Sabtu, 18 Oktober 2014

KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK




KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK

I.       TUJUAN
1.      Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman.
2.      Mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi merupakan proses persaingan yang terjadi antara individu yang mengandalkan sumber daya yang sama, namun terbatas jumlahnya. Terjadinya kedua macam kompetisi ini berkaitan erat dengan peningkatan kepadatan populasi, baik dalam tingkat populasi, maupun dalam komunitas. Kompetisi pada dua jenis yang sama memiliki karakteristik perlakuan yang sama, sedangkan pada kompetisi pada dua jenis yang berbeda memiliki karakteristik perlakuan yang berbeda, baik secara tingkah laku ataupun hasil perlakuan (Agnes, 2008).
Kompetisi dengan dan antar spesies merupakan sesuatu yang penting dalam ekologi, terutama dalam komunitas. Kompetisi tidak selalu merupakan interaksi langsung antara yang satu dengan yang lain, tetapi dapat juga secara langsung dan tidak langsung. Karena ketersediaan bahan dari satu sumber (misalnya makanan, air, dan wilayah) digunakan untuk bersama (Anonim, 2008).

Terdapat dua kondisi ekologi pada kompetisi organisme, yaitu : intraspesifik dan interspesifik. Kompetisi intraspesifik berarti kompetisi pada anggota dari spesies itu sendiri, sedangkan kompetisi interspesifik berarti kompetisi antar individu dari dua spesies yang mengurangi kemampuan dari salah satu atau semua individu itu. Perkembangan dari berdirinya tanaman dari semaian ke tanaman atau individu dewasa memberi kesan adanya kompetisi pada sumber yang terbatas. Proses ini disebut penjarangan. Penjarangan muncul sebagai hasil dari kompetisi intraspesifik pada sumber yang terbatas. Sebagai populasi lokal dari perkembangan tumbuhan, tanaman individu menaikkan kuantitas dari nutrisi, air, dan ruang untuk individu yang sukses berkompetisi pada habitatnya (Molles, 2005).
Pada level ekologi, kompetisi menjadi hal yang sangat penting saat dua organisme berjuang untuk sesuatu yang ketersediaannya tidak memadahi untuk mereka. Jadi, tanaman berkompetisi untuk cahaya dan nutrisi dalam hutan, dan binatang berkompetisi untuk makanan dan tempat bernaung saat kompetisi memadat dan hanya terdapat satu sumber langka. Jika populasi terdiri dari hanya sejumlah kecil individu, kompetisi tidak akan menjadi faktor ekologi yang penting. Contohnya di Artik, tanaman jumlahnya sedikit karena iklim yang tidak memungkinkan untuk berkompetisi mendapatkan cahaya. Hasil dari kompetisi adalah terjadinya hambatan pada kelompok populasi. Hal ini berarti adanya mutual inhibitor yang menyebabkan satu diantara kompetitor kalah dan berkurang (Odum, 1966).
Kompetisi tumbuhan berbeda spesies dengan atau kompetisi antara tumbuhan yang memiliki spesies sama melibatkan banyak faktor. Ketiadaan keuntungan ataupun adanya keuntungan antara kedua belah pihak mengindikasikan adanya faktor yang terlibat. Kompetisi terjadi sewaktu dua atau lebih tanaman memerlukan cahaya, nutrisi, dan air dalam suplai yang terbatas. Kompetisi selanjutnya penting untuk menurunkan sejumlah faktor yang tersedia tiap individu (Dubs, 2007).
Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang memerlukan cahaya penuh, tetapi dalam praktek budidaya di Indonesia, kedelai sering ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Dalam tumpangsari dengan jagung, intensitas cahaya yang diterima kedelai berkurang sekitar 33% (Asadi et.al., 1997 cit Muhuria, 2006).


III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara III yang berjudul Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik ini dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012 di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah peralatan tanam, penggaris, timbangan analitik, dan oven. Bahan yang dibutuhkan adalah tanah, polybag, kertas label, dan tiga jenis benih tanaman yaitu kacang tunggak (Vigna unguiculata), kacang tanah (Arachis hypogaea), dan jagung (Zea mays).
Cara kerja dari praktikum ini adalah setelah polybag disiapkan kemudian diisi dengan tanah yang sudah dicampur pupuk kandang sebanyak 3 kg. kotoran, rumput, dan kerikil dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Setelah itu, biji yang akan ditanam dipilih dan ditanam  dengan perlakuan monokultur kacang tanah sejumlah 2, 4, dan 6; polikultur kacang tanah - jagung (1+1, 2+2, 3+3); polikultur kacang tanah – kacang tunggak (1+1, 2+2, 3+3); masing-masing perlakuan diberi ulangan 3 kali. Tiap polybag diberi label yang mudah dibaca sesuai perlakuan dan ulangannya agar tidak tertukar dengan perlakuan kelompok lain. Kemudian, dilakukan penyiraman setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari. Selanjutnya, dilakukan pemanenan. Setelah diamati tanaman dikering-anginkan kemudian dimasukkan ke kantong kertas dan dioven dengan suhu 80ºC selama dua hari sampai berat konstan. Pengamatan dilakukan pada tinggi tanaman setiap 2 hari sekali (cm). Bobot segar tanaman untuk tiap polybag pada akhir pengamatan (gram), bobot kering tiap polybag setelah dioven (gram).


IV.   HASIL PENGAMATAN
Tabel 13. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea),  Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays) dan Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Sampel
Tinggi Tanaman Hari Ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
Monokultur
(cm)
Kacang Tanah 2
5.21
7.41
9.15
11.41
14.30
16.83
19.61
21
Kacang Tanah 4
4.75
7.18
9.30
11.89
14.96
17.03
18.42
20.51
Kacang Tanah 6
5.17
6.79
9.27
11.70
13.99
15.63
17.85
19.46
Polikultur
(cm)
Kacang Tanah-Jagung 1+1
5.05
7.67
10.07
13.00
16.23
19.22
20.52
23.5
Kacang Tanah-Jagung 2+2
5.60
8.55
10.28
13.43
17.34
20.46
23.72
25.44
Kacang Tanah-Jagung 3+3
4.66
6.99
9.80
12.59
14.83
17.71
19.34
21.63
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 1+1
5.38
7.50
9.90
12.62
15.60
18.12
20.43
22.57
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 2+2
3.78
5.63
9.38
12.74
15.49
17.01
19.88
20.93
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 3+3
4.32
6.56
9.05
10.92
12.69
13.74
15.05
15.75


Tabel 14. Pertumbuhan Jumlah Daun Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea),  Polikultur Kacang Tanah - Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays) dan Polikultur Kacang Tanah- Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Sampel
Jumlah Daun Hari Ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
Monokultur
(cm)
Kacang Tanah 2
3.13
4.16
5.36
7.19
8.08
9.92
11.83
12.86
Kacang Tanah 4
3.07
3.69
4.92
6.06
7.05
8.01
9.49
10.11
Kacang Tanah 6
2.34
4.11
5.22
6.48
7.27
8.07
8.97
9.56
Polikultur
(cm)
Kacang Tanah-Jagung 1+1
3.17
4.89
6.72
8.72
10.00
11.17
12.83
13.67
Kacang Tanag-Jagung 2+2
2.92
3.75
5.33
7.25
8.06
8.56
9.58
10.17
Kacang Tanah-Jagung 3+3
2.94
4.53
5.43
6.97
7.52
8.90
9.46
10.37
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 1+1
3.33
4.33
5.83
7.83
9.17
9.83
11.00
12.50
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 2+2
2.38
3.33
4.67
5.28
5.92
7.42
8.42
9.25
Kacang Tanah-Kacang Tunggak 3+3
2.38
3.37
4.43
5.63
6.47
7.91
8.19
8.60






Tabel 15. Bobot Segar dan Bobot Kering Monokultur  Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
monokultur
Bobot Segar (g)
Bobot Kering (g)
2
6.75
0.83
4
5.27
0.78
6
5.12
0.67

Tabel 16. Panjang Akar Monokultur  Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
monokultur
Panjang akar
2
22.28
4
23.32
6
20.17






Tabel 17. Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur Kacang Tanah-Jagung  (Arachis hypogaea-Zea mays)
Polikultur
Bobot Segar (g)
Berat Kering (g)
1+1
6.98
0.95
2+2
6.97
0.77
3+3
5.71
0.58

Tabel 18. Panjang Akar Polikultur  Kacang Tanah - Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Polikultur
Panjang Akar
1+1
22.52
2+2
19.98
3+3
21.39





Tabel 19. Tabel Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur  Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
polikultur
Bobot Segar (g)
Bobot Kering (g)
1+1
7.42
0.90
2+2
4.97
0.68
3+3
4.28
0.66

Tabel 20. Panjang Akar Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
polikultur
panjang akar (cm)
1+1
20.17
2+2
18.54
3+3
15.45



V. PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan 2 ini yaitu untuk mengetahui pengaruh faktor biotik (kehadiran tanaman sejenis atau berbeda jenis) pada tanaman yang dibudidayakan serta bagaimana pengaruh tekanan kompetisi pada pertumbuhan dan hasil tanaman. Salah satu cara mengetahui dan mempelajari kompetisi yaitu dengan percobaan kepadatan tanaman. Perubahan pertumbuhan dan hasil tanaman akibat persaingan di antara individu tanaman yang sama. Pada dasarnya tanggapan tanaman terhadap kompetisi dengan tanaman lain relatif sama namun yang membedakan hanyalah hasil maksimum dan kepadatan optimum tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tekanan kompetisi pada jarak tertentu relatif konstan, karena tanaman dapat mempunyai sifat penyesuaian. Tanaman akan besar pada jarak tanam lebar dan kecil pada jarak tanam sempit, sehingga tekanan kompetisi akan relatif konstan.
Tinggi tanaman merupakan indikator tingkat kesuburan suatu tanaman. Faktor yang menentukan tingkat kesuburan tanaman antara lain jumlah kompetitor. Gambar berikut ini adalah grafik tinggi tanaman kacang tanah yang ditanam secara monokultur dan polikutur dengan jagung dan kacang tunggak.

1. Tinggi Tanaman Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Gambar 13. Grafik Tinggi Tanaman Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa kacang tanah yang ditanam dengan sistem monokultur dengan jumlah tanam dua memiliki tinggi tanaman yang paling tinggi di akhir pengamatan jika dibandingkan dengan monokultur dengan jumlah empat dan enam. Grafik ini menunjukkan bahwa tingkat kompetisi yang rendah akan menyebabkan tanaman hidup lebih subur. Persaingan tanaman dalam memperebutkan unsur hara rendah sehingga kebutuhan akan zat hara tercukupi. Pada tingkat persaingan tanaman sejenis dengan jumlah empat dan enam terdapat persaingan yang ketat dalam memperebutkan unsur hara yang terkandung dalam tanah. Seiring bertambahnya jumlah pesaing maka jumlah zat hara yang didapatkan akan semakin menurun. Hal ini dibuktikan dengan garis biru yang menunjuk angka paling besar dalam grafik di atas.
2. Tinggi Tanaman Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Gambar 14. Grafik Tinggi Tanaman Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
              Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa kacang tanah yang mengalami pertumbuhan paling tinggi yaitu tanaman polikultur kacang tanah-jagung 1+1, sedangkan pertumbuhan paling pendek terdapat pada polikultur kacang tanah-jagung 3+3. Ini disebabkan karena 2 tanaman polikultur berkompetisi secara seimbang dan mendapatkan unsur hara dan mineral yang seimbang. Tetapi pada polikutur kacang tanah-jagung 3+3 pada satu tempat terdapat 6 tanaman jadi unsur hara dan mineral yang diperoleh tiap tanaman tidak sebanyak yang diperoleh oleh tanaman kacang tanah monokultur 2. Kompetisi pada jumlah yang banyak menghasilkan pembagian unsur-unsur hara yang relatif rata sehingga pertumbuhan seiring berjalannya waktu pengamatan linier dan tidak mengalami kematian.

3. Tinggi Tanaman Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Gambar 15. Grafik Tinggi Tanaman Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Grafik di atas menggambarkan polikultur kacang tanah-kacang tunggak yang berarti bahwa polikultur kacang tanah-kacang tunggak 1+1  tinggi tanamannya paling tinggi jika dibandingkan dengan polikultur 2+2 dan 3+3. Tingkat persaingan yang rendah pada polikultur 1+1 menyebabkan pertumbuhan tanaman baik dan dapat tumbuh tinggi. Pada polikultur 1+1 dan 2+2 tinggi tanaman hampir sama. Polikultur kacang tanah-kacang tunggak 1+1, 2+2, dan 3+3 atau  dapat tumbuh dengan baik akan tetapi tanaman yang didapat dengan jumlah pesaing paling sedikit yang dapat tumbuh dengan lebih baik. Jadi, berdasarkan grafik tinggi tanaman, kacang tanah akan tumbuh dengan baik jika ditanam polikultur dengan kacang tunggak dengan jumlah 1+1.


4. Jumlah Daun Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Gambar 16.  Grafik Jumlah Daun Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Dari grafik jumlah daun tanaman  kacang tanah monokultur di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun kacang tanah yang ditanam dengan sistem monokultur  berjumlah dua ternyata paling banyak jika dibandingkan dengan jumlah daun yang dimiliki oleh kacang tanah dengan sistem pertanaman monokultur empat dan enam. Hal ini disebabkan karena jumlah zat hara yang didapatkan oleh tanaman monokultur dengan jumlah yang sedikit lebih banyak. Oleh karena itu, berpengaruh pada jumlah daun sebagai indikator tingkat kesuburan. Monokultur empat dan enam hampir memiliki jumlah daun yang sama meskipun seharusnya jumlah daun monokultur enam memiliki jumlah daun yang lebih sedikit daripada monokultur empat karena tingkat persaingan lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi karena jumlah zat hara yang ada dalam tanah media tanam monokultur enam jauh lebih banyak daripada pada media monokultur empat sehingga monokultur enam dapat menyamai tingkat pertumbuhan monokultur empat.

5. Jumlah Daun Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Gambar 17.  Grafik Jumlah Daun Polikutur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Pada grafik dapat diketahui  bahwa jumlah daun yang paling optimal dan banyak adalah pada perlakuan 1+1. Hal ini terjadi karena jagung dengan kacang tanah merupakan spesies berbeda, sehingga nutrisi yang diserap untuk pertumbuhan dan produktivitas tanaman juga berbeda. Maka, pada perlakuan 1+1, kacang tanah mencapai jumlah daun yang optimal. Jumlah daun yang paling sedikit adalah pada perlakuan 3+3 pada hari ke-1 hingga hari ke-3, lalu selepas hari ke-3, perlakuan 3+3 memiliki jumlah daun terbanyak setelah perlakuan 1+1, meskipun jumlahnya tidak jauh beda dengan perlakuan 2+2. 
Tingkat produktivitas tanaman sangat dipengaruhi jumlah pesaing, semakin rendah jumlah pesaing produktivitas akan semakin tinggi. Akan tetapi pada grafik polikutur 2+2 dan 3+3 terlihat hampir sama. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah unsur hara yang tersedia dalam media tanam antar polybagnya yang berbeda-beda, bisa jadi unsur hara yang terkandung dalam polybag monokultur 3+3 lebih banyak daripada media tanam polikultur 2+2 sehingga meskipun jumlah pesaing tiga lebih banyak daripada dua namun produktivitas keduanya hampir sama.

6. Jumlah Daun Tanaman Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Gambar 18. Grafik Jumlah Daun Polikutur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Dari grafik dapat diketahui bahwa jumlah daun pada perlakuan 1+1 dari hari pertama hingga hari terakhir pengamatan menunjukkan jumlah daun yang terbanyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Ini berarti, kacang tanah merupakan kompetitor yang dapat bertahan pada kompetisi intraspesifik. Pertumbuhannya pada perlakuan 1+1 merajai perlakuan yang lain, karena saat perlakuan 3+3, tanaman kacang tanah mendapat unsur hara yang berlebih sehingga perkembangan dan produktivitasnya cenderung melambat. Hal sebaliknya terjadi pada perlakuan 1+1, dimana jumlah daun mencapai angka tinggi, karena unsur hara yang diserap sama rata sehingga dapat digunakan secara optimal. Semakin sedikit jumlah kompetitor maka tanaman akan tumbuh semakin subur karena jumlah unsur hara digunakan dibagi untuk jumlah tanaman yang sedikit. Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesuburan tanaman adalah dari banyaknya jumlah daun, semakin banyak jumlah daunnya maka akan semakin subur.



7. Pengamatan Gabungan Tinggi Tanaman Pada Hari Terakhir
Gambar 19.  Histogram Gabungan Tinggi Tanaman Pada Hari Terakhir
          Dari grafik ini dapat dilihat keseluruhan perlakuan bahwa tinggi tanaman paling tinggi adalah pada perlakuan polikultur kacang tanah-jagung 4, hal ini disebabkan karena pada tanaman kacang tanah pertumbuhannya  lebih cepat sehingga tidak mengakibatkan kompetisi yang keras akan unsur hara dan air. Penyerapan unsur hara juga tidak terlalu banyak sehingga unsur hara yang diserap dan digunakan optimal. Tanaman kacang tanah juga dapat dipanen lebih cepat. Pada polikultur kacang tanah-jagung 4 juga terjadi persebaran nitrogen yang merata, sehingga penyerapan pada setiap tanaman seimbang. Dengan demikian laju pertumbuhan tanaman akan meningkat dan tingginya akan menjadi yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.

8. Pengamatan Gabungan Jumlah Daun Pada Hari Terakhir
Gambar 20. Histogram Gabungan Jumlah Daun Pada Hari Terakhir
Dari grafik jumlah daun di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun paling banyak ada pada kacang tanah yang ditanam dengan sistem polikultur kacang tanah-jagung 2+2. Hal ini terjadi karena tingkat kompetisi yang sedikit meskipun dalam satu spesies yang berbeda. Dalam satu spesies yang sama biasanya kebutuhan dan kecepatan menyerap zat haranya juga hampir sama sehingga unsur hara tidak terbagi secara rata karena saling berkompetisi. Jumlah daun paling sedikit terjadi pada polikultur kacang tanah-kacang tunggak. Hal ini terjadi karena tingkat kompetisi yang tinggi antara keduanya. Jadi,  dapat disimpulkan bahwa kacang tanah akan tumbuh subur saat ditanam polikultur dengan jumlah pesaing yang sedikit yaitu dua.

9. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Gambar 21. Histogram  Bobot Segar dan Bobot Kering Monokultur Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Pada histogram bobot segar paling tinggi terdapat pada perlakuan 2. Pada perlakuan 2 panjang tanaman kacang lebih panjang dibanding dengan perlakuan 4 dan 6 sehingga bobot segarnya lebih besar. Ini disebabkan karena jumlah tanaman yang ada pada satu tempat jumlahnya lebih sedikit dibanding perlakuan 4 dan 6 sehingga setiap individu harus berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur-unsur lain dari lingkungan, seperti udara sinar matahari. Hal ini tentu sesuai dengan teori yang kompetisinya sedikit mempunyai bobot kering dan bobot segar tinggi sehingga tanaman pada perlakuan 2 ini dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Begitu juga dengan berat keringnya perlakuan 2 paling tinggi.

10. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Gambar 22. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
               Pada histogram di atas dapat kita lihat bahwa bobot segar kacang tanah- jagung yang paling besar terdapat pada perlakuan (1+1). Ini disebabkan karena jumlah tanaman kacang tanah-jagung yang ada pada satu tempat jumlahnya lebih sedikit dibanding perlakuan (2+2) dan lebih sedikit dibanding (3+3) sehingga setiap individu harus sedikit berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur-unsur lain dari lingkungan, seperti udara sinar matahari.. Bobot kering paling besar terdapat pada tanaman kacang tanah- jagung dengan perlakuan (1+1). Alasannya karena bobot kering sebanding dengan bobot segar. Jika bobot segarnya tinggi maka bobot keringnya tinggi pula.
               Seperti pada histogram sebelumnya, polikultur kacang tanah-jagung dengan variasi 1+1 dan 2+2 memiliki BS dan BK lebih tinggi daripada variasi polikultur 3+3. Menurut teori semakin sedikit jumlah kompetitor maka tanaman akan semakin subur.

11. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Gambar 23. Histogram Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
              Sama seperti pada bobot segar dan kering kacang tanah monokultur, pada histogram bobot segar paling tinggi terdapat pada perlakuan (1+1). Pada perlakuan (1+1) panjang tanaman kacang tunggak lebih panjang dibanding dengan perlakuan (2+2) dan (3+3) sehingga bobot segarnya lebih besar. Ini disebabkan karena jumlah tanaman yang ada pada satu tempat jumlahnya lebih sedikit dibanding perlakuan (2+2) dan (3+3) sehingga setiap individu sedikit berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur-unsur lain dari lingkungan, seperti udara sinar matahari.

12. Histogram Panjang Akar  Monokultur  Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Gambar 24. Histogram Panjang Akar  Monokultur  Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Pada histogram panjang akar monokultur kacang tanah paling tinggi terdapat pada perlakuan 4. Pada perlakuan 4 panjang tanaman kacang lebih panjang dibanding dengan perlakuan 2 dan 6 sehingga panjang akarnya lebih tinggi. Ini disebabkan karena jumlah tanaman yang ada pada satu tempat jumlahnya agak banyak dibanding perlakuan 2 dan 6 sehingga setiap individu harus berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur-unsur lain dari lingkungan, seperti udara sinar matahari. Sebenarnya, hal ini tidak sesuai dengan teori yang kompetisinya sedikit mempunyai panjang akar yang tinggi. Tetapi tanaman pada perlakuan 4 ini dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

13. Histogram Panjang Akar Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
Gambar 25. Histogram Panjang Akar Polikultur Kacang Tanah-Jagung (Arachis hypogaea-Zea mays)
              Pada histogram di atas dapat kita lihat bahwa panjang akar polikultur kacang tanah-jagung yang paling besar terdapat pada perlakuan (1+1). Ini disebabkan karena jumlah tanaman kacang tanah-jagung yang ada pada satu tempat jumlahnya lebih sedikit dibanding perlakuan (2+2) dan lebih sedikit dibanding (3+3) sehingga setiap individu harus sedikit berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur- unsur lain dari lingkungan, seperti udara sinar matahari.

14. Histogram Panjang Akar  Polikultur Kacang Tanah -Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
Gambar 23. Histogram panjang akar  Polikultur Kacang Tanah-Kacang Tunggak (Arachis hypogaea-Vigna unguiculata)
              Sama seperti pada panjang akar kacang tanah monokultur, pada histogram panjang akar paling tinggi terdapat pada perlakuan (1+1). Pada perlakuan (1+1) panjang tanaman kacang tunggak lebih panjang dibanding dengan perlakuan (2+2) dan (3+3) sehingga panjang akarnya lebih besar. Ini disebabkan karena jumlah tanaman yang ada pada satu tempat jumlahnya lebih sedikit dibanding perlakuan (2+2) dan (3+3) sehingga setiap individu sedikit berkompetisi dalam memperoleh makanan dan unsur-unsur lain dari lingkungan, seperti udara sinar matahari.
Perlakuan monokultur dan polikultur pada tanaman mempunyai keuntungan dan kerugian yang tersendiri. Pada monokultur persaingan antar tanaman cenderung besar karena tanaman yang satu spesies mempunyai kebutuhan yang sama, namun hal ini dapat diminimalisir dengan pengaturan  jarak tanam yang sesuai.
Polikultur tanaman dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bila jenis tanaman yang ditanam tidak saling merugikan atau menghambat, tetapi dapat meningkatkan salah satu atau masing-masing hasil tanaman dari tanaman yang ditumpangsarikan. Bila jenis tanaman yang ditumpangsarikan memperoleh unsur hara, air lebih rendah maka hasil yang diperoleh akan lebih besar.
Misalnya tumpang sari antara kacang tanah–jagung yang dapat saling mendukung, jagung dapat dibantu kacang tanah dalam mendapat nitrogen dari udara  yang  tidak dapat diperoleh dari jagung sendiri. Sistem tumpang sari juga memberikan banyak variasi, bila tanaman yang satu kena hama penyakit petani masih mempunyai penggantinya sehingga kerugian yang dialami  tidak terlalu  besar. Ada beberapa jenis tanaman yang memberikan hasil yang lebih tinggi bila ditumpangsarikan dengan tanaman yang cocok daripada bila ditanam secara monokultur.

VI. KESIMPULAN
  1. Kompetisi disebabkan karena persediaan dari salah satu faktor tidak mencukupi kebutuhan tanaman.
  2. Kompetisi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman meliputi panjang akar, panjang batang, berat basah dan bebrat kering.
  3. Individu melakukan kompetisi untuk memperoleh ruang tumbuh, cahaya matahari, nutrisi yang ada dalam tanah, dan air.
  4. Kompetisi antar individu bisa menyebabkan cekaman biotik bagi tanaman itu sendiri.
  5. Semakin banyak tanaman yang berkompetisi maka unsur yang diperoleh tanaman semakin sedikit. Tanaman kacang tanah lebih cocok ditanam dengan metode monokultur.

DAFTAR PUSTAKA
Agnes. 2008. Pengaruh kompetisi dan kepadatan populasi terhadap penyerapan logam berat cadmium oleh tumbuhan Spirodela polyrhiza (I) scheleid dan Lenna perpusilla torr. secara terpisah dan dalam kombinasi. Jurnal Program Studi Sarjana Niologi SITH – ITB 2 : 1-3.

Anonim. 2008. Competition (Biology). . Diakses pada tanggal 28 April 2012.

Dubs, A.L. 2007. Competition between grass and Legume sp. on dry land. Jurnal Agronomi 3:359.

Molles, M. C. 2005. Ecology : Concepts and Applications 3rd Edition. McGraw – Hill, New York.

Muhuria, L,. K. N. Tyas, dan N.Khumaida. 2006. Adaptasi tanaman kedelai terhadap intensitas cahaya rendah: karakter daun untuk efisiensi penangkapan cahaya. Buletin Agronomi : 15-19.

Odum, E. P. 1966. Ecology. Holt, Rinehart, and Winston Inc., The University of Georgia.



Tidak ada komentar: