Sabtu, 22 November 2014

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU DAN MUSUH ALAMI, DAN ANALISIS KERUSAKAN



I.       PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Hama tumbuhan atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah hewan yang mengganggu atau merusak tumbuhan atau hasil tumbuhan yang kita usahakan sehingga menimbulkan kerugian ekonomis yang berarti. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat serangan hama ditentukan oleh intensitas serangan atau seberapa besar tingkat kerusakan yang terjadi pada tanaman yang diusahakan.

Penentuan tindakan pengendalian terhadap hama didasarkan pada Ambang ekonomi (AE). Ambang Ekonomi adalah nilai yang digunakan untuk menentukan apakah suatu populasi hama masih dalam tahap wajar sehingga belum perlu pengendalian, atau sudah harus dikendalikan karena secara ekonomi telah merugikan. Nilai Ambang Ekonomi diperoleh dari data tentang populasi hama dan intensitas kerusakan yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan. Data populasi hama dinyatakan dalam bentuk jumlah individu hama per satuan atau unit sampel, sedangkan data kerusakan dinyatakan dalam persentase serangan (intensitas serangan).
b.      Tujuan
1.      Mengetahui teknik pengamatan populasi hama dan kerusakannya.
2.      Mengetahui metode pelaporan hama dan pengambilan keputusan tindakan pengendalian hama.






II.                METODOLOGI
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman Acara V yang berjudul Teknik Pengamatan Populasi Organisme Pengganggu dan Musuh Alami, dan Analisis Kerusakan, dilaksanakan pada tanggal 19 April 2013 di Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kalitirto, Berbah, Sleman Yogyakarta. Bahan yang digunakan meliputi lahan sawah dengan komoditas tanaman pangan (padi) dan beberapa organisme yang terdapat di sawah baik musuh alami maupun hamanya. Alat yang digunakan adalah alat tulis, jaring serangga, dan kantong plastik.
Lahan dipilih yang akan diamati dan diambil 20 sampel tanaman secara acak dengan mengikuti garis diagonal lahan. Pengamatan hama yang dilakukan yakni pengamatan secara mutlak  dan relatif. Pengamatan jenis hama secara mutlak, yaitu pengamatan langsung pada individu-individu yang ditemukan pada setiap unit sampel (tanaman) pada saat itu juga, dan hitung jumlahnya. Pengamatan secara relatif, yaitu dengan menggunakan alat pengumpul sampel, misalnya jaring serangga. Jaring diayunkan di bagian pucuk tanaman sebanyak 10 kali (lima kali ke kiri dan lima kali ke kanan), organisme yang tertangkap dikumpulkan dan dipindahkan ke dalam kantong plastik untuk pengamatan selanjutnya. Dari masing-masing sampel yang dikumpulkan, dipisahkan organisme yang berstatus pengganggu (hama), bukan-pengganggu (musuh alami), dan organisme lain. Persentase masing-masing dicatat dalam lembar pengamatan. Pengamatan intensitas serangan akibat organisme pengganggu secara mutlak  (misalnya serangan penggerek batang), yaitu tanaman yang terserang penggerek batang diamati sebanyak 20 rumpun (N=20), kemudian dilakukan perhitungan intensitas serangan dengan rumus sebagai berikut:    
                 20             ai
                 ∑       ------------------
                 i=20     ai + bi
IS =      ----------------------------------
                               N
Keterangan :
IS        : intensitas kerusakan (%)
ai          : jumlah batang terserang pada rumpun ke i
bi         : jumlah batang tidak terserang pada rumpun ke i
N         : jumlah rumpun/unit sampel (20)
Pengamatan dilakukan pula pada tingkat serangan relatif akibat organisme pengganggu yang makan pada daun, misalnya belalang hijau (Oxya sp.) pada 20 rumpun tanaman sampel (N=20), kemudian lakukan perhitungan tingkat serangan dengan rumus sebagai berikut:
                 Z            
                 ∑       (ni – vi)
                 i=20    
IS = ---------------------------------
                  Z x N

Keterangan :
IS        : intensitas kerusakan (%)
vi         : skor kerusakan  (0, 1, 2, 3, dan 4), dengan ketentuan  sebagai berikut : (0) tanpa  kerusakan; (1) kerusakan  >0 dan <25 kerusakan="">25% dan <50 kerusakan="" nbsp="">50% dan <75 kerusakan="">75%.
ni         : jumlah unit sampel bergejala serangan dalam skor v
N         : jumlah unit sampel (20)
Z          : skor tertinggi (4)









III. HASIL DAN PEMBAHASAN
a.    Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan Tingkat Serangan Relatif Akibat Serangan Hama pengganggu
No.Rumpun
Jumlah Batang
Jumlah Batang  yang Sakit
Skor
1
10
0
0
2
10
0
0
3
15
0
0
4
11
1
1
5
11
0
0
6
10
0
0
7
13
0
0
8
15
0
0
9
10
0
0
10
15
1
1
11
42
0
0
12
18
0
0
13
15
0
0
14
9
0
0
15
11
0
0
16
18
0
0
17
14
1
1
18
11
2
1
19
15
2
1
20
17
1
1
           
Untuk intensitas serangannya sebagai berikut
     Z            
                 ∑       (ni – vi)
                 i=20    
IS = ---------------------------------
                  Z x N

    =  (6- 1) + (14-0)  = 23,75%
               4 x 20




Tabel 2. Pengamatan populasi Relatif ayunan jaring Akibat Serangan Hama pengganggu
No. Ayunan
Jumlah Kupu /Ngengat
Jumlah  Ulat
Jumlah Kepik Padi
Jumlah Wereng Batang
Jumlah Wereng Daun
Jumlah Belalang
Jumlah Hama Lain
Keterangan Lain
1
1
4
-
-
-
2
4
walang sangit
2
-
-
-
3
-
1
6
walang sangit
3
-
1
2
-
-
1
1
walang sangit
4
-
1
1
-
-
4
-
-
5
1
-
-
1
1
-
-
-

Tabel  3. Pengamatan  Mutlak Intensitas Serangan Akibat Hama pengganggu
No.Rumpun
Jumlah Batang
Batang yang sakit
IS
1
10
0
0
2
10
0
0
3
15
0
0
4
11
0
0
5
11
0
0
6
10
0
0
7
13
0
0
8
15
0
0
9
10
0
0
10
15
0
0
11
42
0
0
12
18
0
0
13
15
0
0
14
9
0
0
15
11
0
0
16
18
0
0
17
14
0
0
18
11
0
0
19
15
0
0
20
17
0
0

Perhitungan intensitas serangan;
                 20             ai
                 ∑       ------------------
                 i=20     ai + bi
IS =      ----------------------------------
                               N

= (0/10)+(0/10)+(0/15)+…………+(0/17)  = 0
                        20

b.   Pembahasan
Dunia pertanian dan budidaya tanaman baik saat tanaman mulai ditanam, tumbuh, bahkan saat sudah dipanen adalah terjadinya masalah serangan oleh hama. Hal ini tentu memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk usaha pengendalian hama tersebut. Tidak jarang masalah ini menimbulkan kerugian dalam usaha pertanian dan budidaya tanaman. Untuk memahami tingkat kerusakan tanaman akibat hama dan fase serangan hama, perlu dilakukan pengamatan mengenai populasi hama dan kerusakan tanaman dilapangan.
Pengamatan populasi hama secara garis besar dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu (1) Pengamatan populasi mutlak, yaitu apabila jumlah populasi hama hasil pengamatan dinyatakan dalam unit satuan luas, unit habitat yang berupa tanaman, kelompok tanaman ataupun bagian tanaman, (2) Pengamatan populasi relatif, yaitu apabila hasil pengamatan dinyatakan dalam unit satuan usaha, misalnya oleh penggunaan jaring serangga, (3) Pengamatan indeks populasi, yaitu apabila pengamatan dilakukan tidak langsung kepada individu hamanya, tetapi kepada hasil kegiatan yang dilakukan oleh hama tersebut, misalnya gejala kerusakan dan sarang yang dibuat oleh hama. Dalam praktikum ini, dipraktikkan ketiga teknik pengamatan populasi hama yang telah dipaparkan di atas. Pada pengamatan hama tanaman pangan digunakan teknik pengamatan populasi mutlak dan relatif, sedangkan pada pengamatan hama tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan pasca panen digunakan teknik pengamatan indeks populasi.
Data mengenai populasi hama dan intensitas kerusakan yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan secara langsung sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tindakan pengendalian. Data populasi hama dinyatakan dalam bentuk jumlah individu hama per satuan atau unit sampel, sedangkan data kerusakan dinyatakan dalam bentuk jumlah individu hama per satuan atau unit sampel.  Hasil pengamatan tersebut dibandingkan dengan nilai Ambang Ekonomi (AE) yang merupakan batas apakah suatu populasi hama masih dalam jumlah yang wajar atau telah merugikan. Tindakan pengendalian terhadap populasi hama dilakukan apabila populasi hama telah mencapai AE, dengan teknik pengendalian yang paling efektif dan efisien. Tindakan pengendalian dapat dengan cara kimiawi menggunakan pestisida, secara hayati dengan musuh alami, atau dengan varietas tahan hama.
1.   Komoditas Tanaman Pangan (padi)
a.   Pengamatan populasi mutlak
Hama yang ditemukan dalam pengamatan populasi mutlak pada komoditas tanaman padi adalah hama sundep/beluk, kepik padi, wereng  batang, wereng daun, belalang, dan walang sangit,.
·         Hama sundep/beluk
Penggerek batang padi menyerang tanaman dan menyebabkan kerusakan yang sundep (vegetatif) atau beluk (generatif). Kedua macam kerusakan  tersebut disebabkan oleh larva penggerek yang memakan batang bagian dalam. Larva tersebut memotong-motong jaringan pembuluh batang. Sundep adalah kerusakan yang terjadi pada tanaman sebelum berbunga, kerusakan tanaman terjadi ketika tanaman masih muda, dengam tanda-tanda seperti daun menguning. Beluk kerusakan tanaman yang  terjadi pada masa berbunga yang mengakibatkan seluruh malai menjadi kosong (Putra, 1994).
Sundep / beluk merupakan kerusakan yang disebabkan oleh penggerek batang padi kuning (PBPK) atau Scirpophaga incertulas. Fase menyerang saat larva. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek adalah dari pembibitan sampai terbantuknya malai.
Gejala tanaman yang terserang sundep antara lain (Wagiman, 2003):
1.        Pucuk tanaman tampak menguning, layu, dan akhirnya mengering.
2.        Ulat penggerak merusak bagian pangkal titik tumbuh.
3.        Gejala beluk menunjukkan malai padi yang tegak, berwarna putih,dan hampa.
4.        Gejala kerusakan yang ditimbulkan mengakibatkan anakan kerdil atau mati yang disebut sundep dan malai hampa (beluk).
Pengelolaan hama ini dengan :
a.         Melakukan tanam serempak
b.        Mengumpulkan telur sejak di persemaian kemudian dibunuh
c.         Pembabatan dan pengumpulan jerami
d.   Memanfaatkan musuh alami baik predator maupun parasitoid seperti Conocephalus longipennis, Anaxipha sp, Metioche sp, Trichogramma sp (menyerang telur), Telenomus sp, Xanthopimpis sp, parasit jenis Platytelenomus, Braconiol (menyerang ulat), Tetrastichus israeli (menyerang pupa), dan jenis nematoda Meoaplectana carpocapsae.
e.    Pengendalian kimiawi dengan insektisida yang berbahan aktif: karbofuran, bensultap, bisultap, karbosulfan, dan fipronil (Heagle, et al., 2002).
Dari hasil pengamatan di lapangan, diperoleh hasil bahwa hama sundep tidak ditemukan. Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan mengumpulkan telur secara manual kemudian dibunuh, atau menggunakan musuh alami terutama Trichogramma sp sehingga perkembangan telur dapat terhambat dan dapat menekan populasi hama penggerek.
·                     Hama wereng daun (wereng coklat)
Contoh wereng yang menyerang daun tanaman padi adalah wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. Impicticep) merusak dengan cara menghisap cairan daun. Gejala yang tampak adalah ditempat bekas hisapan akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil. Hama ini menyerang pada fase tanaman dewasa.
Pada umumnya daur wereng ini sama seperti pada wereng lain, meletakkan telurnya pada tulang pusat daun atau pada seludang. Hama ini juga sebagai vektor virus kerdil kuning dan penyakit rumput kerdil, yang menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil dan mempunyai anakan yang berlebih. Serangga ini tidak akan menularkan penyakit sampai 3 atau 5 minggu setelah makan tanaman yang berpenyakit. Serangga ini juga dapat merusak tanaman dengan jalan menghisap cairan tanaman.
Pengelolaan terhadap hama wereng daun yang dapat dilakukan antara lain: sistem tanam serempak; Penanaman varietas unggul tahan wereng; Menghindari pemupukan N secara berlebih; Eradikasi dan sanitasi tanaman; Memanfaatkan musuh alami seperti Anagrus sp, Trtrastichus sp, Microvelia sp, Ophiones sp, Paederus sp; Penggunaan insektisida dilakukan pada saat populasi dominan nimfa, insektisida kimia berbahan aktif antara lain: amitraz, MIPC, karbofuran, karbosulfan, fipronil (Istianto, 2008).
Dari hasil pengamatan diperoleh intensitas wereng daun yang sangat kecil, yaitu 3. Sehingga hama ini tidak merugikan dan tidak memberi pengaruh yang nyata pada hasil. Namun, tindakan pencegahan letusan populasi dapat dilakukan sedini mungkin, biasaanya dengan memanfaatkan musuh alami seperti predator Ophiones sp yang menyerang telur.
·      Hama belalang
Hewan ini memiliki ciri-ciri: antena pendek, pronotum tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas 3 buah, femur kaki belakang membesar, ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih besar bila dibandingkan dengan yang jantan. Induk meletakkan telur-telurnya di tanah dalam suatu kantung dengan lapisan yang cukup kuat. Setelah cukup kuat, nimfa naik dan mulai merusak tanaman. Hama ini mempunyai tipe mulut penggigit-pengunyah, biasanya menggigit daun mulai dari bagian tepi atau bagian tengah sehingga mengganggu proses fotosintesis tanaman. Aktif pada siang hari dan mampu bermigrasi ke tempat yang jauh (Kartasapoetra, 1987).
Cara-cara pengendalian belalang yang dapat diterapkan antara lain :
a. Kultur Teknis: Dengan mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu, melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun dan yang terlihat diambil.
b.  Cara Gropyokan/Mekanik/Fisik: Kelompok tani secara aktif mencari kelompok belalang di lapangan, dengan menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap.
c.  Kimiawi          : Pengendalian yang dapat dilakukan pada Stadium Nimfa kecil karena belum merusak. Pengendalain terhadap imago dilaksanakan pada malam hari, mulai dari belalang hinggap senja hari sampai sebelum terbang waktu pagi hari. Pengendalian sebaiknya secara langsung terhadap individu/kelompok yang ditemui di lahan.
d.  Biologis         :  menggunakan cendawan, dengan cara penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang kembara atau dengan penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan).
e.  Pengendalian dengan Ekstrak Tuba (Deris. Sp): Ekstrak Nimba (Azadiracht indica) dilakukan penyemproptan pada tanaman untuk meninggalkan “Efek Residu” pestisida pada Tanaman.
b.   Pengamatan populasi relatif
Dari hasil ayunan jaring serangga yang dilakukan untuk mendapatkan populasi relatif hama, diperoleh hama yang banyak terdapat pada jaring, yaitu wereng batang, walang sangit, ulat dan belalang. Hama lain seperti kupu/ngengat, wereng daun,  dan kepik padi hanya sedikit datanya, bahkan banyak serangga bukan hama yang ikut terjaring, seperti laba-laba, cicindelide, dan lainnya.
·         Wereng coklat
Wereng adalah anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Perkembangannya melalui stadia : telur à nimfa à dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman.
Hama wereng batang merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling dirakuti oleh petani Indonesia. Wereng ini dapat menularkan virus, gejalanya berupa tanaman padi menjadi kuning dan mongering, sekolmpok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mongering menjadi kerdil. Contoh wereng batang yang menyerang tanaman padi adalah wereng padi coklat (Nilaparvata lugens). Cara pengendalian terhadap hama ini sama dengan pengendalian yang dilakukan terhadap hama wereng daun.
·      Kepik
Kepik hijau termasuk dalam ordo hemiptera dan famili Miridae. Hama ini bertubuh oval memanjang, ukuran sekitar 4-10 mm. Antena dan paruh 4 ruas, tidak mempunyai ocelli. Telur bisa diletakkan atau disisipkan di jaringan tanaman yang lunak. Telur mempunyai ciri khas yaitu ditemukannya ekor, sering di bagian tanaman yang diletaki telur dari luar tampak adanya benang-benag halus yang merupakan ekor dari telur yang disisipkan. Nimfa sering ditemukan dalam kelompok. Secara umum, kepik ini dapat terbang tetapi merupakan penerbang paling buruk dan mudah terbawa angin. Hama ini muncul pada akhir musim hujan dan awal musim kemarau.
Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur à nimfa àdewasa.
Kepik hijau menyerang padi pada fase dewasa. Gejala yang ditimbulkan akibat serangan kepik adalah terdapat bekas tusukan berwarna hitam dan bulir padi hancur jika ditekan karena kepik menghisap cairan bulir padi. Umumnya, serangan yang ditimbulkan oleh kepik hijau tidak begitu besar sehingga penggunaan pestisida tidak efisien. Cara yang banyak dipilih untuk mengendalikan kepik hijau adalah dengan menjaga santitasi lahan, misalnya dari gulma yang dapat menjadi inang, dan memasang perangkap telur.
Dalam pengamatan populasi relatif ini juga ditemukan laba-laba. Laba-laba di sini dapat berperan sebagai predator karena memakan serangga-serangga kecil di sekitarnya. Laba-laba dapat berpindah dengan mudah menggunakan benang jaringnya, dan penyebarannya mudah terbantu oleh angin.
Hama seperti makhluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara relatif. Dan fotoperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, lama hidup, serta kemampuam diapauses serangga. Sebagai contoh hama kutu kebul (Bemisia tabaci) mempunyai suhu optimum 32,50C untuk pertumbuhan populasinya (Bonaro et al., 2007).



IV.  KESIMPULAN
1.      Pengamatan populasi hama dapat dilakukan dengan pengamatan populasi mutlak, pengamatan populasi relatif, dan pengamatan indeks populasi.
2.      Pengendalian hama pada suatu tanaman harus melihat perbandingan nilai intensitas serangan dan ambang ekonominya (AE), jika IS ≤ AE belum memerlukan pengendalian kimiawi, jika nilai IS ≥ AE diperlukan pengendalian kimiawi.
3.      Pada pengamatan relatif yang menggunakan scoring didapatkan intensitas serangan yang mencapai 23,75%. Pada populasi relatif ditemukan hama kepik daun, ulat, wereng batang, wereng daun, belalang,dan hama lain yaitu keong mas serta terdapat beberapa predator, sedangkan intensitas serangan hama penggerek batang padi yakni hanya 0% pada pengamatan mutlak.















DAFTAR PUSTAKA

Bonaro, O., A. Lurette, C. Vidal, and J. Fargues. 2007. Modelling temperature-dependent bionomics of Bemiisa tabaci (Q-biotype). Physiological Entomology 32: 50 – 55.

Heagle, A.S., J. C. Burns, D. S. Fisher, And J. E. Miller. 2002. Effects of carbon dioxide enrichment on leaf chemistry and reproduction by twospotted spider mites (Acari: Tetranychidae) on white clover. Environ. Entomol 31: 594-601.

Istianto, M. 2008. Pemanfaatan Minyak/Senyawa Atsiri Dalam Pengendalian Populasi Hama Tanaman. <http://www.horti-tech.com>. Diakses pada 23 April 2013.

Kartasapoetra, A. G. 1987. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara. Jakarta.

Putra, N. S. 1994. Serangga Disekitar Kita. Kanisius. Yogyakarta.

Wagiman, F. X. 2003. Hama Tanaman: Cemiri Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan. Jurusan Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.













LAMPIRAN

DATA PRAKTIKUM LAPANGAN HAMA GOLONGAN A3
A.    PENGAMATAN RELATIF
pengamatan tingkat serangan relatif akibat organisme pengganggu yang makan pada daun, misalnya belalang hijau (Oxya sp.) pada 20 rumpun tanaman sampel (N=20), kemudian lakukan perhitungan tingkat serangan.
No.Rumpun
Jumlah Batang
Jumlah Batang  yang Sakit
Skor
1
10
0
0
2
10
0
0
3
15
0
0
4
11
1
1
5
11
0
0
6
10
0
0
7
13
0
0
8
15
0
0
9
10
0
0
10
15
1
1
11
42
0
0
12
18
0
0
13
15
0
0
14
9
0
0
15
11
0
0
16
18
0
0
17
14
1
1
18
11
2
1
19
15
2
1
20
17
1
1

Untuk intensitas serangannya sebagai berikut
     Z            
                 ∑       (ni – vi)
                 i=20    
IS = ---------------------------------
                  Z x N

    =  (6- 1) + (14-0)  = 23,75%
               4 x 20

B.     PENGAMATAN RELATIF
Pada pengamatan secara relatif dilakukan  dengan menggunakan alat pengumpul sampel, misalnya jaring serangga. Ayunkan jaring di bagian pucuk tanaman sebanyak 10 kali (lima kali ke kiri dan lima kali ke kanan), kumpulkan organisme yang tertangkap dan pindahkan ke dalam kantung plastik untuk pengamatan selanjutnya. Dari masing-masing sampel yang Anda kumpulkan, pisahkan organisme yang berstatus Pengganggu (Hama), Bukan-Pengganggu (musuh alami), dan Organisme Lain.

No. Ayunan
Jumlah Kupu /Ngengat
Jumlah  Ulat
Jumlah Kepik Padi
Jumlah Wereng Batang
Jumlah Wereng Daun
Jumlah Belalang
Jumlah Hama Lain
Keterangan Lain
1
1
4
`
-
-
2
4
walang sangit
2
-
-
`
3
-
1
6
-
3
-
1
2
-
-
1
1
-
4
-
1
1
-
-
4
-
-
5
1
-
-
1
1
-
-
-

C.    PENGAMATAN  MUTLAK
Pengamatan intensitas serangan akibat organisme pengganggu secara mutlak  (misalnya serangan penggerek batang) dilakukan  dengan mengamati tanaman yang terserang penggerek batang sebanyak 20 rumpun (N=20), kemudian lakukan perhitungan intensitas serangan.



No. Rumpun
Jumlah Batang
Sundep/ beluk
Kepik padi
Wereng batang
Wereng daun
Belalang
Hama lain
Keterangan lain
1
10
0
0
1
0
0
0

2
10
0
0
1
0
0
0
-
3
15
0
0
0
0
0
0
-
4
11
0
0
1
0
0
0
-
5
11
0
0
0
0
0
0
-
6
10
0
0
0
1
0
1
Keong mas
7
13
0
0
0
0
0
1
walang sangit
8
15
0
0
0
0
0
1
walang sangit
9
10
0
0
1
0
0
0
-
10
15
0
0
0
0
0
1
walang sangit
11
42

0
0
0
2
2
walang sangit
12
18
0
0
0
2
0
1
walang sangit
13
15
0
0
0
0
0
0
-
14
9
0
1
0
0
1
2
walang sangit
15
11
0
1
0
0
0
3
walang sangit
16
18
0
1
0
0
0
3
walangsangit, keong mas
17
14
0
0
0
0
0
0
-
18
11
0
0
0
0
1
0
-
19
15
0
1
0
0
0
3
walang sangit
20
17
0
0
0
0
2
0
-
Total
290
0
4
4
3
6
18


No.Rumpun
Jumlah Batang
Jumlah Batang  yang Sakit
Skor
1
10
0
0
2
10
0
0
3
15
0
0
4
11
1
1
5
11
0
0
6
10
0
0
7
13
0
0
8
15
0
0
9
10
0
0
10
15
1
1
11
42
0
0
12
18
0
0
13
15
0
0
14
9
0
0
15
11
0
0
16
18
0
0
17
14
1
1
18
11
2
1
19
15
2
1
20
17
1
1

Perhitungan intensitas serangan;
                 20             ai
                 ∑       ------------------
                 i=20     ai + bi
IS =      ----------------------------------
                               N

= (0/28)+(0/25)+(0/31)+…………+(0/27)  = 0
                        20



4. PENGAMATAN ORGANISME LAIN (BUKAN HAMA DAN BUKAN MUSUH ALAMI)
No rumpun
jumlah batang
jenis 1
jenis 2
jenis 3
jenis 4
jenis 5
jenis 6
keterangan lain
semut
Jenis lain
lalat
kupu-kupu
jenis lain

1
10
-
1
 -
1
 -c

2
10
-
 -
 -
 -
 -

3
15
-
1
 -
 -
 -
 -

4
11
-
 -
 -
 -
 -
 -

5
11
 -
 -
 -
 -
 -
 -

6
10
 -
1
 -
 -
 -
 -

7
13
 -
 -
 -
 -
 -
 -

8
15
 -
 -
 -
 -
 -
 -

9
10
 -
 -
 -
 -
 -
 -

10
15
 -
 -
 -
 -
 -
 -

11
42
 -
 -
 -
 --
 -
 -

12
18
 -
 -
 -

 -
 -

13
15
 -
 -
 -
 -

 -

14
9
1
1
 -
 -
 -
 -

15
11
 -
1
 -
 -
2
 -

16
18
 -
 -
 -
 -
 -
 -

17
14
1
 -

1
 -
 -

18
11
 -
 -
 -
 -
 -
 -

19
15
1
2
 -
 -
 -
 -

20
17
2
 -
 -

total
290
5
7
0
1
3




Tidak ada komentar: