Rabu, 15 Oktober 2014

PENGARUH CEKAMAN AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI




PENGARUH CEKAMAN AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI

I.     TUJUAN
1.      Mengetahui gaya berkecambah dan kecepatan berkecambah suatu biji.
  1. Mengetahui faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan biji.
  2. Mengetahui pengaruh cekaman air terhadap perkecambahan biji.

II.  TINJAUAN PUSTAKA
            Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah (Anonim, 2009).

            Perkecambahan adalah kejadian yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga, atau pada beberapa biji) memanjang atau muncul melewati kulit biji. Biji dapat tetap viable tapi tidak mampu berkecambah atau tumbuh karena beberapa alasan, diantaranya kondisi luar dan kondisi dalam. Banyak biji terutama biji Rosaceae tidak akan berkecambah kalau bijinya tidak terpajang pada suhu dan oksigen rendah dalam kondisi lembab berminggu-minggu (Sallisburry dan Ross, 1995).
            Perkecambahan tergantung pada viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok, dan pada beberapa tanaman, tergantung  pada pemecahan dormansi. Benih yang sedang berkecambah dan bibit muda peka pada penyakit-penyakit tertentu, dan mungkin perlu proteksi (Harjadi, 1988).
            Tanaman biasanya diperbanyak dengan benih. Perkecambahan membutuhkan waktu 2/3 minggu jika benih ditanam langsung setelah ekstraksi biji dari buahnya. Perkecambahan benih umumnya lambat dan tidak serempak. Hal ini berhubungan dengan lapisan kulit biji dan lendir disekeliling biji yang menghambat perkecambahannya. Biji tersebut membutuhkan suatu perlakuan untuk membantu perkecambahannya. Penggunaan hormon pengatur tumbuh di beberapa jenis bahan kimia dapat meningkatkan perkecambahan dan vigoritas tanaman pada kondisi lingkungan tertentu, diantaranya Giberelin (GA3) yang banyak untuk pemecah dormansi pada beberapa macam benih ( Anton dan Siregar, 2000 ).
            Air meresap ke dalam kulit biji melalui hilum. Akan tetapi kulit biji beberapa tumbuhan tidak tembus air dan oksigen. Struktur sklerenkim dan komposisi dinding selnya merupakan penghalang bagi perembasan air. Adanya substansi seperti fenon dan kinon dalam sel dapat juga berperan dalam penghalangan air (Fahn, 1982).
            Pada biji yang kering mempunyai daya serap air yang besar, baik dalam penyimpanan dan dalam media perkecambahan, yang tergantung pada kondisi alami biji, permeabilitas pembungkus biji, ketersediaan air dalam media, dan temperatur. Temperatur yang tinggi meningkatkan penyerapan air (Hartmann et al., 2001).
    Pertumbuhan lembaga tergantung kepada suhu, tersedianya air dan udara, kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah benih yaitu air ( Vergara, 1990 ) :
1.      Pengambilan air merupakan kebutuhan pertama dari benih yang 
berkecambah.
2.      Selanjutnya banyak aktivitas yang terjadi didalam benih yang sedang berkecambah pati, protein dan lemak diubah menjadi bentuk sederhana untuk lembaga.
3.      Merendam benih paling sedikit 24 jam agar air masuk ke dalam benih dengan mudah dan merata.
            Persentase kecambah normal berdasarkan uji pengusangan dipercepat tidak berbeda nyata. Ini berarti benih mampu untuk berkecambah dan mempunyai nilai persentase berkecambah yang tinggi (90-95%) setelah penderaan, sedangkan benih yang bervigor rendah tidak akan berkecambah dengan baik dan nilai persentase berkecambah rendah. Tingkat kecambah normal pada uji ini masih tinggi, berarti bahwa vigor benih sebelum uji ini masih dalam keadaan baik sehingga setelah dilakukan penderaan dengan suhu yang tinggi (Budihardjo, 2002).

III.         METODOLOGI
   Praktikum Dasar-dasar Agronomi Acara IV dengan judul Pengaruh Cekaman Air Terhadap Perkecambahan Biji dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2010 di Laboratorium Manajemen dan Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan - bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih padi (Oryza sativa L.), kertas filter, dan larutan polyethylene glycol (PEG) setara dengan potensial air 0; -0,6; -1,2 ; dan -1,8 MPa. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu petridish, pipet, penggaris, pinset, beaker glass, dan kaca penutup.
Cara kerja dalam praktikum ini yaitu benih padi direndam dalam air selama semalam (12 jam). Kemudian, petridish disiapkan dan dilapisi dengan kertas filter. Lalu benih padi direndam ke dalam larutan PEG sesuai dengan perlakuan. Sebanyak 25 biji diletakkan ke dalam setiap petridish. Setelah selesai, petridish ditutup dengan penutupnya. Jumlah biji yang berkecambah (plumula dan radicula sudah mencapai panjang ± 2 mm untuk padi) diamati dan dihitung setiap hari selama seminggu, dimulai sehari setelah percobaan. Biji yang telah berkecambah dan berjamur dibuang untuk mempermudah pengamatan. Kemudian dihitung nilai gaya berkecambah dan indeks vigor dari masing-masing perlakuan PEG dengan rumus:
Gaya Berkecambah =
Indeks Vigor (IV) =
Setelah selesai dihitung, kemudian dibuat grafik gaya berkecambah dan indeks vigor pada berbagai hari pengamatan untuk semua konsentrasi dalam masing-masing alokasi waktu perendaman.
 

Tidak ada komentar: