Sabtu, 18 Oktober 2014

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN
  1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
  2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Faktor pembatas ekologi terbanyak yang kita kenal adalah kandungan garam (salinitas) dalam air laut atau tanah. Hanya sedikit spesies tanaman dan hewan yang dapat tumbuh subur dalam kadar salinitas yang tinggi (Remmert, 1980).
Prinsip utama ekologi adalah mengenai kehidupan masing-masing organisme yang berhubungan secara terus menerus serta berkelanjutan dengan setiap elemen lain yang membentuk lingkaran itu sendiri. Sebuah ekosistem dapat didefinisikan sebagai situasi dimana terdapat interaksi antara organisme dengan lingkungannya. Lingkungan suatu organisme terdiri dari faktor abiotik seperti sinar matahari, iklim, dan tanah sebagai suatu hal yang dibagi bersama dengan organisme lain dalam habitat itu (Anonim, 2011).


Untuk dapat bertahan dan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan-bahan yang penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan berkembang biak. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan. Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung pada lengkapnya kompleks-kompleks keadaan. Ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan secara kualitatif atau kuantitatif dari salah satu dari beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut (Odum, 1993).
Tanah bergaram adalah tanah yang bermuatan sarat dengan garam terlarut. Di daerah tropika tanah demikian itu khas pada laguna dan rawa bakau. Tanah garam membatasi jenis tumbuhan yang dapat hidup diatasnya. Dalam hutan hujan basah didekat laut, kadar yang meracuni tidak sering terjadi dalam tanah seperti itu karena konstituen terlarutnya terbawa air saliran sampai ke muka air tanah di bawah daerah perakaran. Tetapi dalam keadaan lain, laju penguapan dan pemeluhan tanaman yang tinggi menyebabkan kadar dalam tanah permukaan menjadi tinggi pula, dan keadaan ini menyebabkan tanah itu menjadi tidak produktif (Ewusie, 1990).
Toleransi salinitas tanah diperlihatkan pada perilaku tanaman. Salinitas yang tinggi pada tanaman glikofit akan menyebabkan tekanan super hipertonik yang akan merusak struktur jaringan tanaman. Namun, salinitas tidak hanya menjadi satu-satunya pembatas pertumbuhan tanaman. Genangan air, hujan, suhu maksimum dan banyak faktor lain yang harus diperhatikan sebelum membuat seleksi spesies (Syakir et al., 2009).
Salinitas tanah memberi efek berlawanan pada pertumbuhan dan perkembangan kelebihan garam dalam tanah memimpin stres osmotik dan ion. Efek merusak dari garam biasanya dapat diamati pada keseluruhan level tanaman (Mahmoed el al., 2008).
Penyerapan garam membantu memperbaiki tekanan positif yang potensial melalui kontribusinya pada penyesuaian osmotik jaringan yang berkembang. Bagaimanapun, pada kondisi salinitas tinggi, kelangsungan hidup suatu tanaman tergantung dari kemampuannya untuk mengatur konsentrasi garam internal dan mencegah ion dari kontaminasi racun. Tanaman dapat mengatur konsentrasi ion dan mengurangi konsentrasi garam pada jaringan daun dan merelokasikannya ke organ lain (Suarez and Medina, 2011).

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara 1 yang berjudul Salinitas Sebagai Faktor Pembatas Abiotik ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 19 April 2012, bertempat di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah peralatan tanam, penggaris, oven dan timbangan analitik. Bahan yang dibutuhkan adalah tanah, polybag, larutan NaCl 2000 ppm, larutan NaCl 4000 ppm, air, dan benih dari tiga jenis tanaman yaitu padi (Oryza sativa), kacang panjang (Vigna sinensis), dan melon (Cucumis melo).
Ada pun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut: pertama-tama polybag disiapkan sebanyak duabelas buah yang masing-masing diisi dengan tanah sampai ¾ bagian. Masing-masing jenis tanaman ditanam pada tiga polybag dan masing-masing polybag ditanam lima benih dari satu jenis tanaman. Setiap hari selama satu minggu polybag disiram dengan air biasa. Setelah satu minggu, bibit dijarangkan menjadi dua tanaman per polybag. Setelah itu bibit disiram dua hari sekali dengan larutan NaCl sesuai dengan perlakuan sampai tujuh kali pemberian (dua minggu). Selang hari diantaranya tetap dilakukan penyiraman dengan air biasa dengan volume yang sama. Tiga polybag dari satu jenis tanaman diberi perlakuan yang berbeda, yaitu polybag 1 disiram dengan larutan NaCl 0 ppm (air biasa), polybag 2 disiram dengan larutan NaCl 2000 ppm, dan polybag 3 disiram dengan larutan NaCl 4000 ppm. Volume larutan yang disiramkan pada masing-masing polybag harus sama, dan tiap-tiap polybag harus diberi label sesuai dengan perlakuannya. Setelah tanaman berumur dua minggu, tanaman dipanen. Pada percobaan ini dilakukan pengamatan setiap hari sampai tanaman siap dipanen. Pada pengamatan tersebut diukur tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun setiap dua hari sekali. Setelah tanaman dipanen, tanaman ditimbang untuk diketahui bobot segarnya (gr), panjang akar utama tanaman diukur (cm), dan dilakukan pengamatan abnormalitas tanaman (klorosis pada daun, dsb). Setelah itu, tanaman dioven untuk diketahui berat kering tanaman tersebut. Setelah semua data diperoleh, dari seluruh data yang ada dicari rata-ratanya, dan selanjutnya digambar grafik tinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman, grafik panjang akar pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman, grafik jumlah daun pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman, histogram bobot segar dan bobot kering masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam, dan histogram panjang akar masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam.


IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa)
Perlakuan
Tinggi Tanaman Hari Ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
0 ppm
8,01
13,02
16,61
17,55
19,85
20,14
20,82
21,50
2000 ppm
7,80
12,63
14,99
16,14
17,21
17,81
18,33
19,05
4000 ppm
7,76
12,77
14,98
16,13
16,60
17,54
18,15
18,60

Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Padi (Oryza sativa)
Perlakuan
Jumlah Daun Hari Ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
0 ppm
1,67
2,25
2,50
2,75
2,92
3,17
3,33
3,33
2000 ppm
1,67
2,25
2,25
2,50
2,50
2,58
3,08
3,08
4000 ppm
1,50
1,92
2,25
2,50
2,50
2,50
3,00
3,00

Tabel 3. Pertumbuhan Tinggi Tanaman  Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
Tinggi Tanaman Hari Ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7

0 ppm
21,51
28,09
33,43
46,42
59,60
82,05
89,81
93,77
2000 ppm
20,10
27,06
31,74
41,80
57,48
73,72
86,43
89,68
4000 ppm
17,33
23,64
28,56
41,08
52,67
65,55
80,04
85,41

Tabel 4. Jumlah Daun Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
Tinggi Tanaman Hari Ke-
1
2
3
4
5
6
7

0 ppm
21,51
28,09
33,43
46,42
59,60
82,05
89,81
93,77
2000 ppm
20,10
27,06
31,74
41,80
57,48
73,72
86,43
89,68
4000 ppm
17,33
23,64
28,56
41,08
52,67
65,55
80,04
85,41




Tabel 5. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Melon (Cucumis melo)
Perlakuan
Tinggi Tanaman Hari Ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
0 ppm
6,16
7,12
7,90
8,98
11,78
14,17
17,21
19,72
2000 ppm
6,60
7,33
8,01
9,22
11,26
13,19
14,11
16,9
4000 ppm
6,43
7,40
8,06
8,95
10,96
12,90
14,10
15,91

Tabel 6. Jumlah Daun Tanaman Melon (Cucumis melo)
Perlakuan
Jumlah Daun Hari Ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
0 ppm
0,92
2,08
2,33
3,00
3,33
3,83
4,25
5,17
2000 ppm
0,92
2,00
2,33
2,75
3,00
3,33
4,17
4,75
4000 ppm
0,92
2,17
2,42
2,58
3,17
3,25
3,92
4,08

Tabel 7. Bobot Segar dan Bobot Kering Padi (Oryza sativa)
Perlakuan
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm
BS (g)
0,21
0,13
0,11
BK (g)
0,05
0,04
0,04

Tabel 8. Panjang Akar Padi (Oryza sativa)
Perlakuan
Panjang Akar (cm)


0 ppm
5,50

2000 ppm
5,21

4000 ppm
4,34



Tabel 9. Bobot Segar dan Bobot Kering Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm
BS (g)
8,61
8,43
6,96
BK (g)
3,14
2,77
2,41


Tabel 10. Panjang Akar Kacang Panjang (Vigna sinensis)
Perlakuan
Panjang Akar (cm)


0 ppm
11,77

2000 ppm
11,15

4000 ppm
10,55



Tabel 11. Bobot Segar dan Bobot Kering Melon (Cucumis melo)
Perlakuan
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm
BS (g)
7,04
5,64
5,41
BK (g)
0,74
0,48
0,54

Tabel 12. Panjang Akar Melon (Cucumis melo)
Perlakuan
Panjang Akar (cm)


0 ppm
11,48

2000 ppm
9,19

4000 ppm
8,49





V. PEMBAHASAN
Praktikum acara I ini bertujuan agar dapat diketahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman dan mengetahui tanggapan beberapa tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda. Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, tanaman harus memiliki unsur-unsur esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu sendiri. Selain itu, tanaman juga memiliki faktor pembatas dalam menjalani kehidupannya.
Salinitas adalah kadar garam yang larut dalam tanah. Sebagian besar tumbuhan memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap salinitas. Ada yang rentan, namun ada juga yang tahan. Kadar garam tersebut sebenarnya juga dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses metabolisme ataupun proses regenerasi tumbuhan tersebut. Salinitas tidak hanya disebabkan oleh NaCl yang terlarut dalam tanah, namun juga Na2CO3, NaHCO3, dan Na2SO4 dan hubungan dari berbagai garam ini adalah dengan keseimbangan unsur antara K+, Ca2+, dan Mg2+ yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup tumbuhan.
Kadar garam (salinitas) akan mempengaruhi proses fisiologi dan morfologi dalam hubungannya dengan keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan tekanan osmosis larutan tanah sehingga ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman menjadi berkurang. Berubahnya keseimbangan akan ketersediaan air ini dapat menyebabkan pengurangan ukuran dan jumlah daun, jumlah stomata per unit, lebar daun menjadi sempit, pembentukan lignin pada akar lebih awal, meningkatkan jaringan sekulen daun, kutikula daun semakin tipis, dan penurunan konduksi air. Pengaruh garam terhadap pertumbuhan tanaman berhubungan dengan kekurangan air yang disebabkan oleh penghambatan penyediaan air atau oleh ion-ion spesifik yang meracuni secara tidak langsung mengganggu serapan berbagi unsur hara esensial dan metabolisme.
Kadar garam yang tinggi juga dapat menurunkan laju fotosintesis pada tanaman akibat terhambatnya pengambilan CO2. Hal ini disebabkan karena sebagian energi hasil respirasi akan diubah untuk mengatasi cekaman garam, akibatnya kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi menjadi berkurang.
Dalam kaitannya dengan lingkungan salin, maka ada tanaman yang toleran terhadap kondisi tersebut (halofit), ada yang netral yaitu tanaman yang tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut (euhalofit), dan ada tanaman yang rentan terhadap kondisi lingkungan salin (glikofit). Dalam percobaan ini, hasil pengamatan panjang akar, tinggi tanaman, bobot segar, bobot kering serta jumlah daun dicari reratanya. Dilakukan pengamatan terhadap tiga jenis tanaman, yaitu Kacang Panjang (Vigna sinensis), Melon (Cucumis melo), dan Padi (Oryza sativa). Ketiga jenis tanaman tersebut diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan air biasa yang mengandung kadar garam 0 ppm, air garam yang berkonsentrasi 2000 ppm, dan air garam yang berkonsentrasi 4000 ppm. Perbedaan pemberian konsentrasi air garam ini bertujuan untuk mengetahui tingkat sensitivitas maupun ketahanan tanaman terhadap salinitas. Pengukuran setiap pemberian air garam bertujuan untuk mengamati laju pertumbuhan tanaman pada kondisi salinitas yang berbeda-beda.
Dari data hasil percobaan didapatkan grafik tinggi tanaman dan jumlah daun per harinya  sebagai berikut :
A. Padi (Oryza sativa)
1. Grafik
  a.  Tinggi tanaman padi (Oryza sativa)
.
Gambar 1. Grafik tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa) Pada Berbagai Variasi Salinitas
Dari tabel didapat hasil bahwa seiring dengan bertambahnya hari maka pertambahan tinggi pun terjadi, hal ini terdapat pada semua perlakuan konsentrasi dari 0 ppm,2000 ppm, dan 4000 ppm. Untuk pengamatan hari ke-1 tinggi tanaman tertinggi pada konsentrasi 0 ppm dan hampir sama pada perlakuan 2000 ppm dan 4000 ppm, pada hari ke-2 tertinggi pada konsentrasi 0 ppm, begitu pula untuk hari ke-3, ke-4, hingga hari ke-8. Akan tetapi, untuk hari ke-2, tinggi tanaman pada konsentrasi 4000 ppm lebih besar daripada konsentrasi 2000 ppm, pada hari ke-6 dan 7 ketinggian hampir sama pada konsentrasi pada 2000 dan 4000 ppm, dan pada hari terakhir tertinggi pada 0 ppm mencapai optimum.
Dari gambar terlihat bahwa grafik menunjukkan linier. Semakin bertambah hari  tinggi tanaman pun bertambah, untuk semua kadar salinitas. Hal ini dapat terjadi karena mulai dari hari ke-1 sampai hari ke-2 kenaikan cukup tinggi, sedangkan pada hari ke-3 sampai hari ke-4 agak rendah kenaikannya , kemudian pada 3 hari terakhir terus naik (kenaikan yang terjadi relatif konstan). Grafik yang berada pada keadaan paling atas dan tertinggi yaitu pada salinitas 0 ppm, sedang 2000 ppm dan 4000 ppm berada di bawah grafik ini. Cekaman salinitas menyebabkan penyerapan hara dan pengambilan air terhalang sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal. Meskipun demikian, tanaman padi dapat tahan terhadap salinitas yang tinggi (4000 ppm) karena pada pemberian perlakuan air garam 4000 ppm, padi masih dapat tumbuh. Hal ini terjadi karena padi merupakan tanaman yang memiliki absorpsi simplas yang cukup efektif untuk menyerap salin (garam) melalui plasmalemma. Kemudian garam akan terpecah menjadi ion Na+ dan Cl- yang kemudian akan diserap oleh tonoplas dan disalurkan ke vakuola (Toenniessen, 1984).
b. Jumlah daun tanaman padi (Oryza sativa)
Gambar  2. Grafik Jumlah Daun Tanaman Padi (Oryza sativa) Pada Berbagai Variasi Salinitas
Dari grafik jumlah daun tanaman padi, dapat diketahui jumlah daun paling banyak dicapai pada kontrol 0 ppm dan 2000 ppm, dan paling sedikit pada kontrol 4000 ppm. Terlihat bahwa jumlah daun pada padi meningkat seiring peningkatan konsentrasi kadar garam yang diujikan. Ini berarti tanaman padi tidak rentan terhadap lingkungan yang salin, dan produksi meningkat pada kadar garam yang tinggi. Hal ini berarti padi merupakan tanaman halofit, dimana tanaman tersebut toleran dengan kadar garam yang tinggi. Penanaman padi di lahan yang memiliki kadar salinitas yang tinggi saat ini telah dibudidayakan di daerah pantai, dimana para petani menanam bibit-bibit padi di tanah yang memiliki jerapan air salin yang kadarnya tinggi. Hal ini dapat dilakukan karena padi nyatanya merupakan tanaman yang dapat tahan terhadap lingkungan salin, tanpa menurunkan produktivitasnya.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa banyaknya jumlah  daun yang tumbuh tidak mengalami perbedaan yang mencolok antara berbagai perlakuan. Hal ini menunjukkan kestabilan pertambahan jumlah daun dari berbagai perlakuan salin. Tanaman yang mengalami cekaman garam umumnya mempunyai daun yang lebih sempit, lebih gelap, nisbah tajuk-tajuk menurun, berkurangnya anakan, menunda dan menurunkan pembungaan serta jumlah dan ukuran buah lebih kecil. Dari teori ini  dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar garam maka jumlah daun yang ada pada tanaman tersebut akan sedikit.

1. Histogram
a. Bobot  Segar dan Bobot Kering tanaman padi (Oryza sativa)
Gambar 3. Histogram Perbandingan Bobot Segar dan Bobot Kering Padi (Oryza sativa) pada Berbagai Variasi Salinitas
              Dari histogram bobot segar dan bobot kering ini, dapat diketahui bahwa bobot segar tanaman padi optimum pada kontrol 0 ppm. Hal ini disebabkan karena pengaruh osmotik potensial larutan. Pada perlakuan 0 ppm osmotik-potensial larutannya lebih tinggi dari pada dalam sel tanaman sehingga tanaman padi mudah menyerap air. Bobot kering  tanaman padi optimum pada kontrol 2000 ppm dan minimum pada kontrol 4000 ppm. Dengan penambahan garam hanya akan menyebabkan penurunan bobot kering walaupun relatif sedikit, hal ini menunjukkan bahwa padi termasuk tanaman yang toleran terhadap garam. Begitupun dengan bobot segar padi optimum pada kontrol 0 ppm.

b. Panjang akar tanaman padi (Oryza sativa)
Gambar 4. Histogram Panjang Akar Berbagai Tanaman Padi (Oryza sativa) Pada Berbagai Salinitas
Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi garam 0 ppm akar tanaman padi dapat mencapai panjang yang paling maksimum, sedangkan akar tanaman padi pada konsentrasi garam 4000 ppm dan 2000 ppm kurang dapat tumbuh dengan optimum, ini disebabkan karena dalam tanah yang salin pertumbuhan akar tanaman menjadi terhambat.






A. Kacang Panjang (Vigna sinensis)
1. Grafik    
a. Tinggi tanaman kacang panjang (Vigna sinensis)
Gambar 5. Grafik tinggi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Pada Berbagai Salinitas
              Grafik di atas juga menggambarkan adanya hubungan yang linier antara tinggi tanaman dengan hari pengamatan, dimana tanaman tumbuh seiring bertambahnya hari. Pada perlakuan konsentrasi 0 ppm dan 2000 ppm, di hari ke-1 hingga hari ke-4, kacang panjang memiliki tinggi yang hampir sama. Namun, pada konsentrasi 2000 ppm, tinggi tanaman memiliki selisih yang sedikit dengan hasil pada konsentrasi yang lain. Hal ini berarti salinitas pada konsentrasi 2000 ppm merupakan kadar optimum yang dapat diterima oleh kacang panjang.
Hal tersebut didasari oleh sifat kacang panjang (Vigna sinensis) yang cenderung sensitif terhadap salinitas yang tinggi. Pada kacang panjang, Na+ dikeluarkan dari penyimpanan dalam bagian basal tumbuhan, namun siap ditranslokasikan dengan Cl- . Penyimpanan Na+ di batang akan menyebabkan kejenuhan dengan meningkatnya konsentrasi garam yang terlalu tinggi yang terserap ke dalam tubuh tanaman. Kejenuhan tersebut berakibat pembuluh-pembuluh yang berada di dalam tubuh tanaman sulit bergerak dan pertumbuhan pun akan melambat (Lauchli, 2000).
Pertambahan tinggi pada tanaman kacang panjang yang paling tinggi hingga hari ke-8 adalah kacang panjang yang diberi air garam berkonsentrasi 0 ppm, sedangkan kacang panjang yang memiliki tinggi terendah adalah kacang panjang yang diberi perlakuan air garam berkonsentrasi 4000 ppm. Dapat dikatakan bahwa kacang panjang merupakan tanaman glikofit.
b. Jumlah daun tanaman kacang panjang (Vigna sinensis)
Gambar 6. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Pada Berbagai Variasi Salinitas
Pada pengamatan jumlah daun pada kacang panjang ini dapat diketahui bahwa jumlah daun yang terdapat di semua konsentrasi perlakuan hampir sama pada hari ke-1 hingga hari ke-5, namun pada akhir pengamatan, yang paling banyak adalah pada konsentrasi 0 ppm, sedangkan pada konsentrasi 4000 ppm, pada hari ke-5 hingga akhir pengamatan memiliki jumlah daun yang terendah.

2. Histogram
a. Bobot segar dan bobot kering tanaman kacang panjang (Vigna sinensis)
Gambar 7.  Histogram Perbandingan Bobot Segar dan Bobot Kering Kacang Panjang (Vigna sinensis) Pada Berbagai Variasi Salinitas
Dari histogram bobot segar dan bobot kering tanaman kacang panjang di atas terlihat baik bobot segar maupun bobot kering tanaman kacang panjang dicapai pada perlakuan 0 ppm. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan 0 ppm tidak terjadi penambahan larutan  garam sehingga unsur hara yang ada di dalam tanah merupakan unsur hara yang alami. Walaupun demikian perbedaan dengan perlakuan-perlakuan lain tidak begitu besar karena tanaman kacang panjang termasuk tanaman yang toleran terhadap garam.
b. Panjang akar tanaman kacang panjang (Vigna sinensis)
.
Gambar 8. Histogram Panjang Akar Berbagai Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis) Pada Berbagai Salinitas
Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi garam 0 ppm akar tanaman kacang panjang dapat mencapai panjang yang paling maksimum, lalu akar tanaman kacang panjang pada konsentrasi garam 2000 ppm dan 4000 ppm kurang dapat tumbuh dengan optimum, ini disebabkan karena dalam tanah yang salin pertumbuhan akar tanaman menjadi terhambat.
C. Melon (Cucumis melo)
1. Grafik
a. Tinggi Tanaman melon (Cucumis melo)
.
Gambar 9. Grafik tinggi tanaman Melon (Cucumis melo) Pada Berbagai Variasi Salinitas
              Dari gambar terlihat bahwa grafik menunjukkan linier. Semakin bertambah hari  tinggi tanaman pun bertambah, untuk semua kadar salinitas. Hal ini dapat terjadi karena mulai dari hari ke-1 sampai hari ke-8 kenaikan cukup tinggi  stabil untuk perlakuan konsentrasi 2000 ppm dan 0 ppm, namun pada hari ke-8, pertumbuhan konsentrasi 0 ppm cenderung cepat dibandingkan dengan tanaman dengan konsentrasi yang lain, sedangkan pada konsentrasi 4000 ppm terjadi penurunann, ada saatnya tinggi dan ada saatnya rendah sampai hari terakhir. Grafik yang berada pada keadaan paling atas dan tertinggi yaitu pada salinitas 0 ppm, sedangkan 2000 ppm berada dibawahnya nomer 2 dan 4000 ppm berada di urutan terakhir terbawah. Jadi keadaan optimum pada salinitas 0 ppm. Melon sedikit terganggu pertumbuhannya meskipun lingkungannya salin. Ini menandakan melon tergolong tanaman euhalofit, atau tanaman yang tahan terhadap kondisi salinitas yang tinggi maupun rendah.
Melon termasuk tanaman euhalofit, karena metabolisme melon yang dapat mengelola kadar garam secara baik. Larutan garam yang masuk ke dalam melon secara simplas di akar. Kemudian pada penyerapan osmotik, kadar garam yang bersifat hipertonis terhadap jaringan pada tumbuhan akan melalui transportasi secara apoplas, yang akan memisahkan kation garam (Na+, K+) dengan anionnya (Cl, SO42-). Kemudian kation tersebut langsung ditransportasikan ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Kation-kation tersebut digunakan sebagai sel penutup luka, maupun sel penguat palisade.

b. Jumlah Daun melon (Cucumis melo)
 Gambar 10. Grafik Jumlah Daun Tanaman Melon (Cucumis melo) Pada Berbagai Variasi Salinitas
              Pada pengamatan selama 8 hari, terlihat bahwa jumlah daun pada konsentrasi 0 ppm, 2000 ppm, hingga 4000 ppm memiliki jumlah daun yang hampir sama. Pada hari ke-1 dan ke-2, terlihat semua konsentrasi memiliki jumlah daun yang sama. Pada hari ke-5, konsentrasi 4000 ppm memiliki jumlah daun yang tertinggi daripada konsentrasi 2000 ppm, namun pada hari terakhir pengamatan, justru konsentrasi 4000 ppm memiliki jumlah daun yang terendah. Hal ini berarti kenaikan jumlah daun pada melon memiliki kenaikan yang cukup stabil dan tidak terlalu tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa produktivitas melon pada tingkatan konsentrasi garam sama.

2. Histogram
a. Bobot segar dan bobot kering melon (Cucumis melo)
Gambar 11. Histogram Perbandingan Bobot Segar dan Bobot Kering Melon (Cucumis melo) pada Berbagai Variasi Salinitas
Dari histogram bobot segar dan bobot kering di atas terlihat bahwa  baik bobot segar tanaman dicapai optimum saat konsentrasi 2000 ppm, sedangkan bobot kering optimum tanaman melon tercapai pada perlakuan 4000 ppm. Pada konsentrasi 0 ppm, bobot segar dan bobot kering mencapai titik minimum, sehingga tanaman ini tepat digolongkan sebagai tanaman euhalofit.
Dari pengamatan  selama 3 minggu dapat diketahui bahwa  tanaman melon dapat tumbuh dengan baik pada kontrol 2000 ppm. Penambahan garam hanya mengakibatkan perbedaan tinggi tanaman yang relatif kecil. Begitu pula dengan panjang akar paling panjang pada perlakuan 0 ppm, hal ini disebabkan karena tugas akar lebih berat dalam mencari unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam tanah dibanding dengan adanya penambahan garam tentu saja unsur hara juga akan bertambah. Demikian juga bobot segar dan bobot kering tanaman melon optimum pada perlakuan 0 ppm, histogram bobot segar dan bobot kering berfungsi untuk  mengetahui banyaknya asimilat yang dihasilkan oleh tanaman.



b. Panjang Akar melon (Cucumis melo)
.
Gambar 12. Histogram Panjang Akar Berbagai Tanaman Melon (Cucumis melo) Pada Berbagai Salinitas
            Dari histogram di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi garam 0 ppm akar tanaman melon dapat mencapai panjang yang paling maksimum, lalu akar tanaman melon pada konsentrasi garam 2000 ppm dan 4000 ppm kurang dapat tumbuh dengan optimum, ini disebabkan karena akar dalam tanah yang konsentrasinya 0 ppm yang tertarik secara osmotik-hipertonis oleh garam cenderung terangsang pertumbuhan akarnya.
Pada tanaman padi, kacang panjang dan melon terlihat adanya gejala abnormalitas seperti terjadinya klorosis (kekurangan klorofil) yang ditandai dengan warna daun yang menguning. Namun,  gejala tersebut belum terlihat parah pada akhir pengamatan. Klorosis ini disebabkan oleh unsur hara misalya NaCl. Gejala akar seperti yang biasa diperlihatkan tanaman dengan salinitas berlebih tidak terlihat pada ketiga tanaman tersebut. Hal ini terjadi karena dalam selang pemberian garam tanaman disiram dengan air biasa sehingga sebagian dapat dicuci.


VI. KESIMPULAN
1.        Salinitas sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup suatu tumbuhan di alam.
2.        Halofit adalah tanaman yang toleran dengan kadar garam yang tinggi dalam hal ini, contohnya adalah tanaman padi (Oryza sativa).
3.        Glikofit adalah tanaman yang tidak tahan kadar garam tinggi dalam hal ini adalah kacang panjang (Vigna sinensis).
4.        Euhalofit adalah tanaman yang tahan terhadap kadar garam yang minimum maupun maksimum tanpa mengurangi produksi, contohnya melon (Cucumis melo).
5.        Pengukuran bobot segar dan bobot kering ditujukan untuk mengetahui jumlah air yang berhasil diserap oleh tanaman.
6.        Jika kebutuhan tanaman akan  salinitas terpenuhi, tidak kekurangan dan kelebihan atau tepat pada keadaan optimumnya maka dari perkecambahan, keadaan jaringan, produksi, sampai pada kualitas hasil akan baik.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Prinsip Dasar Ekologi. . Diakses pada tanggal 21 April  2012.

Ewusie, Y. 1990. Pengantar ekologi tropika. ITB, Bandung.

Lauchli, A. 2000. Salt Exclution : An Adaptation of Legumes for Crops and Pastures Under Saline Condition. Departement of Land, Air and Water Resources, California.

Mahmoed, A. et al.  2008. Effect of NaCl salinity on growth. Nodulation and Total Nitrogen Content in Sesbenia Sesban Agriculturae Conspectus Scientificus : 137 – 141.

Odum, Eugene P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Remmert, H. 1980. Ecology. The Old Marlborough Arms, New York.

Suarez, N dan E. Medina. 2011. Salinity effects on leaf ion composition and salt secretion rate in Avicennia germinans. Brazilian Journal of Plant Physiology 12 : 1-3.

Syakir, M., N. Maslahah, dan M. Januwati. 2009. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan, produksi dan mutu Sambiloto. Jurnal Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik 32 : 114-115.


Tidak ada komentar: