KOMPETISI
INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
I.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengaruh
faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman.
2.
Mengetahui tanggapan
tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi
merupakan proses persaingan yang terjadi antara individu yang mengandalkan
sumber daya yang sama, namun terbatas jumlahnya. Terjadinya kedua macam
kompetisi ini berkaitan erat dengan peningkatan kepadatan populasi, baik dalam
tingkat populasi, maupun dalam komunitas. Kompetisi pada dua jenis yang sama
memiliki karakteristik perlakuan yang sama, sedangkan pada kompetisi pada dua
jenis yang berbeda memiliki karakteristik perlakuan yang berbeda, baik secara
tingkah laku ataupun hasil perlakuan (Agnes, 2008).
Kompetisi
dengan dan antar spesies merupakan sesuatu yang penting dalam ekologi, terutama
dalam komunitas. Kompetisi tidak selalu merupakan interaksi langsung antara
yang satu dengan yang lain, tetapi dapat juga secara langsung dan tidak
langsung. Karena ketersediaan bahan dari satu sumber (misalnya makanan, air,
dan wilayah) digunakan untuk bersama (Anonim, 2008).
Terdapat
dua kondisi ekologi pada kompetisi organisme, yaitu : intraspesifik dan interspesifik. Kompetisi
intraspesifik berarti kompetisi pada anggota dari spesies itu sendiri, sedangkan kompetisi
interspesifik berarti kompetisi antar individu dari dua spesies yang mengurangi
kemampuan dari salah satu atau semua individu itu. Perkembangan dari berdirinya
tanaman dari semaian ke tanaman atau individu dewasa memberi kesan adanya
kompetisi pada sumber yang terbatas. Proses ini disebut penjarangan.
Penjarangan muncul sebagai hasil dari kompetisi intraspesifik pada sumber yang
terbatas. Sebagai populasi lokal dari perkembangan tumbuhan, tanaman individu
menaikkan kuantitas dari nutrisi, air, dan ruang untuk individu yang sukses
berkompetisi pada habitatnya (Molles, 2005).
Pada
level ekologi, kompetisi menjadi hal yang sangat penting saat dua organisme
berjuang untuk sesuatu yang ketersediaannya tidak memadahi untuk mereka. Jadi,
tanaman berkompetisi untuk cahaya dan nutrisi dalam hutan, dan binatang
berkompetisi untuk makanan dan tempat bernaung saat kompetisi memadat dan hanya
terdapat satu sumber langka. Jika populasi terdiri dari hanya sejumlah kecil
individu, kompetisi tidak akan menjadi faktor ekologi yang penting. Contohnya
di Artik, tanaman jumlahnya sedikit karena iklim yang tidak memungkinkan untuk
berkompetisi mendapatkan cahaya. Hasil dari kompetisi adalah terjadinya
hambatan pada kelompok populasi. Hal ini berarti adanya mutual inhibitor yang
menyebabkan satu diantara kompetitor kalah dan berkurang (Odum, 1966).
Kompetisi tumbuhan berbeda
spesies dengan atau kompetisi antara tumbuhan yang memiliki spesies sama
melibatkan banyak faktor. Ketiadaan keuntungan ataupun adanya keuntungan antara
kedua belah pihak mengindikasikan adanya faktor yang terlibat. Kompetisi
terjadi sewaktu dua atau lebih tanaman memerlukan cahaya, nutrisi, dan
air dalam suplai yang terbatas. Kompetisi selanjutnya penting untuk menurunkan
sejumlah faktor yang tersedia tiap individu (Dubs, 2007).
Tanaman
kedelai merupakan salah satu tanaman yang memerlukan cahaya penuh, tetapi dalam
praktek budidaya di Indonesia, kedelai sering ditumpangsarikan dengan tanaman
lain. Dalam tumpangsari dengan jagung, intensitas cahaya yang diterima kedelai
berkurang sekitar 33% (Asadi et.al.,
1997 cit Muhuria, 2006).
III. METODE PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-Dasar
Ekologi Acara III yang berjudul Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012 di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah peralatan tanam, penggaris,
timbangan analitik, dan oven. Bahan yang dibutuhkan adalah tanah, polybag,
kertas label, dan tiga jenis benih tanaman yaitu kacang
tunggak (Vigna
unguiculata), kacang
tanah (Arachis hypogaea), dan jagung (Zea mays).
Cara kerja dari praktikum ini adalah setelah
polybag disiapkan kemudian diisi dengan tanah yang sudah dicampur pupuk kandang
sebanyak 3 kg. kotoran,
rumput, dan kerikil dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Setelah itu,
biji yang akan ditanam dipilih dan ditanam
dengan perlakuan monokultur kacang tanah sejumlah 2, 4, dan 6;
polikultur kacang tanah - jagung (1+1, 2+2, 3+3); polikultur kacang tanah –
kacang tunggak (1+1, 2+2, 3+3); masing-masing perlakuan diberi ulangan 3 kali.
Tiap polybag diberi label yang mudah dibaca sesuai perlakuan dan ulangannya
agar tidak tertukar dengan perlakuan kelompok lain. Kemudian, dilakukan penyiraman
setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari. Selanjutnya, dilakukan pemanenan.
Setelah diamati tanaman dikering-anginkan kemudian dimasukkan ke kantong kertas
dan dioven dengan suhu 80ºC selama dua hari sampai berat konstan. Pengamatan
dilakukan pada tinggi tanaman setiap 2 hari sekali (cm). Bobot segar tanaman untuk
tiap polybag pada akhir pengamatan (gram), bobot
kering tiap polybag setelah dioven (gram).
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel
13. Pertumbuhan Tinggi
Tanaman
Monokultur Kacang Tanah (Arachis
hypogaea), Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays) dan
Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis
hypogaea-Vigna unguiculata)
Sampel
|
Tinggi Tanaman Hari Ke-
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
Monokultur
(cm)
|
Kacang Tanah 2
|
5.21
|
7.41
|
9.15
|
11.41
|
14.30
|
16.83
|
19.61
|
21
|
Kacang Tanah 4
|
4.75
|
7.18
|
9.30
|
11.89
|
14.96
|
17.03
|
18.42
|
20.51
|
|
Kacang Tanah 6
|
5.17
|
6.79
|
9.27
|
11.70
|
13.99
|
15.63
|
17.85
|
19.46
|
|
Polikultur
(cm)
|
Kacang Tanah-Jagung 1+1
|
5.05
|
7.67
|
10.07
|
13.00
|
16.23
|
19.22
|
20.52
|
23.5
|
Kacang Tanah-Jagung 2+2
|
5.60
|
8.55
|
10.28
|
13.43
|
17.34
|
20.46
|
23.72
|
25.44
|
|
Kacang Tanah-Jagung 3+3
|
4.66
|
6.99
|
9.80
|
12.59
|
14.83
|
17.71
|
19.34
|
21.63
|
|
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 1+1
|
5.38
|
7.50
|
9.90
|
12.62
|
15.60
|
18.12
|
20.43
|
22.57
|
|
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 2+2
|
3.78
|
5.63
|
9.38
|
12.74
|
15.49
|
17.01
|
19.88
|
20.93
|
|
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 3+3
|
4.32
|
6.56
|
9.05
|
10.92
|
12.69
|
13.74
|
15.05
|
15.75
|
Tabel
14. Pertumbuhan Jumlah Daun Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea), Polikultur Kacang Tanah - Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays) dan
Polikultur Kacang Tanah- Kacang Tunggak (Arachis
hypogaea-Vigna unguiculata)
Sampel
|
Jumlah Daun Hari Ke-
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
Monokultur
(cm)
|
Kacang Tanah 2
|
3.13
|
4.16
|
5.36
|
7.19
|
8.08
|
9.92
|
11.83
|
12.86
|
Kacang Tanah 4
|
3.07
|
3.69
|
4.92
|
6.06
|
7.05
|
8.01
|
9.49
|
10.11
|
|
Kacang Tanah 6
|
2.34
|
4.11
|
5.22
|
6.48
|
7.27
|
8.07
|
8.97
|
9.56
|
|
Polikultur
(cm)
|
Kacang Tanah-Jagung 1+1
|
3.17
|
4.89
|
6.72
|
8.72
|
10.00
|
11.17
|
12.83
|
13.67
|
Kacang Tanag-Jagung 2+2
|
2.92
|
3.75
|
5.33
|
7.25
|
8.06
|
8.56
|
9.58
|
10.17
|
|
Kacang Tanah-Jagung 3+3
|
2.94
|
4.53
|
5.43
|
6.97
|
7.52
|
8.90
|
9.46
|
10.37
|
|
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 1+1
|
3.33
|
4.33
|
5.83
|
7.83
|
9.17
|
9.83
|
11.00
|
12.50
|
|
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 2+2
|
2.38
|
3.33
|
4.67
|
5.28
|
5.92
|
7.42
|
8.42
|
9.25
|
|
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 3+3
|
2.38
|
3.37
|
4.43
|
5.63
|
6.47
|
7.91
|
8.19
|
8.60
|
Tabel 15. Bobot Segar dan Bobot Kering Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
monokultur
|
Bobot Segar
(g)
|
Bobot Kering
(g)
|
2
|
6.75
|
0.83
|
4
|
5.27
|
0.78
|
6
|
5.12
|
0.67
|
Tabel 16. Panjang
Akar Monokultur Kacang
Tanah (Arachis hypogaea)
monokultur
|
Panjang akar
|
2
|
22.28
|
4
|
23.32
|
6
|
20.17
|
Tabel 17. Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur Kacang
Tanah-Jagung
(Arachis
hypogaea-Zea mays)
Polikultur
|
Bobot Segar
(g)
|
Berat Kering (g)
|
1+1
|
6.98
|
0.95
|
2+2
|
6.97
|
0.77
|
3+3
|
5.71
|
0.58
|
Tabel 18. Panjang
Akar Polikultur
Kacang Tanah - Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Polikultur
|
Panjang Akar
|
1+1
|
22.52
|
2+2
|
19.98
|
3+3
|
21.39
|
Tabel 19. Tabel Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur Kacang Tanah-Kacang
Tunggak (Arachis
hypogaea-Vigna unguiculata)
polikultur
|
Bobot Segar
(g)
|
Bobot Kering
(g)
|
1+1
|
7.42
|
0.90
|
2+2
|
4.97
|
0.68
|
3+3
|
4.28
|
0.66
|
Tabel 20. Panjang Akar Polikultur
Kacang Tanah-Kacang
Tunggak (Arachis
hypogaea-Vigna unguiculata)
polikultur
|
panjang akar (cm)
|
1+1
|
20.17
|
2+2
|
18.54
|
3+3
|
15.45
|
V. PEMBAHASAN
Tujuan
dari percobaan 2 ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh faktor biotik (kehadiran tanaman sejenis atau berbeda
jenis) pada tanaman yang dibudidayakan serta bagaimana pengaruh tekanan
kompetisi pada pertumbuhan dan hasil tanaman. Salah satu cara
mengetahui dan mempelajari kompetisi yaitu dengan percobaan kepadatan tanaman.
Perubahan pertumbuhan dan hasil tanaman akibat persaingan di antara individu tanaman
yang sama. Pada dasarnya tanggapan tanaman terhadap kompetisi dengan tanaman
lain relatif sama namun yang membedakan hanyalah hasil maksimum dan kepadatan
optimum tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tekanan kompetisi pada
jarak tertentu relatif konstan, karena tanaman dapat mempunyai sifat
penyesuaian. Tanaman akan besar pada jarak tanam lebar dan kecil pada jarak
tanam sempit, sehingga tekanan kompetisi akan relatif konstan.
Tinggi
tanaman merupakan indikator tingkat kesuburan suatu tanaman. Faktor yang
menentukan tingkat kesuburan tanaman antara lain jumlah kompetitor. Gambar
berikut ini adalah grafik tinggi tanaman kacang tanah yang ditanam secara
monokultur dan polikutur dengan jagung dan kacang tunggak.
1. Tinggi
Tanaman Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Gambar 13. Grafik
Tinggi Tanaman Monokultur Kacang Tanah (Arachis
hypogaea)
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa kacang tanah
yang ditanam dengan sistem monokultur dengan jumlah tanam dua memiliki tinggi
tanaman yang paling tinggi di akhir pengamatan jika dibandingkan dengan
monokultur dengan jumlah empat dan enam. Grafik ini menunjukkan bahwa tingkat
kompetisi yang rendah akan menyebabkan tanaman hidup lebih subur. Persaingan
tanaman dalam memperebutkan unsur hara rendah sehingga kebutuhan akan zat hara
tercukupi. Pada tingkat persaingan tanaman sejenis dengan jumlah empat dan enam
terdapat persaingan yang ketat dalam memperebutkan unsur hara yang terkandung
dalam tanah. Seiring bertambahnya jumlah pesaing maka jumlah zat hara yang
didapatkan akan semakin menurun. Hal ini dibuktikan dengan garis biru yang
menunjuk angka paling besar dalam grafik di atas.
2. Tinggi Tanaman Polikultur
Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Gambar 14. Grafik Tinggi
Tanaman Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis
hypogaea-Zea mays)
Dari
grafik di atas dapat kita lihat bahwa kacang tanah yang mengalami pertumbuhan
paling tinggi yaitu tanaman polikultur kacang tanah-jagung 1+1, sedangkan
pertumbuhan paling pendek terdapat pada polikultur kacang tanah-jagung 3+3. Ini disebabkan karena 2 tanaman polikultur
berkompetisi secara seimbang dan mendapatkan unsur hara dan mineral yang
seimbang. Tetapi pada polikutur kacang tanah-jagung 3+3 pada satu tempat
terdapat 6 tanaman jadi unsur hara dan mineral yang diperoleh tiap tanaman
tidak sebanyak yang diperoleh oleh tanaman kacang tanah monokultur 2. Kompetisi
pada jumlah yang banyak menghasilkan pembagian unsur-unsur hara yang relatif
rata sehingga pertumbuhan seiring berjalannya waktu pengamatan linier dan tidak
mengalami kematian.
3. Tinggi Tanaman
Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis
hypogaea-Vigna unguiculata)
Gambar 15. Grafik Tinggi
Tanaman Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Grafik
di atas menggambarkan polikultur kacang tanah-kacang tunggak yang berarti bahwa
polikultur kacang tanah-kacang tunggak 1+1
tinggi tanamannya paling tinggi jika dibandingkan dengan polikultur 2+2
dan 3+3. Tingkat persaingan yang rendah pada polikultur 1+1 menyebabkan
pertumbuhan tanaman baik dan dapat tumbuh tinggi. Pada polikultur 1+1 dan 2+2
tinggi tanaman hampir sama. Polikultur kacang tanah-kacang tunggak 1+1, 2+2,
dan 3+3 atau dapat tumbuh dengan baik
akan tetapi tanaman yang didapat dengan jumlah pesaing paling sedikit yang
dapat tumbuh dengan lebih baik. Jadi, berdasarkan grafik tinggi tanaman, kacang
tanah akan tumbuh dengan baik jika ditanam polikultur dengan kacang tunggak
dengan jumlah 1+1.
4.
Jumlah Daun Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Gambar 16. Grafik Jumlah Daun Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Dari grafik jumlah daun tanaman kacang tanah monokultur di atas, dapat
diketahui bahwa jumlah daun kacang
tanah yang ditanam dengan sistem monokultur
berjumlah dua ternyata paling banyak jika dibandingkan dengan jumlah
daun yang dimiliki oleh kacang tanah dengan sistem pertanaman monokultur empat
dan enam. Hal ini disebabkan karena jumlah zat hara yang didapatkan oleh
tanaman monokultur dengan jumlah yang sedikit lebih banyak. Oleh karena itu,
berpengaruh pada jumlah daun sebagai indikator tingkat kesuburan. Monokultur
empat dan enam hampir memiliki jumlah daun yang sama meskipun seharusnya jumlah
daun monokultur enam memiliki jumlah daun yang lebih sedikit daripada
monokultur empat karena tingkat persaingan lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi
karena jumlah zat hara yang ada dalam tanah media tanam monokultur enam jauh
lebih banyak daripada pada media monokultur empat sehingga monokultur enam
dapat menyamai tingkat pertumbuhan monokultur empat.
5.
Jumlah Daun Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Gambar 17. Grafik Jumlah Daun Polikutur Kacang
Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Pada grafik
dapat diketahui bahwa jumlah daun yang
paling optimal dan banyak adalah pada perlakuan 1+1. Hal ini terjadi karena
jagung dengan kacang tanah merupakan spesies berbeda, sehingga nutrisi yang
diserap untuk pertumbuhan dan produktivitas tanaman juga berbeda. Maka, pada
perlakuan 1+1, kacang tanah mencapai jumlah daun yang optimal. Jumlah daun yang
paling sedikit adalah pada perlakuan 3+3 pada hari ke-1 hingga hari ke-3, lalu
selepas hari ke-3, perlakuan 3+3 memiliki jumlah daun terbanyak setelah
perlakuan 1+1, meskipun jumlahnya tidak jauh beda dengan perlakuan 2+2.
Tingkat
produktivitas tanaman sangat dipengaruhi jumlah pesaing, semakin rendah jumlah
pesaing produktivitas akan semakin tinggi. Akan tetapi pada grafik polikutur 2+2
dan 3+3 terlihat hampir sama. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah unsur hara
yang tersedia dalam media tanam antar polybagnya yang berbeda-beda, bisa jadi
unsur hara yang terkandung dalam polybag monokultur 3+3 lebih banyak daripada
media tanam polikultur 2+2 sehingga meskipun jumlah pesaing tiga lebih banyak
daripada dua namun produktivitas keduanya hampir sama.
6. Jumlah Daun Tanaman
Polikultur Kacang
Tanah-Kacang
Tunggak (Arachis
hypogaea-Vigna unguiculata)
Gambar 18. Grafik Jumlah Daun Polikutur Kacang
Tanah-Kacang Tunggak (Arachis
hypogaea-Vigna unguiculata)
Dari grafik
dapat diketahui bahwa jumlah daun pada perlakuan 1+1 dari hari pertama hingga hari terakhir
pengamatan menunjukkan jumlah daun yang terbanyak dibandingkan dengan perlakuan
yang lain. Ini berarti, kacang tanah merupakan kompetitor yang dapat bertahan
pada kompetisi intraspesifik. Pertumbuhannya pada perlakuan 1+1 merajai perlakuan yang
lain, karena saat perlakuan 3+3,
tanaman kacang tanah mendapat unsur hara yang berlebih sehingga perkembangan
dan produktivitasnya cenderung melambat. Hal sebaliknya terjadi pada perlakuan 1+1, dimana jumlah daun
mencapai angka tinggi, karena unsur hara yang diserap sama rata sehingga dapat
digunakan secara optimal. Semakin sedikit jumlah kompetitor maka tanaman akan
tumbuh semakin subur karena jumlah unsur hara digunakan dibagi untuk jumlah
tanaman yang sedikit. Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesuburan
tanaman adalah dari banyaknya jumlah daun, semakin banyak jumlah daunnya maka
akan semakin subur.
7.
Pengamatan Gabungan Tinggi Tanaman Pada Hari Terakhir
Gambar 19. Histogram Gabungan Tinggi Tanaman Pada Hari
Terakhir
Dari grafik ini dapat dilihat keseluruhan perlakuan bahwa
tinggi tanaman paling tinggi adalah pada perlakuan polikultur
kacang tanah-jagung 4, hal ini disebabkan karena pada tanaman kacang tanah
pertumbuhannya lebih cepat sehingga
tidak mengakibatkan kompetisi yang keras akan unsur hara dan air. Penyerapan
unsur hara juga tidak terlalu banyak sehingga unsur hara yang diserap dan digunakan
optimal. Tanaman kacang tanah juga dapat dipanen lebih cepat. Pada polikultur
kacang tanah-jagung 4 juga terjadi persebaran nitrogen yang merata, sehingga
penyerapan pada setiap tanaman seimbang. Dengan demikian laju pertumbuhan
tanaman akan meningkat dan tingginya akan menjadi yang paling tinggi
dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.
8.
Pengamatan Gabungan Jumlah Daun Pada Hari Terakhir
Gambar 20.
Histogram Gabungan Jumlah Daun Pada Hari Terakhir
Dari grafik
jumlah daun di atas dapat diketahui bahwa jumlah
daun paling banyak ada pada kacang tanah yang ditanam dengan sistem polikultur kacang
tanah-jagung 2+2. Hal ini terjadi karena tingkat kompetisi yang sedikit meskipun
dalam satu spesies yang berbeda. Dalam satu spesies yang sama biasanya
kebutuhan dan kecepatan menyerap zat haranya juga hampir sama sehingga unsur
hara tidak terbagi secara rata karena saling berkompetisi. Jumlah daun paling
sedikit terjadi pada polikultur kacang tanah-kacang tunggak. Hal ini terjadi
karena tingkat kompetisi yang tinggi antara keduanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kacang tanah akan
tumbuh subur saat ditanam polikultur dengan jumlah pesaing yang sedikit yaitu
dua.
9.
Histogram Bobot
Segar dan Bobot Kering Monokultur Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)
Gambar 21. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Monokultur
Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Pada histogram bobot segar paling tinggi terdapat pada perlakuan 2. Pada perlakuan 2 panjang tanaman kacang lebih panjang dibanding dengan
perlakuan 4 dan 6 sehingga bobot segarnya
lebih besar. Ini disebabkan karena jumlah tanaman yang ada
pada satu tempat jumlahnya lebih sedikit dibanding perlakuan 4 dan 6
sehingga setiap individu harus berkompetisi dalam memperoleh
makanan dan unsur-unsur
lain dari lingkungan, seperti udara sinar matahari.
Hal ini tentu sesuai dengan teori yang
kompetisinya sedikit mempunyai bobot kering dan bobot segar tinggi sehingga tanaman
pada perlakuan 2 ini dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu juga dengan berat keringnya perlakuan 2 paling
tinggi.
10. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur
Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Gambar 22. Histogram Bobot Segar
dan Bobot Kering Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Pada histogram di atas dapat kita lihat bahwa
bobot segar kacang tanah- jagung yang paling besar
terdapat pada perlakuan (1+1). Ini disebabkan karena jumlah tanaman kacang tanah-jagung yang ada pada satu tempat jumlahnya
lebih sedikit dibanding perlakuan
(2+2) dan lebih sedikit
dibanding (3+3) sehingga setiap individu harus sedikit berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur-unsur lain dari
lingkungan, seperti udara sinar matahari..
Bobot kering paling besar terdapat pada tanaman kacang tanah- jagung dengan perlakuan (1+1). Alasannya karena bobot kering sebanding dengan bobot segar. Jika bobot segarnya
tinggi maka bobot
keringnya tinggi pula.
Seperti pada histogram sebelumnya, polikultur kacang
tanah-jagung dengan variasi 1+1 dan 2+2 memiliki BS dan BK lebih tinggi
daripada variasi polikultur 3+3. Menurut teori semakin sedikit jumlah
kompetitor maka tanaman akan semakin subur.
11. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Gambar 23. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering
Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis
hypogaea-Vigna unguiculata)
Sama seperti pada bobot segar dan kering kacang tanah monokultur, pada histogram bobot segar paling tinggi terdapat pada perlakuan (1+1). Pada perlakuan (1+1) panjang tanaman kacang tunggak lebih panjang dibanding dengan perlakuan (2+2) dan (3+3) sehingga bobot segarnya lebih besar. Ini
disebabkan karena jumlah tanaman yang ada pada satu tempat jumlahnya lebih sedikit dibanding perlakuan (2+2) dan (3+3)
sehingga setiap individu sedikit
berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur-unsur lain dari lingkungan, seperti udara
sinar matahari.
12. Histogram
Panjang
Akar Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Gambar 24. Histogram Panjang Akar
Monokultur Kacang
Tanah (Arachis hypogaea)
Pada histogram panjang akar monokultur kacang tanah paling tinggi terdapat pada perlakuan 4. Pada perlakuan 4 panjang tanaman kacang lebih panjang dibanding
dengan perlakuan 2 dan 6 sehingga panjang akarnya lebih tinggi. Ini disebabkan karena jumlah tanaman yang ada
pada satu tempat jumlahnya agak banyak dibanding perlakuan 2 dan 6 sehingga setiap individu harus berkompetisi dalam memperoleh
makanan dan unsur-unsur
lain dari lingkungan, seperti udara sinar matahari.
Sebenarnya, hal ini tidak sesuai dengan teori yang kompetisinya sedikit mempunyai panjang
akar yang tinggi. Tetapi tanaman pada perlakuan 4 ini dapat beradaptasi dengan
lingkungannya.
13.
Histogram
Panjang
Akar Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Gambar 25. Histogram Panjang Akar
Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis
hypogaea-Zea mays)
Pada histogram di atas dapat kita lihat bahwa panjang akar polikultur
kacang tanah-jagung
yang paling besar terdapat pada perlakuan (1+1). Ini disebabkan karena jumlah tanaman kacang tanah-jagung yang ada pada satu tempat jumlahnya
lebih sedikit dibanding perlakuan
(2+2) dan lebih sedikit
dibanding (3+3) sehingga setiap individu harus sedikit berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur- unsur lain dari
lingkungan, seperti udara sinar matahari.
14. Histogram
Panjang
Akar Polikultur Kacang Tanah -Kacang Tunggak
(Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Gambar 23. Histogram panjang
akar Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis
hypogaea-Vigna unguiculata)
Sama seperti pada panjang
akar kacang tanah monokultur, pada histogram panjang akar paling tinggi terdapat pada perlakuan (1+1). Pada perlakuan (1+1) panjang tanaman kacang tunggak lebih panjang dibanding dengan perlakuan (2+2) dan (3+3) sehingga panjang akarnya lebih besar. Ini
disebabkan karena jumlah tanaman yang ada pada satu tempat jumlahnya lebih sedikit dibanding perlakuan (2+2) dan (3+3)
sehingga setiap individu sedikit
berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur-unsur lain dari lingkungan, seperti udara sinar
matahari.
Perlakuan monokultur dan polikultur pada
tanaman mempunyai keuntungan dan kerugian yang tersendiri. Pada monokultur
persaingan antar tanaman cenderung besar karena tanaman yang satu spesies
mempunyai kebutuhan yang sama, namun hal ini dapat diminimalisir dengan pengaturan jarak tanam yang sesuai.
Polikultur tanaman dapat memberikan keuntungan
yang lebih besar bila jenis tanaman yang ditanam tidak saling merugikan atau
menghambat, tetapi dapat meningkatkan salah satu atau masing-masing hasil
tanaman dari tanaman yang ditumpangsarikan. Bila jenis tanaman yang
ditumpangsarikan memperoleh unsur hara, air lebih rendah maka hasil yang
diperoleh akan lebih besar.
Misalnya tumpang sari antara kacang tanah–jagung yang dapat saling mendukung, jagung
dapat dibantu kacang tanah
dalam mendapat nitrogen dari udara
yang tidak dapat diperoleh dari
jagung sendiri. Sistem tumpang sari juga memberikan banyak variasi, bila
tanaman yang satu kena hama penyakit petani masih mempunyai penggantinya sehingga kerugian yang
dialami tidak terlalu besar. Ada beberapa jenis tanaman yang
memberikan hasil yang lebih tinggi bila ditumpangsarikan dengan tanaman yang
cocok daripada bila ditanam secara monokultur.
VI. KESIMPULAN
- Kompetisi disebabkan karena persediaan dari salah satu faktor tidak mencukupi kebutuhan tanaman.
- Kompetisi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman meliputi panjang akar, panjang batang, berat basah dan bebrat kering.
- Individu melakukan kompetisi untuk memperoleh ruang tumbuh, cahaya matahari, nutrisi yang ada dalam tanah, dan air.
- Kompetisi antar individu bisa menyebabkan cekaman biotik bagi tanaman itu sendiri.
- Semakin banyak tanaman yang berkompetisi maka unsur yang diperoleh tanaman semakin sedikit. Tanaman kacang tanah lebih cocok ditanam dengan metode monokultur.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes.
2008. Pengaruh kompetisi dan kepadatan populasi terhadap penyerapan logam berat
cadmium oleh tumbuhan Spirodela polyrhiza
(I) scheleid dan Lenna perpusilla torr. secara terpisah
dan dalam kombinasi. Jurnal Program Studi Sarjana Niologi SITH – ITB 2 : 1-3.
Anonim.
2008. Competition (Biology). . Diakses pada tanggal 28 April 2012.
Dubs, A.L. 2007. Competition between grass and Legume sp. on dry land. Jurnal Agronomi
3:359.
Molles,
M. C. 2005. Ecology : Concepts and Applications 3rd Edition. McGraw
– Hill, New York.
Muhuria, L,. K. N. Tyas, dan N.Khumaida.
2006. Adaptasi tanaman kedelai terhadap intensitas cahaya rendah: karakter daun
untuk efisiensi penangkapan cahaya. Buletin Agronomi : 15-19.
Odum,
E. P. 1966. Ecology. Holt, Rinehart, and Winston Inc., The University of
Georgia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar