I.
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Hama
tumbuhan atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hewan yang mengganggu
atau merusak tumbuhan atau hasil tumbuhan yang kita usahakan sehingga
menimbulkan kerugian ekonomis yang berarti. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan
akibat serangan hama ditentukan oleh intensitas serangan atau seberapa besar
tingkat kerusakan yang terjadi pada tanaman yang diusahakan.
Penentuan
tindakan pengendalian terhadap hama didasarkan pada Ambang ekonomi (AE). Ambang
Ekonomi adalah nilai yang digunakan untuk menentukan apakah suatu populasi hama
masih dalam tahap wajar sehingga belum perlu pengendalian, atau sudah harus
dikendalikan karena secara ekonomi telah merugikan. Nilai Ambang Ekonomi
diperoleh dari data tentang populasi hama dan intensitas kerusakan yang
diperoleh dari hasil pengamatan lapangan. Data populasi hama dinyatakan dalam
bentuk jumlah individu hama per satuan atau unit sampel, sedangkan data
kerusakan dinyatakan dalam persentase serangan (intensitas serangan).
b.
Tujuan
1.
Mengetahui teknik pengamatan populasi hama dan kerusakannya.
2.
Mengetahui metode pelaporan hama dan pengambilan keputusan
tindakan pengendalian hama.
II.
METODOLOGI
Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman Acara V yang berjudul Teknik Pengamatan Populasi Organisme Pengganggu dan Musuh Alami, dan
Analisis Kerusakan, dilaksanakan pada tanggal 19 April 2013 di Kebun Pendidikan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kalitirto, Berbah, Sleman Yogyakarta. Bahan
yang digunakan meliputi lahan sawah dengan komoditas tanaman pangan (padi) dan
beberapa organisme yang terdapat di sawah baik musuh alami maupun hamanya. Alat
yang digunakan adalah alat tulis, jaring serangga, dan kantong plastik.
Lahan dipilih yang akan diamati dan diambil 20 sampel tanaman
secara acak dengan mengikuti garis diagonal lahan. Pengamatan hama yang
dilakukan yakni pengamatan secara mutlak
dan relatif. Pengamatan jenis hama secara mutlak, yaitu pengamatan
langsung pada individu-individu yang ditemukan pada setiap unit sampel
(tanaman) pada saat itu juga, dan hitung jumlahnya. Pengamatan secara relatif,
yaitu dengan menggunakan alat pengumpul sampel, misalnya jaring serangga.
Jaring diayunkan di bagian pucuk tanaman sebanyak 10 kali (lima kali ke kiri
dan lima kali ke kanan), organisme yang tertangkap dikumpulkan dan dipindahkan
ke dalam kantong plastik untuk pengamatan selanjutnya. Dari masing-masing
sampel yang dikumpulkan, dipisahkan organisme yang berstatus pengganggu (hama),
bukan-pengganggu (musuh alami), dan organisme lain. Persentase masing-masing
dicatat dalam lembar pengamatan. Pengamatan intensitas serangan akibat
organisme pengganggu secara mutlak
(misalnya serangan penggerek batang), yaitu tanaman yang terserang penggerek
batang diamati sebanyak 20 rumpun (N=20), kemudian dilakukan perhitungan
intensitas serangan dengan rumus sebagai berikut:
20 ai
∑ ------------------
i=20 ai + bi
IS =
----------------------------------
N
Keterangan :
IS :
intensitas kerusakan (%)
ai : jumlah batang terserang pada rumpun ke i
bi : jumlah batang tidak terserang pada rumpun ke i
N :
jumlah rumpun/unit sampel (20)
Pengamatan dilakukan pula pada tingkat serangan relatif
akibat organisme pengganggu yang makan pada daun, misalnya belalang hijau (Oxya sp.) pada 20 rumpun tanaman sampel
(N=20), kemudian lakukan perhitungan tingkat serangan dengan rumus sebagai
berikut:
Z
∑ (ni – vi)
i=20
IS
= ---------------------------------
Z x N
Keterangan
:
IS : intensitas kerusakan (%)
vi : skor kerusakan (0, 1, 2, 3, dan 4), dengan ketentuan sebagai berikut : (0) tanpa kerusakan; (1) kerusakan >0 dan <25 kerusakan="">25% dan
<50 kerusakan="" nbsp="">50% dan
<75 kerusakan="">75%. 75>50>25>
ni : jumlah unit sampel bergejala serangan
dalam skor v
N : jumlah unit sampel (20)
Z : skor tertinggi (4)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan
Tingkat Serangan Relatif Akibat Serangan Hama pengganggu
No.Rumpun
|
Jumlah Batang
|
Jumlah Batang yang Sakit
|
Skor
|
1
|
10
|
0
|
0
|
2
|
10
|
0
|
0
|
3
|
15
|
0
|
0
|
4
|
11
|
1
|
1
|
5
|
11
|
0
|
0
|
6
|
10
|
0
|
0
|
7
|
13
|
0
|
0
|
8
|
15
|
0
|
0
|
9
|
10
|
0
|
0
|
10
|
15
|
1
|
1
|
11
|
42
|
0
|
0
|
12
|
18
|
0
|
0
|
13
|
15
|
0
|
0
|
14
|
9
|
0
|
0
|
15
|
11
|
0
|
0
|
16
|
18
|
0
|
0
|
17
|
14
|
1
|
1
|
18
|
11
|
2
|
1
|
19
|
15
|
2
|
1
|
20
|
17
|
1
|
1
|
Untuk intensitas serangannya sebagai berikut
Z
∑ (ni – vi)
i=20
IS = ---------------------------------
Z x N
= (6- 1) + (14-0) = 23,75%
4 x 20
Tabel 2. Pengamatan
populasi Relatif ayunan jaring Akibat Serangan Hama pengganggu
No. Ayunan
|
Jumlah Kupu /Ngengat
|
Jumlah Ulat
|
Jumlah Kepik Padi
|
Jumlah Wereng
Batang
|
Jumlah Wereng Daun
|
Jumlah Belalang
|
Jumlah Hama Lain
|
Keterangan Lain
|
|
1
|
1
|
4
|
-
|
-
|
-
|
2
|
4
|
walang sangit
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
1
|
6
|
walang sangit
|
|
3
|
-
|
1
|
2
|
-
|
-
|
1
|
1
|
walang sangit
|
|
4
|
-
|
1
|
1
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
|
5
|
1
|
-
|
-
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 3. Pengamatan
Mutlak Intensitas Serangan Akibat Hama pengganggu
No.Rumpun
|
Jumlah Batang
|
Batang yang sakit
|
IS
|
1
|
10
|
0
|
0
|
2
|
10
|
0
|
0
|
3
|
15
|
0
|
0
|
4
|
11
|
0
|
0
|
5
|
11
|
0
|
0
|
6
|
10
|
0
|
0
|
7
|
13
|
0
|
0
|
8
|
15
|
0
|
0
|
9
|
10
|
0
|
0
|
10
|
15
|
0
|
0
|
11
|
42
|
0
|
0
|
12
|
18
|
0
|
0
|
13
|
15
|
0
|
0
|
14
|
9
|
0
|
0
|
15
|
11
|
0
|
0
|
16
|
18
|
0
|
0
|
17
|
14
|
0
|
0
|
18
|
11
|
0
|
0
|
19
|
15
|
0
|
0
|
20
|
17
|
0
|
0
|
Perhitungan
intensitas serangan;
20 ai
∑ ------------------
i=20 ai + bi
IS =
----------------------------------
N
= (0/10)+(0/10)+(0/15)+…………+(0/17) = 0
20
b.
Pembahasan
Dunia pertanian dan budidaya tanaman baik saat tanaman mulai
ditanam, tumbuh, bahkan saat sudah dipanen adalah terjadinya masalah serangan
oleh hama. Hal ini tentu memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk
usaha pengendalian hama tersebut. Tidak jarang masalah ini menimbulkan kerugian
dalam usaha pertanian dan budidaya tanaman. Untuk memahami tingkat kerusakan
tanaman akibat hama dan fase serangan hama, perlu dilakukan pengamatan mengenai
populasi hama dan kerusakan tanaman dilapangan.
Pengamatan
populasi hama secara garis besar dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu (1)
Pengamatan populasi mutlak, yaitu apabila jumlah populasi hama hasil pengamatan
dinyatakan dalam unit satuan luas, unit habitat yang berupa tanaman, kelompok
tanaman ataupun bagian tanaman, (2) Pengamatan populasi relatif, yaitu apabila
hasil pengamatan dinyatakan dalam unit satuan usaha, misalnya oleh penggunaan
jaring serangga, (3) Pengamatan indeks populasi, yaitu apabila pengamatan
dilakukan tidak langsung kepada individu hamanya, tetapi kepada hasil kegiatan
yang dilakukan oleh hama tersebut, misalnya gejala kerusakan dan sarang yang
dibuat oleh hama. Dalam praktikum ini, dipraktikkan ketiga teknik pengamatan
populasi hama yang telah dipaparkan di atas. Pada pengamatan hama tanaman
pangan digunakan teknik pengamatan populasi mutlak dan relatif, sedangkan pada
pengamatan hama tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan pasca panen
digunakan teknik pengamatan indeks populasi.
Data
mengenai populasi hama dan intensitas kerusakan yang diperoleh dari hasil
pengamatan lapangan secara langsung sangat penting sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan tindakan pengendalian. Data populasi hama
dinyatakan dalam bentuk jumlah individu hama per satuan atau unit sampel,
sedangkan data kerusakan dinyatakan dalam bentuk jumlah individu hama per
satuan atau unit sampel. Hasil
pengamatan tersebut dibandingkan dengan nilai Ambang Ekonomi (AE) yang
merupakan batas apakah suatu populasi hama masih dalam jumlah yang wajar atau
telah merugikan. Tindakan pengendalian terhadap populasi hama dilakukan apabila
populasi hama telah mencapai AE, dengan teknik pengendalian yang paling efektif
dan efisien. Tindakan pengendalian dapat dengan cara kimiawi menggunakan
pestisida, secara hayati dengan musuh alami, atau dengan varietas tahan hama.
1.
Komoditas Tanaman Pangan
(padi)
a.
Pengamatan populasi mutlak
Hama yang ditemukan dalam pengamatan populasi mutlak pada
komoditas tanaman padi adalah hama sundep/beluk, kepik padi, wereng batang, wereng daun, belalang, dan walang
sangit,.
·
Hama sundep/beluk
Penggerek
batang padi menyerang tanaman dan menyebabkan kerusakan yang sundep (vegetatif)
atau beluk (generatif). Kedua macam kerusakan
tersebut disebabkan oleh larva penggerek yang memakan batang bagian
dalam. Larva tersebut memotong-motong jaringan pembuluh batang. Sundep adalah
kerusakan yang terjadi pada tanaman sebelum berbunga, kerusakan tanaman terjadi
ketika tanaman masih muda, dengam tanda-tanda seperti daun menguning. Beluk
kerusakan tanaman yang terjadi pada masa
berbunga yang mengakibatkan seluruh malai menjadi kosong (Putra, 1994).
Sundep
/ beluk merupakan kerusakan yang disebabkan oleh penggerek batang padi kuning
(PBPK) atau Scirpophaga incertulas. Fase menyerang saat larva. Stadia
tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek adalah dari pembibitan sampai
terbantuknya malai.
Gejala tanaman yang terserang
sundep antara lain (Wagiman, 2003):
1.
Pucuk tanaman tampak menguning, layu, dan akhirnya mengering.
2.
Ulat penggerak merusak bagian pangkal titik tumbuh.
3.
Gejala beluk menunjukkan malai padi yang tegak, berwarna
putih,dan hampa.
4.
Gejala kerusakan yang ditimbulkan mengakibatkan anakan kerdil
atau mati yang disebut sundep dan malai hampa (beluk).
Pengelolaan
hama ini dengan :
a.
Melakukan tanam serempak
b.
Mengumpulkan telur sejak di persemaian kemudian dibunuh
c.
Pembabatan dan pengumpulan jerami
d.
Memanfaatkan musuh alami baik predator maupun parasitoid
seperti Conocephalus longipennis, Anaxipha sp, Metioche sp, Trichogramma sp (menyerang telur), Telenomus sp,
Xanthopimpis sp, parasit jenis Platytelenomus,
Braconiol (menyerang ulat), Tetrastichus israeli (menyerang pupa),
dan jenis nematoda Meoaplectana
carpocapsae.
e.
Pengendalian kimiawi dengan insektisida yang berbahan aktif:
karbofuran, bensultap, bisultap, karbosulfan, dan fipronil (Heagle, et al., 2002).
Dari hasil pengamatan di lapangan, diperoleh hasil bahwa
hama sundep tidak ditemukan. Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan
mengumpulkan telur secara manual kemudian dibunuh, atau menggunakan musuh alami
terutama Trichogramma sp sehingga
perkembangan telur dapat terhambat dan dapat menekan populasi hama penggerek.
·
Hama wereng daun (wereng coklat)
Contoh wereng yang menyerang daun tanaman padi adalah
wereng padi hijau (Nephotettix apicalis
dan N. Impicticep) merusak dengan
cara menghisap cairan daun. Gejala yang tampak adalah ditempat bekas hisapan
akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada yang
menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Malai
yang dihasilkan kecil. Hama ini menyerang pada fase tanaman dewasa.
Pada
umumnya daur wereng ini sama seperti pada wereng lain, meletakkan telurnya pada
tulang pusat daun atau pada seludang. Hama ini juga sebagai vektor virus kerdil
kuning dan penyakit rumput kerdil, yang menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil
dan mempunyai anakan yang berlebih. Serangga ini tidak akan menularkan penyakit
sampai 3 atau 5 minggu setelah makan tanaman yang berpenyakit. Serangga ini
juga dapat merusak tanaman dengan jalan menghisap cairan tanaman.
Pengelolaan terhadap hama wereng daun yang dapat dilakukan
antara lain: sistem tanam serempak; Penanaman varietas unggul tahan wereng;
Menghindari pemupukan N secara berlebih; Eradikasi dan sanitasi tanaman;
Memanfaatkan musuh alami seperti Anagrus sp, Trtrastichus sp, Microvelia sp,
Ophiones sp, Paederus sp; Penggunaan insektisida dilakukan pada saat
populasi dominan nimfa, insektisida kimia berbahan aktif antara lain: amitraz,
MIPC, karbofuran, karbosulfan, fipronil (Istianto, 2008).
Dari hasil pengamatan diperoleh intensitas wereng daun
yang sangat kecil, yaitu 3. Sehingga hama ini tidak merugikan dan tidak memberi
pengaruh yang nyata pada hasil. Namun, tindakan pencegahan letusan populasi
dapat dilakukan sedini mungkin, biasaanya dengan memanfaatkan musuh alami
seperti predator Ophiones sp yang
menyerang telur.
·
Hama belalang
Hewan ini memiliki ciri-ciri: antena pendek, pronotum
tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas 3 buah, femur kaki belakang membesar,
ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih besar bila dibandingkan dengan
yang jantan. Induk meletakkan telur-telurnya di tanah dalam suatu kantung
dengan lapisan yang cukup kuat. Setelah cukup kuat, nimfa naik dan mulai
merusak tanaman. Hama ini mempunyai tipe mulut penggigit-pengunyah, biasanya
menggigit daun mulai dari bagian tepi atau bagian tengah sehingga mengganggu
proses fotosintesis tanaman. Aktif pada siang hari dan mampu bermigrasi ke
tempat yang jauh (Kartasapoetra, 1987).
Cara-cara pengendalian belalang yang dapat
diterapkan antara lain :
a.
Kultur Teknis: Dengan mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang
tidak disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu,
melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun
dan yang terlihat diambil.
b. Cara
Gropyokan/Mekanik/Fisik: Kelompok tani secara aktif mencari kelompok
belalang di lapangan, dengan menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring
perangkap.
c. Kimiawi : Pengendalian yang dapat
dilakukan pada Stadium Nimfa kecil karena belum merusak. Pengendalain terhadap
imago dilaksanakan pada malam hari, mulai dari belalang hinggap senja hari
sampai sebelum terbang waktu pagi hari. Pengendalian sebaiknya secara langsung
terhadap individu/kelompok yang ditemui di lahan.
d. Biologis
: menggunakan cendawan, dengan cara
penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang kembara atau dengan
penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan).
e. Pengendalian dengan Ekstrak Tuba (Deris.
Sp): Ekstrak Nimba (Azadiracht indica) dilakukan penyemproptan pada
tanaman untuk meninggalkan “Efek Residu” pestisida pada Tanaman.
b.
Pengamatan
populasi relatif
Dari hasil ayunan jaring serangga yang
dilakukan untuk mendapatkan populasi relatif hama, diperoleh hama yang banyak
terdapat pada jaring, yaitu wereng batang, walang sangit, ulat dan belalang. Hama
lain seperti kupu/ngengat, wereng daun, dan kepik padi hanya sedikit datanya, bahkan
banyak serangga bukan hama yang ikut terjaring, seperti laba-laba, cicindelide, dan lainnya.
·
Wereng coklat
Wereng adalah anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan
ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada
morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo
Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua,
sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk
pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan
baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.
Perkembangannya melalui stadia : telur à nimfa à dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat
bertindak sebagai hama tanaman.
Hama
wereng batang merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama
wereng paling dirakuti oleh petani Indonesia. Wereng ini dapat menularkan
virus, gejalanya berupa tanaman padi menjadi kuning dan mongering, sekolmpok
tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mongering menjadi kerdil. Contoh
wereng batang yang menyerang tanaman padi adalah wereng padi coklat (Nilaparvata
lugens). Cara pengendalian terhadap hama ini sama dengan pengendalian yang
dilakukan terhadap hama wereng daun.
·
Kepik
Kepik hijau termasuk dalam ordo hemiptera dan famili Miridae. Hama ini
bertubuh oval memanjang, ukuran sekitar 4-10 mm. Antena dan paruh 4 ruas, tidak
mempunyai ocelli. Telur bisa diletakkan atau disisipkan di jaringan tanaman
yang lunak. Telur mempunyai ciri khas yaitu ditemukannya ekor, sering di bagian
tanaman yang diletaki telur dari luar tampak adanya benang-benag halus yang
merupakan ekor dari telur yang disisipkan. Nimfa sering ditemukan dalam
kelompok. Secara umum, kepik ini dapat terbang tetapi merupakan penerbang
paling buruk dan mudah terbawa angin. Hama ini muncul pada akhir musim hujan
dan awal musim kemarau.
Tipe alat mulut pencucuk pengisap
yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan
pengisap berupa stylet. Pada ordo
Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung).
Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut
ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. Metamorfose
bertipe sederhana (paurometabola)
yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur à nimfa àdewasa.
Kepik
hijau menyerang padi pada fase dewasa. Gejala yang ditimbulkan akibat serangan
kepik adalah terdapat bekas tusukan berwarna hitam dan bulir padi hancur jika
ditekan karena kepik menghisap cairan bulir padi. Umumnya, serangan yang
ditimbulkan oleh kepik hijau tidak begitu besar sehingga penggunaan pestisida
tidak efisien. Cara yang banyak dipilih untuk mengendalikan kepik hijau adalah
dengan menjaga santitasi lahan, misalnya dari gulma yang dapat menjadi inang,
dan memasang perangkap telur.
Dalam pengamatan populasi relatif
ini juga ditemukan laba-laba. Laba-laba di sini dapat berperan sebagai predator
karena memakan serangga-serangga kecil di sekitarnya. Laba-laba dapat berpindah
dengan mudah menggunakan benang jaringnya, dan penyebarannya mudah terbantu
oleh angin.
Hama
seperti makhluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh faktor-faktor
iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara
relatif. Dan fotoperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, lama
hidup, serta kemampuam diapauses serangga. Sebagai contoh hama kutu kebul (Bemisia tabaci) mempunyai suhu optimum
32,50C untuk pertumbuhan populasinya (Bonaro et al., 2007).
IV. KESIMPULAN
1.
Pengamatan populasi
hama dapat dilakukan dengan pengamatan populasi mutlak, pengamatan populasi
relatif, dan pengamatan indeks populasi.
2.
Pengendalian hama pada suatu tanaman harus melihat
perbandingan nilai intensitas serangan dan ambang ekonominya (AE), jika IS ≤ AE
belum memerlukan pengendalian kimiawi, jika nilai IS ≥ AE diperlukan
pengendalian kimiawi.
3.
Pada pengamatan
relatif yang menggunakan scoring didapatkan
intensitas serangan yang mencapai 23,75%. Pada populasi relatif ditemukan hama
kepik daun, ulat, wereng batang, wereng daun, belalang,dan hama lain yaitu
keong mas serta terdapat beberapa predator, sedangkan intensitas serangan hama
penggerek batang padi yakni hanya 0% pada pengamatan mutlak.
DAFTAR PUSTAKA
Bonaro, O., A. Lurette, C. Vidal, and J. Fargues. 2007.
Modelling temperature-dependent bionomics of Bemiisa tabaci (Q-biotype). Physiological Entomology 32: 50 – 55.
Heagle, A.S., J. C. Burns, D.
S. Fisher, And J. E. Miller. 2002. Effects of carbon dioxide enrichment on leaf
chemistry and reproduction by twospotted spider mites (Acari: Tetranychidae) on
white clover. Environ. Entomol 31: 594-601.
Istianto, M. 2008. Pemanfaatan Minyak/Senyawa Atsiri
Dalam Pengendalian Populasi Hama Tanaman. <http://www.horti-tech.com>. Diakses pada 23 April 2013.
Kartasapoetra, A. G. 1987. Hama Tanaman Pangan dan
Perkebunan. Bumi Aksara. Jakarta.
Putra, N. S. 1994. Serangga
Disekitar Kita. Kanisius. Yogyakarta.
Wagiman, F. X. 2003. Hama Tanaman: Cemiri Morfologi,
Biologi dan Gejala Serangan. Jurusan Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
LAMPIRAN
DATA PRAKTIKUM
LAPANGAN HAMA GOLONGAN A3
A.
PENGAMATAN RELATIF
pengamatan tingkat serangan relatif akibat organisme
pengganggu yang makan pada daun, misalnya belalang hijau (Oxya sp.) pada 20 rumpun tanaman sampel (N=20), kemudian lakukan
perhitungan tingkat serangan.
No.Rumpun
|
Jumlah Batang
|
Jumlah Batang yang Sakit
|
Skor
|
1
|
10
|
0
|
0
|
2
|
10
|
0
|
0
|
3
|
15
|
0
|
0
|
4
|
11
|
1
|
1
|
5
|
11
|
0
|
0
|
6
|
10
|
0
|
0
|
7
|
13
|
0
|
0
|
8
|
15
|
0
|
0
|
9
|
10
|
0
|
0
|
10
|
15
|
1
|
1
|
11
|
42
|
0
|
0
|
12
|
18
|
0
|
0
|
13
|
15
|
0
|
0
|
14
|
9
|
0
|
0
|
15
|
11
|
0
|
0
|
16
|
18
|
0
|
0
|
17
|
14
|
1
|
1
|
18
|
11
|
2
|
1
|
19
|
15
|
2
|
1
|
20
|
17
|
1
|
1
|
Untuk intensitas serangannya sebagai berikut
Z
∑ (ni – vi)
i=20
IS = ---------------------------------
Z x N
= (6- 1) + (14-0) = 23,75%
4 x 20
B.
PENGAMATAN RELATIF
Pada pengamatan secara relatif dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul sampel,
misalnya jaring serangga. Ayunkan jaring di bagian pucuk tanaman sebanyak 10
kali (lima kali ke kiri dan lima kali ke kanan), kumpulkan organisme yang
tertangkap dan pindahkan ke dalam kantung plastik untuk pengamatan selanjutnya.
Dari masing-masing sampel yang Anda kumpulkan, pisahkan organisme yang
berstatus Pengganggu (Hama), Bukan-Pengganggu (musuh alami), dan Organisme
Lain.
No. Ayunan
|
Jumlah Kupu /Ngengat
|
Jumlah Ulat
|
Jumlah Kepik Padi
|
Jumlah Wereng
Batang
|
Jumlah Wereng Daun
|
Jumlah Belalang
|
Jumlah Hama Lain
|
Keterangan Lain
|
|
1
|
1
|
4
|
`
|
-
|
-
|
2
|
4
|
walang sangit
|
|
2
|
-
|
-
|
`
|
3
|
-
|
1
|
6
|
-
|
|
3
|
-
|
1
|
2
|
-
|
-
|
1
|
1
|
-
|
|
4
|
-
|
1
|
1
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
|
5
|
1
|
-
|
-
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
C.
PENGAMATAN MUTLAK
Pengamatan intensitas serangan akibat
organisme pengganggu secara mutlak
(misalnya serangan penggerek batang) dilakukan dengan mengamati tanaman yang terserang
penggerek batang sebanyak 20 rumpun (N=20), kemudian lakukan perhitungan
intensitas serangan.
No. Rumpun
|
Jumlah Batang
|
Sundep/ beluk
|
Kepik padi
|
Wereng batang
|
Wereng daun
|
Belalang
|
Hama lain
|
Keterangan lain
|
|
1
|
10
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
|
|
2
|
10
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
-
|
|
3
|
15
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
-
|
|
4
|
11
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
-
|
|
5
|
11
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
-
|
|
6
|
10
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
Keong mas
|
|
7
|
13
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
walang sangit
|
|
8
|
15
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
walang sangit
|
|
9
|
10
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
-
|
|
10
|
15
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
walang sangit
|
|
11
|
42
|
|
0
|
0
|
0
|
2
|
2
|
walang sangit
|
|
12
|
18
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
1
|
walang sangit
|
|
13
|
15
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
-
|
|
14
|
9
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
2
|
walang sangit
|
|
15
|
11
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
3
|
walang sangit
|
|
16
|
18
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
3
|
walangsangit, keong
mas
|
|
17
|
14
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
-
|
|
18
|
11
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
-
|
|
19
|
15
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
3
|
walang sangit
|
|
20
|
17
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
-
|
|
Total
|
290
|
0
|
4
|
4
|
3
|
6
|
18
|
|
No.Rumpun
|
Jumlah Batang
|
Jumlah Batang yang Sakit
|
Skor
|
1
|
10
|
0
|
0
|
2
|
10
|
0
|
0
|
3
|
15
|
0
|
0
|
4
|
11
|
1
|
1
|
5
|
11
|
0
|
0
|
6
|
10
|
0
|
0
|
7
|
13
|
0
|
0
|
8
|
15
|
0
|
0
|
9
|
10
|
0
|
0
|
10
|
15
|
1
|
1
|
11
|
42
|
0
|
0
|
12
|
18
|
0
|
0
|
13
|
15
|
0
|
0
|
14
|
9
|
0
|
0
|
15
|
11
|
0
|
0
|
16
|
18
|
0
|
0
|
17
|
14
|
1
|
1
|
18
|
11
|
2
|
1
|
19
|
15
|
2
|
1
|
20
|
17
|
1
|
1
|
Perhitungan
intensitas serangan;
20 ai
∑ ------------------
i=20 ai + bi
IS =
----------------------------------
N
= (0/28)+(0/25)+(0/31)+…………+(0/27) = 0
20
4. PENGAMATAN ORGANISME LAIN
(BUKAN HAMA DAN BUKAN MUSUH ALAMI)
No rumpun
|
jumlah batang
|
jenis 1
|
jenis 2
|
jenis 3
|
jenis 4
|
jenis 5
|
jenis 6
|
keterangan lain
|
semut
|
Jenis lain
|
lalat
|
kupu-kupu
|
jenis lain
|
|
|||
1
|
10
|
-
|
1
|
-
|
-
|
1
|
-c
|
|
2
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
15
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
11
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
11
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
6
|
10
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
7
|
13
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
8
|
15
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
9
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
10
|
15
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
11
|
42
|
-
|
-
|
-
|
--
|
-
|
-
|
|
12
|
18
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
|
13
|
15
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
|
14
|
9
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
15
|
11
|
-
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
|
16
|
18
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
17
|
14
|
1
|
-
|
|
1
|
-
|
-
|
|
18
|
11
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
19
|
15
|
1
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
20
|
17
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
total
|
290
|
5
|
7
|
0
|
1
|
3
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar