SALINITAS SEBAGAI FAKTOR
PEMBATAS ABIOTIK
I. TUJUAN
- Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
- Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Faktor
pembatas ekologi terbanyak yang kita kenal adalah kandungan garam (salinitas)
dalam air laut atau tanah. Hanya sedikit spesies tanaman dan
hewan yang dapat tumbuh subur dalam kadar salinitas yang tinggi (Remmert,
1980).
Prinsip utama ekologi adalah mengenai
kehidupan masing-masing organisme yang berhubungan secara terus menerus serta
berkelanjutan dengan setiap elemen lain yang membentuk lingkaran itu sendiri.
Sebuah ekosistem dapat didefinisikan sebagai situasi dimana terdapat interaksi
antara organisme dengan lingkungannya. Lingkungan suatu organisme terdiri dari
faktor abiotik seperti sinar matahari, iklim, dan tanah sebagai suatu hal yang
dibagi bersama dengan organisme lain dalam habitat itu (Anonim, 2011).
Untuk dapat bertahan dan hidup di dalam keadaan tertentu,
suatu organisme harus memiliki bahan-bahan yang penting yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan berkembang biak. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi
antara jenis dan dengan keadaan. Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme
tergantung pada lengkapnya kompleks-kompleks keadaan. Ketiadaan atau kegagalan
suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan secara kualitatif atau
kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor yang mungkin mendekati
batas-batas toleransi organisme tersebut (Odum, 1993).
Tanah bergaram adalah tanah yang bermuatan sarat dengan garam terlarut. Di
daerah tropika tanah demikian itu khas pada laguna dan rawa bakau. Tanah garam
membatasi jenis tumbuhan yang dapat hidup diatasnya. Dalam hutan hujan basah
didekat laut, kadar yang meracuni tidak sering terjadi dalam tanah seperti itu
karena konstituen terlarutnya terbawa air saliran sampai ke muka air tanah di
bawah daerah perakaran. Tetapi dalam keadaan lain, laju penguapan dan pemeluhan
tanaman yang tinggi menyebabkan kadar dalam tanah permukaan menjadi tinggi
pula, dan keadaan ini menyebabkan tanah itu menjadi tidak produktif (Ewusie,
1990).
Toleransi salinitas tanah diperlihatkan pada perilaku
tanaman. Salinitas yang tinggi pada tanaman glikofit akan menyebabkan tekanan
super hipertonik yang akan merusak struktur jaringan tanaman. Namun, salinitas tidak hanya
menjadi satu-satunya pembatas pertumbuhan tanaman. Genangan air, hujan, suhu
maksimum dan banyak faktor lain yang harus diperhatikan sebelum membuat seleksi
spesies (Syakir et al., 2009).
Salinitas
tanah memberi efek berlawanan pada pertumbuhan dan perkembangan kelebihan garam
dalam tanah memimpin stres osmotik dan ion. Efek merusak dari garam biasanya dapat diamati pada
keseluruhan level tanaman (Mahmoed el
al., 2008).
Penyerapan garam membantu memperbaiki tekanan positif
yang potensial melalui kontribusinya pada penyesuaian osmotik jaringan yang
berkembang. Bagaimanapun, pada kondisi salinitas tinggi, kelangsungan hidup
suatu tanaman tergantung dari kemampuannya untuk mengatur konsentrasi garam
internal dan mencegah ion dari kontaminasi racun. Tanaman dapat mengatur
konsentrasi ion dan mengurangi konsentrasi garam pada jaringan daun dan
merelokasikannya ke organ lain (Suarez and Medina, 2011).
III. METODE PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Praktikum
Dasar-Dasar Ekologi Acara 1 yang berjudul Salinitas Sebagai Faktor Pembatas
Abiotik ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 19 April 2012, bertempat di
Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah peralatan tanam, penggaris, oven dan timbangan analitik. Bahan yang
dibutuhkan adalah tanah, polybag, larutan NaCl 2000 ppm, larutan NaCl 4000 ppm,
air, dan benih dari tiga jenis tanaman yaitu padi (Oryza sativa),
kacang panjang (Vigna
sinensis), dan melon (Cucumis melo).
Ada
pun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut: pertama-tama polybag
disiapkan sebanyak duabelas buah yang masing-masing diisi dengan tanah sampai ¾
bagian. Masing-masing jenis tanaman ditanam pada tiga polybag dan masing-masing
polybag ditanam lima benih dari satu jenis tanaman. Setiap hari selama satu
minggu polybag disiram dengan air biasa. Setelah satu minggu, bibit dijarangkan
menjadi dua tanaman per polybag. Setelah itu bibit disiram dua hari sekali
dengan larutan NaCl sesuai dengan perlakuan sampai tujuh kali pemberian (dua
minggu). Selang hari diantaranya tetap dilakukan penyiraman dengan air biasa
dengan volume yang sama. Tiga polybag dari satu jenis tanaman diberi perlakuan
yang berbeda, yaitu polybag 1 disiram dengan larutan NaCl 0 ppm (air biasa),
polybag 2 disiram dengan larutan NaCl 2000 ppm, dan polybag 3 disiram dengan
larutan NaCl 4000 ppm. Volume larutan yang disiramkan pada masing-masing
polybag harus sama, dan tiap-tiap polybag harus diberi label sesuai dengan
perlakuannya. Setelah tanaman berumur dua minggu, tanaman dipanen. Pada
percobaan ini dilakukan pengamatan setiap hari sampai tanaman siap dipanen.
Pada pengamatan tersebut diukur tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun setiap dua
hari sekali. Setelah tanaman dipanen, tanaman ditimbang untuk diketahui bobot segarnya (gr),
panjang akar utama tanaman diukur (cm), dan dilakukan pengamatan abnormalitas
tanaman (klorosis pada daun, dsb). Setelah itu, tanaman dioven untuk diketahui berat
kering tanaman tersebut. Setelah semua data diperoleh, dari seluruh data yang
ada dicari rata-ratanya, dan selanjutnya digambar grafik tinggi tanaman pada
masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman,
grafik panjang akar pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan
untuk masing-masing tanaman, grafik jumlah daun pada masing-masing konsentrasi
garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman, histogram bobot segar dan bobot kering masing-masing
tanaman pada berbagai konsentrasi garam, dan histogram panjang akar
masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam.
IV.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Padi (Oryza
sativa)
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman Hari Ke-
(cm)
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
8,01
|
13,02
|
16,61
|
17,55
|
19,85
|
20,14
|
20,82
|
21,50
|
2000 ppm
|
7,80
|
12,63
|
14,99
|
16,14
|
17,21
|
17,81
|
18,33
|
19,05
|
4000 ppm
|
7,76
|
12,77
|
14,98
|
16,13
|
16,60
|
17,54
|
18,15
|
18,60
|
Tabel 2.
Jumlah Daun Tanaman Padi (Oryza sativa)
Perlakuan
|
Jumlah Daun Hari Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
1,67
|
2,25
|
2,50
|
2,75
|
2,92
|
3,17
|
3,33
|
3,33
|
2000 ppm
|
1,67
|
2,25
|
2,25
|
2,50
|
2,50
|
2,58
|
3,08
|
3,08
|
4000 ppm
|
1,50
|
1,92
|
2,25
|
2,50
|
2,50
|
2,50
|
3,00
|
3,00
|
Tabel 3. Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman Hari Ke-
(cm)
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
0 ppm
|
21,51
|
28,09
|
33,43
|
46,42
|
59,60
|
82,05
|
89,81
|
93,77
|
2000 ppm
|
20,10
|
27,06
|
31,74
|
41,80
|
57,48
|
73,72
|
86,43
|
89,68
|
4000 ppm
|
17,33
|
23,64
|
28,56
|
41,08
|
52,67
|
65,55
|
80,04
|
85,41
|
Tabel 4.
Jumlah Daun Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman Hari Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
0 ppm
|
21,51
|
28,09
|
33,43
|
46,42
|
59,60
|
82,05
|
89,81
|
93,77
|
2000 ppm
|
20,10
|
27,06
|
31,74
|
41,80
|
57,48
|
73,72
|
86,43
|
89,68
|
4000 ppm
|
17,33
|
23,64
|
28,56
|
41,08
|
52,67
|
65,55
|
80,04
|
85,41
|
Tabel 5. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Melon (Cucumis
melo)
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman Hari Ke-
(cm)
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
6,16
|
7,12
|
7,90
|
8,98
|
11,78
|
14,17
|
17,21
|
19,72
|
2000 ppm
|
6,60
|
7,33
|
8,01
|
9,22
|
11,26
|
13,19
|
14,11
|
16,9
|
4000 ppm
|
6,43
|
7,40
|
8,06
|
8,95
|
10,96
|
12,90
|
14,10
|
15,91
|
Tabel 6.
Jumlah Daun Tanaman Melon (Cucumis melo)
Perlakuan
|
Jumlah Daun Hari Ke-
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
0 ppm
|
0,92
|
2,08
|
2,33
|
3,00
|
3,33
|
3,83
|
4,25
|
5,17
|
2000 ppm
|
0,92
|
2,00
|
2,33
|
2,75
|
3,00
|
3,33
|
4,17
|
4,75
|
4000 ppm
|
0,92
|
2,17
|
2,42
|
2,58
|
3,17
|
3,25
|
3,92
|
4,08
|
Tabel 7. Bobot Segar dan Bobot Kering Padi (Oryza
sativa)
Perlakuan
|
0 ppm
|
2000 ppm
|
4000 ppm
|
BS (g)
|
0,21
|
0,13
|
0,11
|
BK (g)
|
0,05
|
0,04
|
0,04
|
Tabel 8.
Panjang Akar Padi (Oryza
sativa)
Perlakuan
|
Panjang Akar (cm)
|
|
0 ppm
|
5,50
|
|
2000 ppm
|
5,21
|
|
4000 ppm
|
4,34
|
Tabel 9. Bobot Segar dan Bobot Kering Kacang Panjang (Vigna
sinensis)
Perlakuan
|
0 ppm
|
2000 ppm
|
4000 ppm
|
BS (g)
|
8,61
|
8,43
|
6,96
|
BK (g)
|
3,14
|
2,77
|
2,41
|
Tabel 10.
Panjang Akar Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
|
Panjang Akar (cm)
|
|
0 ppm
|
11,77
|
|
2000 ppm
|
11,15
|
|
4000 ppm
|
10,55
|
Tabel 11. Bobot Segar dan Bobot Kering Melon (Cucumis melo)
Perlakuan
|
0 ppm
|
2000 ppm
|
4000 ppm
|
BS (g)
|
7,04
|
5,64
|
5,41
|
BK (g)
|
0,74
|
0,48
|
0,54
|
Tabel 12.
Panjang Akar Melon (Cucumis
melo)
Perlakuan
|
Panjang Akar (cm)
|
|
0 ppm
|
11,48
|
|
2000 ppm
|
9,19
|
|
4000 ppm
|
8,49
|
V. PEMBAHASAN
Praktikum acara I ini
bertujuan agar dapat diketahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
dan mengetahui tanggapan beberapa tanaman terhadap tingkat salinitas yang
berbeda. Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, tanaman harus
memiliki unsur-unsur esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman itu sendiri. Selain itu, tanaman juga
memiliki faktor pembatas dalam menjalani kehidupannya.
Salinitas adalah kadar garam
yang larut dalam tanah. Sebagian besar tumbuhan memiliki sensitivitas yang
berbeda terhadap salinitas. Ada yang rentan, namun ada juga yang tahan. Kadar
garam tersebut sebenarnya juga dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses
metabolisme ataupun proses regenerasi tumbuhan tersebut. Salinitas tidak hanya
disebabkan oleh NaCl yang terlarut dalam tanah, namun juga Na2CO3,
NaHCO3, dan Na2SO4 dan hubungan dari berbagai
garam ini adalah dengan keseimbangan unsur antara K+, Ca2+,
dan Mg2+ yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup tumbuhan.
Kadar garam (salinitas) akan mempengaruhi proses fisiologi dan morfologi
dalam hubungannya dengan keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan tekanan osmosis larutan tanah sehingga
ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman menjadi berkurang. Berubahnya
keseimbangan akan ketersediaan air ini dapat menyebabkan pengurangan ukuran dan
jumlah daun, jumlah stomata per unit, lebar daun menjadi sempit, pembentukan
lignin pada akar lebih awal, meningkatkan jaringan sekulen daun, kutikula daun
semakin tipis, dan penurunan konduksi air. Pengaruh garam terhadap pertumbuhan
tanaman berhubungan dengan kekurangan air yang disebabkan oleh penghambatan
penyediaan air atau oleh ion-ion spesifik yang meracuni secara tidak langsung
mengganggu serapan berbagi unsur hara esensial dan metabolisme.
Kadar garam yang tinggi juga dapat menurunkan laju fotosintesis pada
tanaman akibat terhambatnya pengambilan CO2. Hal ini disebabkan
karena sebagian energi hasil respirasi akan diubah untuk mengatasi cekaman
garam, akibatnya kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi menjadi
berkurang.
Dalam kaitannya dengan
lingkungan salin, maka ada tanaman yang toleran terhadap kondisi tersebut
(halofit), ada yang netral yaitu tanaman yang tidak terpengaruh oleh kondisi
tersebut (euhalofit), dan ada tanaman yang rentan terhadap kondisi lingkungan
salin (glikofit). Dalam
percobaan ini, hasil pengamatan panjang akar, tinggi tanaman, bobot segar, bobot kering serta jumlah daun dicari reratanya. Dilakukan pengamatan
terhadap tiga jenis tanaman, yaitu Kacang Panjang (Vigna sinensis), Melon (Cucumis melo), dan Padi (Oryza
sativa). Ketiga jenis tanaman tersebut diberi perlakuan yang berbeda yaitu
dengan air biasa yang mengandung kadar garam 0 ppm, air garam yang
berkonsentrasi 2000 ppm, dan air garam yang berkonsentrasi 4000 ppm. Perbedaan
pemberian konsentrasi air garam ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
sensitivitas maupun ketahanan tanaman terhadap salinitas. Pengukuran setiap
pemberian air garam bertujuan untuk mengamati laju pertumbuhan tanaman pada
kondisi salinitas yang berbeda-beda.
Dari data hasil percobaan didapatkan
grafik tinggi tanaman dan jumlah daun per harinya sebagai berikut :
A. Padi (Oryza sativa)
1.
Grafik
a. Tinggi tanaman padi (Oryza sativa)
.
Gambar 1. Grafik tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa) Pada Berbagai Variasi
Salinitas
Dari tabel didapat hasil bahwa seiring dengan
bertambahnya hari maka pertambahan tinggi pun terjadi, hal ini terdapat pada
semua perlakuan konsentrasi dari 0 ppm,2000 ppm, dan 4000 ppm. Untuk pengamatan
hari ke-1 tinggi tanaman tertinggi pada konsentrasi 0 ppm dan hampir sama pada
perlakuan 2000 ppm dan 4000 ppm, pada hari ke-2 tertinggi pada konsentrasi 0
ppm, begitu pula untuk hari ke-3, ke-4, hingga hari ke-8. Akan tetapi, untuk hari
ke-2, tinggi tanaman pada konsentrasi 4000 ppm lebih besar daripada konsentrasi 2000 ppm, pada
hari ke-6 dan 7 ketinggian hampir sama pada konsentrasi pada 2000 dan 4000 ppm, dan pada hari
terakhir tertinggi pada 0 ppm mencapai optimum.
Dari gambar terlihat bahwa grafik menunjukkan linier.
Semakin bertambah hari tinggi tanaman
pun bertambah, untuk semua kadar salinitas. Hal ini dapat terjadi karena mulai
dari hari ke-1 sampai hari ke-2 kenaikan cukup tinggi, sedangkan pada hari ke-3
sampai hari ke-4 agak rendah kenaikannya , kemudian pada 3 hari terakhir terus
naik (kenaikan yang terjadi relatif konstan). Grafik yang berada pada keadaan
paling atas dan tertinggi yaitu pada salinitas 0 ppm, sedang 2000 ppm dan 4000
ppm berada di bawah grafik ini. Cekaman salinitas menyebabkan penyerapan hara
dan pengambilan air terhalang sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal. Meskipun demikian, tanaman padi dapat tahan
terhadap salinitas yang tinggi (4000 ppm) karena pada pemberian perlakuan air
garam 4000 ppm, padi masih dapat tumbuh. Hal ini terjadi karena padi merupakan
tanaman yang memiliki absorpsi simplas yang cukup efektif untuk menyerap salin (garam) melalui
plasmalemma. Kemudian garam akan terpecah menjadi ion Na+ dan Cl-
yang kemudian akan diserap oleh tonoplas dan disalurkan ke vakuola
(Toenniessen, 1984).
b. Jumlah daun
tanaman padi (Oryza
sativa)
Gambar 2. Grafik Jumlah Daun Tanaman
Padi (Oryza sativa) Pada Berbagai Variasi Salinitas
Dari grafik jumlah daun tanaman padi, dapat diketahui
jumlah daun paling banyak dicapai pada kontrol 0 ppm dan 2000 ppm, dan paling sedikit pada kontrol
4000 ppm.
Terlihat bahwa jumlah daun pada padi meningkat seiring peningkatan konsentrasi
kadar garam yang diujikan. Ini berarti tanaman padi tidak rentan terhadap
lingkungan yang salin, dan produksi meningkat pada kadar garam yang tinggi. Hal
ini berarti padi merupakan tanaman halofit, dimana tanaman tersebut toleran
dengan kadar garam yang tinggi.
Penanaman padi di lahan yang memiliki kadar salinitas yang
tinggi saat ini telah dibudidayakan di daerah pantai, dimana para petani
menanam bibit-bibit padi di tanah yang memiliki jerapan air salin yang kadarnya
tinggi. Hal ini dapat dilakukan karena padi nyatanya merupakan tanaman yang
dapat tahan terhadap lingkungan salin, tanpa menurunkan produktivitasnya.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
banyaknya jumlah daun yang tumbuh tidak
mengalami perbedaan yang mencolok antara berbagai perlakuan. Hal ini
menunjukkan kestabilan pertambahan jumlah daun dari berbagai perlakuan salin. Tanaman yang mengalami cekaman garam umumnya mempunyai daun yang lebih
sempit, lebih gelap, nisbah tajuk-tajuk menurun, berkurangnya anakan, menunda dan
menurunkan pembungaan serta jumlah dan ukuran buah lebih kecil. Dari teori
ini dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi kadar garam maka jumlah daun yang ada pada tanaman tersebut akan
sedikit.
1. Histogram
a. Bobot Segar dan Bobot Kering tanaman padi (Oryza sativa)
Gambar 3. Histogram Perbandingan Bobot Segar dan Bobot
Kering Padi (Oryza sativa) pada Berbagai Variasi Salinitas
Dari histogram bobot segar dan bobot kering ini, dapat diketahui bahwa bobot segar tanaman padi optimum pada kontrol 0 ppm. Hal ini disebabkan karena
pengaruh osmotik potensial larutan. Pada perlakuan 0 ppm osmotik-potensial
larutannya lebih tinggi dari pada dalam sel tanaman sehingga tanaman padi mudah
menyerap air. Bobot kering tanaman padi optimum pada kontrol 2000 ppm dan minimum pada kontrol 4000 ppm. Dengan penambahan garam hanya akan menyebabkan penurunan bobot kering walaupun relatif sedikit, hal ini menunjukkan bahwa padi termasuk
tanaman yang toleran terhadap garam.
Begitupun dengan bobot segar padi optimum pada kontrol 0 ppm.
b. Panjang akar tanaman
padi (Oryza
sativa)
Gambar 4.
Histogram Panjang Akar Berbagai Tanaman Padi (Oryza
sativa) Pada Berbagai Salinitas
Dari histogram di atas dapat
diketahui bahwa pada konsentrasi garam 0 ppm akar tanaman padi dapat mencapai
panjang yang paling maksimum, sedangkan akar tanaman padi pada konsentrasi garam 4000 ppm dan 2000
ppm kurang dapat tumbuh dengan optimum, ini disebabkan karena dalam tanah yang
salin pertumbuhan akar tanaman menjadi terhambat.
A. Kacang Panjang (Vigna sinensis)
1. Grafik
a. Tinggi tanaman kacang
panjang (Vigna
sinensis)
Gambar 5. Grafik tinggi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Pada Berbagai Salinitas
Grafik di atas juga menggambarkan adanya hubungan yang linier antara tinggi
tanaman dengan hari pengamatan, dimana tanaman tumbuh seiring bertambahnya
hari. Pada perlakuan konsentrasi 0 ppm dan 2000 ppm, di hari ke-1 hingga hari
ke-4, kacang panjang memiliki tinggi yang hampir sama. Namun, pada konsentrasi 2000 ppm, tinggi tanaman
memiliki selisih yang sedikit dengan hasil pada konsentrasi yang lain. Hal ini berarti salinitas
pada konsentrasi 2000 ppm merupakan kadar optimum yang dapat diterima oleh
kacang panjang.
Hal tersebut didasari oleh
sifat kacang panjang (Vigna sinensis)
yang cenderung sensitif terhadap salinitas yang tinggi. Pada kacang panjang, Na+
dikeluarkan dari penyimpanan dalam bagian basal tumbuhan, namun siap
ditranslokasikan dengan Cl- . Penyimpanan Na+ di batang
akan menyebabkan kejenuhan dengan meningkatnya konsentrasi garam yang terlalu
tinggi yang terserap ke dalam tubuh tanaman. Kejenuhan tersebut berakibat
pembuluh-pembuluh yang berada di dalam tubuh tanaman sulit bergerak dan
pertumbuhan pun akan melambat (Lauchli, 2000).
Pertambahan tinggi pada tanaman kacang
panjang yang paling tinggi hingga hari ke-8 adalah kacang panjang yang diberi
air garam berkonsentrasi 0 ppm, sedangkan kacang panjang yang memiliki tinggi terendah adalah kacang
panjang yang diberi perlakuan air garam berkonsentrasi 4000 ppm. Dapat
dikatakan bahwa kacang panjang merupakan tanaman glikofit.
b. Jumlah daun tanaman
kacang panjang (Vigna
sinensis)
Gambar
6. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Pada Berbagai Variasi
Salinitas
Pada pengamatan jumlah daun pada kacang
panjang ini dapat diketahui bahwa jumlah daun yang terdapat di semua
konsentrasi perlakuan hampir sama pada hari ke-1 hingga hari ke-5, namun pada
akhir pengamatan, yang paling banyak adalah pada konsentrasi 0 ppm, sedangkan pada
konsentrasi 4000 ppm, pada hari ke-5 hingga akhir pengamatan memiliki jumlah
daun yang terendah.
2. Histogram
a. Bobot segar dan bobot
kering tanaman kacang panjang (Vigna sinensis)
Gambar 7. Histogram Perbandingan Bobot
Segar dan Bobot Kering Kacang Panjang (Vigna sinensis) Pada
Berbagai Variasi Salinitas
Dari histogram bobot segar dan bobot kering tanaman kacang panjang di atas terlihat
baik bobot segar maupun bobot kering tanaman
kacang panjang dicapai pada perlakuan 0 ppm. Hal ini disebabkan karena pada
perlakuan 0 ppm tidak terjadi penambahan larutan garam sehingga unsur hara yang ada di dalam
tanah merupakan unsur hara yang alami. Walaupun demikian perbedaan dengan
perlakuan-perlakuan lain tidak begitu besar karena tanaman kacang panjang
termasuk tanaman yang toleran terhadap garam.
b. Panjang akar tanaman
kacang panjang (Vigna
sinensis)
.
Gambar 8.
Histogram Panjang Akar Berbagai Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Pada Berbagai Salinitas
Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa pada
konsentrasi garam 0 ppm akar tanaman kacang panjang dapat mencapai panjang yang
paling maksimum, lalu akar tanaman kacang panjang pada konsentrasi garam 2000
ppm dan 4000 ppm kurang dapat tumbuh dengan optimum, ini disebabkan karena
dalam tanah yang salin pertumbuhan akar tanaman menjadi terhambat.
C. Melon (Cucumis melo)
1. Grafik
a. Tinggi Tanaman melon (Cucumis
melo)
.
Gambar 9.
Grafik tinggi tanaman Melon (Cucumis melo) Pada Berbagai Variasi Salinitas
Dari gambar terlihat bahwa grafik menunjukkan linier. Semakin
bertambah hari tinggi tanaman pun
bertambah, untuk semua kadar salinitas. Hal ini dapat terjadi karena mulai dari
hari ke-1 sampai hari ke-8 kenaikan cukup tinggi stabil untuk perlakuan konsentrasi 2000 ppm
dan 0 ppm, namun pada hari ke-8, pertumbuhan konsentrasi 0 ppm cenderung cepat dibandingkan dengan
tanaman dengan konsentrasi yang lain,
sedangkan pada konsentrasi 4000
ppm terjadi penurunann, ada saatnya tinggi dan ada saatnya rendah sampai hari terakhir.
Grafik yang berada pada keadaan paling atas dan tertinggi yaitu pada salinitas 0
ppm, sedangkan 2000 ppm berada dibawahnya nomer 2 dan 4000 ppm berada di urutan
terakhir terbawah. Jadi keadaan optimum pada salinitas 0 ppm. Melon sedikit terganggu
pertumbuhannya meskipun lingkungannya salin. Ini menandakan melon tergolong tanaman
euhalofit, atau tanaman yang tahan terhadap kondisi salinitas yang tinggi
maupun rendah.
Melon termasuk tanaman euhalofit, karena metabolisme
melon yang
dapat mengelola kadar garam secara baik. Larutan garam yang masuk ke dalam melon secara simplas di
akar. Kemudian pada penyerapan osmotik, kadar garam yang bersifat hipertonis
terhadap jaringan pada tumbuhan akan melalui transportasi secara apoplas, yang
akan memisahkan kation garam (Na+, K+) dengan anionnya
(Cl, SO42-). Kemudian kation tersebut langsung ditransportasikan ke
jaringan-jaringan yang membutuhkan. Kation-kation tersebut digunakan sebagai
sel penutup luka, maupun sel penguat palisade.
b.
Jumlah Daun melon (Cucumis
melo)
Gambar 10. Grafik Jumlah Daun Tanaman Melon (Cucumis
melo) Pada Berbagai Variasi
Salinitas
Pada pengamatan selama 8 hari, terlihat bahwa jumlah daun pada
konsentrasi 0 ppm, 2000 ppm, hingga 4000 ppm memiliki jumlah daun yang hampir sama.
Pada hari ke-1 dan ke-2, terlihat semua konsentrasi memiliki jumlah daun yang
sama. Pada hari ke-5, konsentrasi 4000 ppm memiliki jumlah daun yang tertinggi daripada
konsentrasi 2000 ppm, namun pada hari terakhir pengamatan, justru konsentrasi 4000 ppm
memiliki jumlah daun yang terendah. Hal ini berarti kenaikan jumlah daun pada melon memiliki kenaikan
yang cukup stabil dan tidak terlalu tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa
produktivitas melon pada tingkatan konsentrasi garam sama.
2. Histogram
a. Bobot segar dan bobot
kering melon (Cucumis melo)
Gambar 11. Histogram
Perbandingan Bobot Segar dan Bobot Kering Melon (Cucumis
melo) pada Berbagai Variasi Salinitas
Dari histogram bobot segar dan bobot kering di atas terlihat bahwa baik bobot segar tanaman dicapai optimum saat konsentrasi 2000 ppm, sedangkan bobot kering optimum tanaman melon tercapai pada
perlakuan 4000 ppm. Pada konsentrasi 0 ppm, bobot segar dan bobot kering mencapai titik minimum, sehingga tanaman
ini tepat digolongkan sebagai tanaman euhalofit.
Dari pengamatan selama 3 minggu dapat diketahui bahwa tanaman melon dapat tumbuh dengan
baik pada kontrol 2000 ppm. Penambahan garam hanya mengakibatkan perbedaan
tinggi tanaman yang relatif kecil. Begitu pula dengan panjang akar paling
panjang pada perlakuan 0 ppm, hal ini disebabkan karena tugas akar lebih berat
dalam mencari unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam tanah dibanding
dengan adanya penambahan garam tentu saja unsur hara juga akan bertambah.
Demikian juga bobot segar dan bobot kering tanaman melon optimum pada perlakuan 0 ppm, histogram bobot segar dan bobot kering berfungsi untuk mengetahui banyaknya asimilat yang dihasilkan
oleh tanaman.
b. Panjang Akar melon (Cucumis
melo)
.
Gambar 12.
Histogram Panjang Akar Berbagai Tanaman Melon (Cucumis
melo) Pada
Berbagai Salinitas
Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi garam 0
ppm akar tanaman melon dapat mencapai panjang yang paling maksimum, lalu akar tanaman melon pada konsentrasi
garam 2000 ppm
dan 4000 ppm kurang dapat tumbuh dengan optimum, ini disebabkan karena akar dalam
tanah yang konsentrasinya 0 ppm yang tertarik secara osmotik-hipertonis oleh
garam cenderung terangsang pertumbuhan akarnya.
Pada tanaman padi, kacang
panjang dan melon terlihat adanya gejala abnormalitas
seperti terjadinya klorosis (kekurangan klorofil) yang ditandai dengan warna
daun yang menguning. Namun, gejala tersebut belum terlihat parah pada
akhir pengamatan. Klorosis ini disebabkan oleh unsur hara misalya NaCl. Gejala
akar seperti yang biasa diperlihatkan tanaman dengan salinitas berlebih tidak
terlihat pada ketiga tanaman tersebut. Hal ini terjadi karena dalam selang
pemberian garam tanaman disiram dengan air biasa sehingga sebagian dapat
dicuci.
VI. KESIMPULAN
1.
Salinitas sangat berpengaruh
pada kelangsungan
hidup suatu tumbuhan di alam.
2.
Halofit adalah tanaman yang
toleran dengan kadar garam yang tinggi dalam hal ini, contohnya adalah tanaman
padi (Oryza sativa).
3.
Glikofit adalah tanaman yang
tidak tahan kadar garam tinggi dalam hal ini adalah kacang panjang (Vigna sinensis).
4.
Euhalofit adalah tanaman yang
tahan terhadap kadar garam yang minimum maupun maksimum tanpa mengurangi
produksi, contohnya melon (Cucumis melo).
5.
Pengukuran bobot segar dan bobot kering ditujukan
untuk mengetahui jumlah air yang berhasil diserap oleh tanaman.
6.
Jika kebutuhan tanaman akan salinitas terpenuhi, tidak kekurangan dan
kelebihan atau tepat pada keadaan optimumnya maka dari perkecambahan, keadaan jaringan, produksi, sampai pada
kualitas hasil akan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Prinsip Dasar
Ekologi. . Diakses pada tanggal 21 April 2012.
Ewusie, Y. 1990. Pengantar ekologi
tropika. ITB, Bandung.
Lauchli, A. 2000. Salt Exclution :
An Adaptation of Legumes for Crops and Pastures Under Saline Condition.
Departement of Land, Air and Water Resources, California.
Mahmoed, A. et
al. 2008. Effect of NaCl salinity on
growth. Nodulation and Total Nitrogen Content in Sesbenia Sesban Agriculturae
Conspectus Scientificus : 137 – 141.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Remmert, H. 1980. Ecology. The Old Marlborough Arms,
New York.
Suarez, N dan E. Medina. 2011.
Salinity effects on leaf ion composition and salt secretion rate in Avicennia germinans. Brazilian Journal
of Plant Physiology 12 : 1-3.
Syakir, M., N. Maslahah, dan M.
Januwati. 2009. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan, produksi dan mutu
Sambiloto. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik 32 : 114-115.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar