibuat dengan cara penyerbukan atau pembuahan sendiri (selfing), biasanya pada generasi ke-6
atau ke-7 setelah selfing
berulang-ulang. Tanaman yang heterozigot apabila di-'selfing' terus menerus sampai 6 - 7 generasi akan menjadi
homozigot untuk semua gennya. Semakin dekat hubungan kekerabatannya, semakin
cepat galur-galur terbentuk. Seleksi
galur murni hanya digunakan untuk mendapatkan varietas baru pada tanaman
penyerbuk sendiri. Seleksi ini tidak dapat dilakukan pada tanaman penyerbuk
silang. Hal itu disebabkan karena pada tanaman penyerbuk silang diperlukan
banyak tenaga dalam pelaksanaan penyerbukan sendiri. Selain itu, galur-galur
murni bersifat inbred yaitu bersifat
lemah. Pada seleksi galur murni tidak ada kemungkinan memperbaharui sifat
karakteristik yang baru secara genetis
(Anonim, 2006).
B. Tujuan
1. Mendapatkan
galur murni dengan kacang berpolong tiga dan gaur murni berpolong dua
2. Membuktikan
homozigositas galur murni tinggi
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang tanah merupakan tanaman pangan yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali
dilakukan oleh orang Indian asli bangsa Amerika (Anonim, 1998).
Kacang tanah dapat tumbuh baik pada beragam jenis tanah, meskipun
pada lahan-lahan yang tidak sesuai produktivitasnya sangat rendah. Pada lahan
basa yang kandungan bahan organiknya rendah serta jenuh air, kebanyakan
varietas kacang tanah menunjukkan gejala klorosis. Gejala ini disebabkan oleh
kekahatan beberapa unsur hara mikro khususnya zat besi (Fe). Untuk mengatasi
masalah tersebut, cara yang paling murah adalah memperbaiki kultur teknis.
Dengan perbaikan kultur teknis kadang-kadang hasilnya kurang menggembirakan,
oleh karena itu perakitan varietas unggul baru yang dapat tumbuh baik dan
berproduktivitas tinggi (Taryono et
al, 2003).
Perbaikan potensi genetik hasil dan mutu
biji, adalah tujuan dari pemuliaan tanaman kacang tanah di Indonesia. Salah
satu komponen utama hasil kacang tanah menurut Ashley (1992) adalah jumlah biji
per polong. Rais (1997) menyatakan bahwa tanaman kacang tanah yang berdaya
hasil tinggi harus mempunyai jumlah biji dua, tiga, atau empat per polong.
Menurut Gardner et
al. (1991) pada umumnya karakter-karakter yang dapat diwariskan
dikendalikan oleh gen-gen kromosom inti, tetapi terdapat beberapa karakter yang
dikendalikan oleh DNA organel sitoplasma. Suatu karakter yang dikendalikan oleh
gen-gen yang terdapat pada organela sitoplasma atau dipengaruhi tetua betina
dapat diketahui dengan melakukan persilangan resiprokal. Apabila terdapat pewarisan
sitoplasmik atau pengaruh tetua betina maka keturunan persilangan resiproknya
masing-masing akan berbeda, dan keturunannya hanya memperlihatkan ciri dari
tetua betina (Gardner et al, 1991).
Kacang tanah (Arachis
hypogaea) yang telah
mengalami pembuahan, akan membentuk dari ginofor yang akan mencapai tanah untuk
membentuk polong akibat adanya geotropisme. Rata-rata panjang ginofor yang akan
membentuk polong ± 7 cm. Walaupun jumlah polong per tanaman tidak meningkat,
daya hasil suatu galur atau varietas akan meningkat jika ukuran polong dan biji
lebih besar (Ono, 1979).
Karakter jumlah biji per polong peka
terhadap lingkungan selama pembungaan dan pengisian biji (Ashley, 1992). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah biji per polong pada tanaman kacang tanah
memiliki nilai duga heritabilitas sedang, menurut kriteria Stansfield (1991).
Hasil penelitian Anita (2001) dalam Millah et
al. (2004) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh tetua betina pada pewarisan karakter jumlah biji per polong hasil persilangan
kacang tanah genotip 1CG3400 dengan kultivar Landak.
III.
METODOLOGI
Praktikum Acara
I mengenai Seleksi
Galur Murni pada Kacang Tanah (Arachis
hypogaea) ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember
2013
di Lahan Kebun Percobaan Banguntapan milik Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum
ini ialah varietas kacang tanah (Arachis hypogaea)
berpolong 2 dan 3, sedangkan untuk alat yang digunakan ialah perlengkapan budidaya antara lain cangkul, ember,
gembor, dan centong.
Sebelum memulai
langkah kerja, praktikan dibagi menjadi beberapa
kelompok dan setiap kelompok menyiapkan lahan,
kemudian membagi-bagi lahan sesuai dengan pertanaman biji kacang tanah. Dilakukan perawatan sampai kacang tanah mengasilkan
polong dan dipanen. Pada saat pemanenan dilakukan pemilahan biji kacang tanah
seperti awal pertanaman, dihitung jumlah polong pada tiap tanaman dan data yang
diperoleh dianalisis.
IV.
HASIL PENGAMATAN
1. Hasil uji kontingensi
Tetua
Polong 2
Hasil
|
Kelompok
|
O
|
E
|
(O-E)2/E
|
Ket
|
Polong 2
|
1
|
1935
|
1456.56
|
157.16
|
*
|
2
|
1523
|
1060.76
|
201.42
|
*
|
|
3
|
2259
|
1736.93
|
156.92
|
*
|
|
4
|
1291
|
842.42
|
238.87
|
*
|
|
5
|
917
|
445.27
|
499.78
|
*
|
|
6
|
1811
|
1618.56
|
22.88
|
*
|
|
7
|
1983
|
1665.60
|
60.48
|
*
|
|
Polong 3
|
1
|
144
|
622.44
|
367.76
|
*
|
2
|
66
|
528.24
|
404.48
|
*
|
|
3
|
136
|
658.07
|
414.18
|
*
|
|
4
|
78
|
526.58
|
382.14
|
*
|
|
5
|
355
|
826.73
|
269.17
|
*
|
|
6
|
64
|
256.44
|
144.41
|
*
|
|
7
|
102
|
329.40
|
156.98
|
*
|
|
Chi-Square Tabel
|
0.0039321
|
||||
3.8414591
|
Tetua Polong 3
Hasil
|
Kelompok
|
O
|
E
|
(O-E)2/E
|
Ket
|
Polong 2
|
1
|
384
|
862.44
|
265.42
|
*
|
2
|
206
|
668.24
|
319.74
|
*
|
|
3
|
325
|
847.07
|
321.76
|
*
|
|
4
|
224
|
672.58
|
299.18
|
*
|
|
5
|
95
|
566.73
|
392.66
|
*
|
|
6
|
335
|
527.44
|
70.21
|
*
|
|
7
|
256
|
483.40
|
106.97
|
*
|
|
Polong 3
|
1
|
847
|
368.56
|
621.10
|
*
|
2
|
795
|
332.76
|
642.08
|
*
|
|
3
|
843
|
320.93
|
849.28
|
*
|
|
4
|
869
|
420.42
|
478.63
|
*
|
|
5
|
1524
|
1052.27
|
211.48
|
*
|
|
6
|
276
|
83.56
|
443.15
|
*
|
|
7
|
323
|
95.60
|
540.91
|
*
|
|
Chi-Square Tabel
|
0.0039321
|
||||
3.8414591
|
V.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan seleksi galur murni (pure line breeding) yang dimungkinkan
akan diperoleh keturunan dari hasil penanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) atau tanaman autogam
yang sifatnya homozigot. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah awal kegiatan
pemuliaan tanaman yang kemudian dapat dijadikan sebagai sumber genotip yang
diinginkan atas dasar tujuan pemuliaan. Langkah awal yang dimaksud yakni
melakukan seleksi pada tanaman penyerbuk sendiri (autogam). Seleksi yang
dilakukan berdasarkan fenotip atau karakter yang terlihat yakni dengan
mengetahui jumlah biji dari kacang tanah tersebut.
Penampilan dan karakter jumlah biji per
polong mungkin dikendalikan oleh gen-gen mayor yang dipengaruhi oleh gen-gen
minor atau gen-gen modifikasi (modifier gene) yang ekspresinya
dipengaruhi lingkungan. Gen modifikasi (modifier gene) adalah gen yang
mengubah sedikit intensitas kenampakan gen lain. Gen modifikasi dapat berperan
sebagai penghambat, pendukung atau penekan. Gen utama (mayor) mengatur
penampakan fenotip dari suatu karakter tetapi mungkin berubah karena pengaruh
beberapa atau banyak gen minor (Crowder, 1993).
Pada dasarnya seleksi galur
murni terdapat beberapa tahapan pemilihan sejumlah tanaman kacang tanah yang
secara genetik beragam dan dilakukan pengamatan secara visual terhadap karakter
yang dimiliki oleh kacang tanah (jumlah biji dalam polong). Seleksi galur murni
ini tidak membentuk suatu genotip baru. Metode seleksi ini terbatas hanya
mengisolasi genotip yang terbaik yang terdapat pada populasi suatu tanaman
(kacang tanah). Tanaman tunggal menjadi dasar seleksi galur murni ini. Uji
keturunan sangat penting dilakukan pada seleksi galur murni. Hal ini bertujuan
untuk mengevaluasi dengan tepat perilaku persilangan atau perkawinan tanaman
yang kita seleksi. Dari uji tersebut kita akan bisa mengetahui seberapa jauh
pengaruh penampilan yang diberikan oleh tetuanya.
Kacang
tanah dapat dipanen pada umur 100-110 hst dengan ciri-ciri batang mulai
mengeras, daun menguning, dan sebagian mulai berguguran, polong biji penuh dan keras, serta polong
berwarna coklat kehitaman. Setelah dipanen, hasil panen tersebut dipisahkan dan kelompokkan berdasarkan
jumlah biji per polong seperti pada waktu
awal penanaman serta
dilakukan penghitungan jumlah biji pertanaman untuk
masing-masing kategori.
Terkait
dengan hasil uji chi-square kontingensi, maka
dari data di atas dapat diketahui bahwa pada karakter tetua biji 3 akan menghasilkan biji
3 dan biji 2 yang rerata jumlah bijinya mencapai 782,43 dan 360,71 biji. Setelah dilakukan uji chi-square kontingensi, diketahui ada beda yang
nyata antara keturunan biji 3 maupun 2 dari tetua biji 3 karena X² hitung> chi tabel
yaitu chi
invers > 0.0039321. Begitu pula pada karakter
tetua biji 2 yang mampu menghasilkan keturunan biji 2 dan 3 dengan rerata jumlah biji
mencapai 1674,14 dan 135 biji. Dari hasil uji chi-square kontingensi, didapatkan kesimpulan bahwa dari keturunan tetua biji 2
ini, ada perbedaan yang nyata antara karakter keturunan dari tetua ini karena X² > chi tabel yaitu chi invers > 0.0039321. Jika kita telaah data dari 2 tetua yang berbeda
karakter tersebut, maka ada kecenderungan keturunan yang dihasilkan lebih
mengikuti tetuanya. Apabila karakter hasil keturunan yang dihasilkan dari 2
tetua yang berbeda (biji 2 dan 3), meskipun karakter yang dihasilkan sama
(misal biji 2, sesuai analisis) yang berbeda akan tampak perbedaan yang nyata antara
keduanya. Di samping adanya perbedaan tetua keduanya, tanaman yang dihasilkan
akan mempunyai genotip yang berbeda.
Masing-masing tetua dengan hasil polong 2 ataupun 3 saling dependen atau saling
mempengaruhi. Jadi tetua polong 3 berpengaruh terhadap hasil baik polong 2 dan
3, sama halnya dengan tetua polong 2 juga berpengaruh terhadap hasil polong 2
dan 3. Jika Ho diterima maka jumlah polong tetua tidak terkait dengan jumlah
polong anakan, sehingga dapat diduga bahwa tetua yang digunakan bukan merupakan
galur murni yang homozigot sehingga terjadi segregasi pada sifat jumlah polong
yang menyebabkan jumlah polong tetua tidak sama dengan jumlah polong anakan.
Jika Ha diterima maka jumlah polong tetua terkait
dengan jumlah polong anakan sehingga dapat diduga bahwa tetua yang digunakan
sudah galur murni dan homozigot untuk sifat jumlah polong sehingga ada
keterkaitan antara jumlah polong tetua dan jumlah polong anakan.
Menurut
Nasir (2001) dijelaskan bahwa sifat-sifat yang diinginkan dari
galur murni yang diseleksi kadang-kadang hilang pada generasi berikutnya. Hal
ini disebabkan karena tiga faktor utama yakni terjadinya pencampuran biji
secara mekanis dengan genotip lain, berlangsungnya persilangan alamiah dengan
genotip lain, dan adanya mutasi.
VI.
KESIMPULAN
1.
Pada seleksi galur murni,
turunan yang diperoleh homozigot dan cenderung mengikuti
tetuanya dan diperlukan uji keturunan untuk melihat seberapa jauh pengaruh
penampilan yang diberikan oleh tetuanya.
2. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan tetua biji 3
akan menghasilkan keturunan yang berbiji 3 dan 2 dengan rerata jumlah bijinya
mencapai 782,43 dan 360,71 biji. Pada tetua
biji 2 akan menghasilkan keturunan biji 2 dan 1 dengan masing-masing rerata jumlah
bijinya mencapai 1674,14 dan 135 biji. Setelah
dilakukan uji chi-square kontingensi,
dapat diketahui bahwa ada beda nyata antara keturunan-keturunan yang dihasilkan
dari masing-masing tetua.
3. Masing-masing tetua dengan hasil polong 2 ataupun 3
saling dependen atau saling mempengaruhi. Jadi, tetua polong 3 berpengaruh
terhadap hasil baik polong 2 dan 3, sama halnya dengan tetua polong 2
berpengaruh terhadap hasil polong 2 dan 3.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
1998. Kacang Tanah. <www.id.wikipedia.com/kacang_tanah>
diakses 14
Desember 2013.
Anonim.
2006. Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri. <http://fp.uns.ac.id/~hamasains/bab6pemuliaan.htm>.
Diakses tanggal 14 Desember 2013.
Ashley,
J.M. 1992. Kacang Tanah dalam: Peter R. Goldsworthy dan N.M. Fisher
(ed.). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press.p.
594–633.
Crowder, L.W. 1993. Plant Genetics (Genetika Tumbuhan, alih
bahasa: Lilik dan Soetarso) Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gardner,
E.J., M.J. Simmons, and D.P. Snustad. 1991. Principles of Genetics. 8th
Edition. John Wiley and Sons, Inc, New York.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktoral Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Ono,
Y. 1979. Flowering and fruiting of peanut plants. JARQ 13 : 226-229.
Rais,
S.A. 1997. Perbaikan Varietas Kacang Tanah. Buletin Agrobio 1 : 1-10.
Stansfield,
W.D. 1991. Genetika. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh Machidin Apandi dan Lanny
T. Hardy. Erlangga, Jakarta.
Soetarso,
Nandariyah, Hariati, S. 1935 Metode Pemuliaan Tanaman. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Taryono, Supriyanta, Kurniasih B. Purnomo, J. Taufiq A., 2003. Perakitan varietas unggul
kacang tanah toleran kahat fe melalui seleksi kultur embrio : 2. perbanyakan benih dan seleksi. Lembaga Penelitian UGM. Yogyakarta.
Millah, Z.,
Setiamiharja, R., Baihaki, A., Darsa, S. 2004. Inheritance
of seed per pod and testa colour characters in peanut (Arachis hvpogaea l.)
Zuriat 15 : 53-59.
LAMPIRAN
Kelompok
1
|
||||||
Oij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
Jumlah
|
Pi
|
||
Polong
2
|
1935
|
384
|
2319
|
0.700604
|
||
Polong
3
|
144
|
847
|
991
|
0.299396
|
||
Jumlah
|
2079
|
1231
|
3310
|
|||
Pj
|
0.628096677
|
0.371903323
|
||||
Eij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Polong
2
|
1456.556193
|
862.4438066
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
||
Polong
3
|
622.4438066
|
368.5561934
|
Polong
2
|
157.1573257
|
265.4184242
|
|
Polong
3
|
367.7576573
|
621.0951824
|
||||
X2
|
1411.42859
|
|||||
Chiinv
|
3.841459149
|
|||||
0.00393214
|
||||||
Kelompok
2
|
||||||
Oij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
Jumlah
|
Pi
|
||
Polong
2
|
1523
|
206
|
1729
|
0.522356
|
||
Polong
3
|
66
|
795
|
861
|
0.260121
|
||
Jumlah
|
1589
|
1001
|
2590
|
|||
Pj
|
0.480060423
|
0.302416918
|
||||
Eij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Polong
2
|
1060.764865
|
668.2351351
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
||
Polong
3
|
528.2351351
|
332.7648649
|
Polong
2
|
201.421943
|
319.7397277
|
|
Polong
3
|
404.4814628
|
642.0789654
|
||||
X2
|
1567.722099
|
|||||
Chiinv
|
3.841459149
|
|||||
0.00393214
|
Kelompok
3
|
||||||
Oij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
Jumlah
|
Pi
|
||
Polong
2
|
2259
|
325
|
2584
|
0.780665
|
||
Polong
3
|
136
|
843
|
979
|
0.29577
|
||
Jumlah
|
2395
|
1168
|
3563
|
|||
Pj
|
0.723564955
|
0.352870091
|
||||
Eij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Polong
2
|
1736.929554
|
847.0704463
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
||
Polong
3
|
658.0704463
|
320.9295537
|
Polong
2
|
156.919174
|
321.7649158
|
|
Polong
3
|
414.1768596
|
849.2753243
|
||||
X2
|
1742.136274
|
|||||
Chiinv
|
3.841459149
|
|||||
0.00393214
|
||||||
Kelompok
4
|
||||||
Oij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
Jumlah
|
Pi
|
||
Polong
2
|
1291
|
224
|
1515
|
0.457704
|
||
Polong
3
|
78
|
869
|
947
|
0.286103
|
||
Jumlah
|
1369
|
1093
|
2462
|
|||
Pj
|
0.413595166
|
0.33021148
|
||||
Eij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Polong
2
|
842.4187652
|
672.5812348
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
||
Polong
3
|
526.5812348
|
420.4187652
|
Polong
2
|
238.8659091
|
299.1833756
|
|
Polong
3
|
382.1350077
|
478.6302155
|
||||
X2
|
1398.814508
|
|||||
Chiinv
|
3.841459149
|
|||||
0.00393214
|
Kelompok
5
|
||||||
Oij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
Jumlah
|
Pi
|
||
Polong
2
|
917
|
95
|
1012
|
0.30574
|
||
Polong
3
|
355
|
1524
|
1879
|
0.567674
|
||
Jumlah
|
1272
|
1619
|
2891
|
|||
Pj
|
0.38429003
|
0.489123867
|
||||
Eij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Polong
2
|
445.2659979
|
566.7340021
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
||
Polong
3
|
826.7340021
|
1052.265998
|
Polong
2
|
499.7753472
|
392.6585804
|
|
Polong
3
|
269.1711822
|
211.4797676
|
||||
X2
|
1373.084877
|
|||||
Chiinv
|
3.841459149
|
|||||
0.00393214
|
||||||
Kelompok
6
|
||||||
Oij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
Jumlah
|
Pi
|
||
Polong
2
|
1811
|
335
|
2146
|
0.648338
|
||
Polong
3
|
64
|
276
|
340
|
0.102719
|
||
Jumlah
|
1875
|
611
|
2486
|
|||
Pj
|
0.566465257
|
0.184592145
|
||||
Eij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Polong
2
|
1618.563958
|
527.4360418
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
||
Polong
3
|
256.4360418
|
83.56395817
|
Polong
2
|
22.87931225
|
70.21065543
|
|
Polong
3
|
144.4088356
|
443.1531369
|
||||
X2
|
680.6519402
|
|||||
Chiinv
|
3.841459149
|
|||||
0.00393214
|
Kelompok
7
|
||||||
Oij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
Jumlah
|
Pi
|
||
Polong
2
|
1893
|
256
|
2149
|
0.649245
|
||
Polong
3
|
102
|
323
|
425
|
0.128399
|
||
Jumlah
|
1995
|
579
|
2574
|
|||
Pj
|
0.602719033
|
0.174924471
|
||||
Eij
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Polong
2
|
1665.600233
|
483.3997669
|
Tetua
Polong 2
|
Tetua
Polong 3
|
||
Polong
3
|
329.3997669
|
95.6002331
|
Polong
2
|
31.04625765
|
106.9728567
|
|
Polong
3
|
156.9844887
|
540.9051036
|
||||
X2
|
835.9087066
|
|||||
Chiinv
|
3.841459149
|
|||||
0.00393214
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar