ADAPTASI
TANAMAN TERHADAP FAKTOR AIR
I.
TUJUAN
1. Mengetahui
macam-macam adaptasi tanaman terhadap ketersedian air.
2. Untuk
mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologi tanaman yang beradaptasi pada
kandungan air yang berbeda.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Air
tanah sangat mempengaruhi perkembangan tanaman baik langsung maupun tidak
langsung. Umumnya sistem perakaran lebih sempurna dihasilkan oleh tanah yang
kandungan airnya cukup baik dan aerasinya baik. Dengan demikian, air sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk spesies kaktus,
menolak kekeringan dengan menyimpan air dalam jaringan selulernya. Air yang
disimpan cukup dan laju kehilangan semakin rendah (karena kutikula sangat tebal
dan stomata menutup pada siang hari) sehingga tumbuhan itu dapat tahan hidup (
Fahn, 1990).
Adaptasi
tanaman terhadap lingkungan merupakan rekayasa secara khusus sifat-sifat
karakteristik anatomi dan fisiologi untuk memberikan peluang keberhasilan
menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Oleh karena itu, adaptasi anatomi dan
fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan hidup
tanaman. Namun demikian,
jenis tumbuhan yang berbeda menunjukkan sensitifitas yang berbeda pula terhadap
perubahan lingkungan, bahkan terhadap bahan tercemar sekalipun (Haryanti,
2009).
Adaptasi
tanaman terhadap kondisi naungan berat dapat dicapai apabila tanaman memiliki
mekanisme penangkapan dan penyerapan air serta penggunaannya secara efisien.
Mekanisme tersebut dapat melalui penyaringan melalui rambut-rambut akar,
pori-pori udara, jaringan pembuluh, dan organel-organel sel. Pada tanaman yang
memiliki kemampuan hidup dalam kondisi air yang melimpah, maka akan terbentuk
rongga udara pada organ vegetatifnya, sedangkan pada tanaman yang hidup pada
kondisi air yang sangat sedikit, maka akan terdapat lilin pada tubuhnya
(Muhuria et al., 2006).
Ada tiga penggolongan tanaman berdasarkan ketersediaan
air dan adaptasinya yakni tanaman yang beradaptasi pada kondisi basah (
hidrofit), tanaman yang beradaptasi pada kondisi kering (xerofit), dan tanaman yang beradaptasi pada
kondisi cukup air (mesofit). Tanaman hidrofit memiliki tempat penyimpanan gas
yang berbentuk rongga udara yang dipisahkan diafragma (aerenkim). Tanaman
mesofit berkutikula tipis, jaringan epidermis bermodifikasi menjadi sel kipas
untuk mengurangi penguapan dan stomata yang terlindungi. Tanaman xerofit bersistem
penebalan kutikula pada epidermis untuk mengurangi kehilangan air. Tanaman xerofit
memiliki sistem akar penetrasi yang memungkinkan absorbsi yang lebih efektif
(Leopald, 1964).
Pada
tanaman yang seluruhnya berada di dalam air atau hydrophytes akan menggantung lemas ketika dalam lingkungan yang
tidak ada air. Pada dasarnya air di sekeliling tumbuhan akan memperkuat
jaringan di batang dan petiol daun sehingga tidak membutuhkan penguat mekanis.
Hal ini merugikan dalam hal fleksibilitas jika terjadi perubahan permukaan air
atau gerakan air (Anonim, 2010).
Contoh
dari tanaman xerophytes yaitu kaktus
(Opunctia sp.), memiliki keistimewaan
yang menyebabkan dapat bertahan hidup di lingkungan dan suasana kering. Tanaman
ini memiliki batang dan daun yang tebal. Bagian ini dilapisi oleh tebal
kutikula dan lilin yang di lapisan permukaan yang berfungsi mencegah kehilangan
air pada proses transpirasi, sedangkan
contoh tanaman Hydrophytes ialah Anacharies lilies, memiliki akar utama
yang kecil dan tidak memiliki bulu akar. Ada suatu jenis tanaman yang menempel
pada tumbuhan lain tetapi tidak menyerap nutrisi dari tanaman yang ditempeli,
biasanya disebut epifit (Kimball, 1965).
Tanaman dapat beradaptasi dengan
lingkungan termasuk terhadap faktor air. Air di dalam tanaman diperlakukan
sebagai media untuk transpirasi hara di dalam tanah keseluruh tanaman. Air
merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam produksi tanaman dan
keberhasilan sistem penanaman akan tercapai apabila diatur pembagian airnya.
Kelebihan dan kekurangan air akan menghambat pertumbuhan tanaman secara tidak
langsung akan mempengaruhi produksi tanaman (Wirosoedarmo, 2006).
III.
METODE
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum
Dasar-Dasar Ekologi Acara
IV tentang Adaptasi Tanaman pada Faktor Air dilaksanakan di Laboratorium
Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Kamis,
17 Mei 2012. Alat-alat yang digunakan yaitu pisau atau
silet, mikroskop, kaca preparat, dan pensil. Kemudian, bahan yang digunakan
yaitu tanaman mesofit dalam praktikum yang digunakan tanaman jagung (Zea mays), tanaman kedua yaitu jenis
tanaman xerofit, sampel yang digunakan adalah tanaman kaktus (Opunctia sp.), dan jenis tanaman
hidrofit sampelnya yaitu enceng gondok (Eichornia
crassipes).
Cara
kerja yang dilakukan yaitu pertama-tama tanaman mesofit, hidrofit, dan xerofit
diamati secara morfologis, bagian tanaman digambar dan diberi keterangan yang
sesuai dengan bagiannya. Kemudian dibuat
sayatan untuk diamati secara anatomis. Pengamatan morfologis meliputi :
penampang melintang daun (ketebalan kutikula, letak stomata, banyak atau
sedikitnya jaringan pengangkutan, ada tidaknya tempat penimbunan air, aerenkim,
dan sebagainya). Kemudian penampang membujur daun meliputi : bentuk sel
epidermis, banyak sedikitnya stomata, dan sebagainya. Kemudian dibuat gambar
atau skema tanaman tersebut dan dijelaskan bagian-bagian tanaman secara
morfologis maupun anatomisnya.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Morfologi Tanaman
1.
Tanaman mesofit :
Jagung (Zea mays)
Keterangan
gambar :
1. Helaian daun
2. Upih daun
3. Batang
4. Akar adventif
5. Akar
Deskripsi: Akar
jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada
tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang
jagung mudah terlihat sebagaimana sorgum, tebu. Namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan
yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang
beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung
cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun
sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula.
Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki
familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon
tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Anonim, 2007).
2. Tanaman
Hidrofit : Eceng gondok (Eichornia
Crassipes)
Keterangan
gambar :
1.
Helaian daun (lamina)
2.
Tangkai daun (petiole)
3.
Akar dengan kantung
akar (root pocket) pada bagian ujungnya (Shukla dan Chandel, 1985).
Deskripsi:
Habitus perdu hebaseous dengan batang yang tereduksi; bentuk daun bulat atau
hampir bulat, tebal, permukaan kedua sisi daun halus; tangkai daun membengkak
dan membentuk jaringan spon yang menjadi organ pengapung tumbuhan, percabangan
dengan stolon; perakaran serabut dan berbulu untuk menangkap unsur hara yang
larut dalam air.
3. Tanaman xerofit : Kaktus (Opuntia vulgaris)
Keterangan
gambar :
1.
Batang
2.
Daun
3.
Akar
Deskripsi:
habitus tanaman terna, herbaceous, tegak; daun berbentuk seperti duri; batang
menjadi seperti daun pipih bersegi, hijau, berdaging; percabangan aksiler tak
terbatas, akar serabut, tersebar luas di tanah lapisan atas.
B. Anatomi Tanaman
1.
Jagung (Zea mays)
Penampang melintang daun jagung (Zea mays)
Struktur daun jagung dengan mesofil yang tidak
terdiferensiasi (Eames and Mac Daniels, 1947).
Keterangan gambar :
1. Sel
kipas
2. Trikoma
3. Kutikula
4. Epidermis
atas
5. Mesofil
6. Berkas
pengangkut yang belum terdiferensiasi
7. Epidermis
bawah
8. Stoma
Kutikula
jagung tipis tidak mempunyai jaringan penyimpan air pada daun ataupun aerenkim.
Berkas pengangkut yang belum terdiferensiasi,
mempunyai sel kipas untuk melakukan penguapan dan mempunyai mesofil daun
untuk melakukan fotosintesis.
Penampang membujur daun
jagung (Zea mays)
Keterangan
gambar :
1. Epidermis
daun
2. Sel
epidermis dengan dinding sel yang berkelok-kelok
3. Stoma
bertipe Gramineae; sel penutup berbentuk halter; membuka dan menutup sejajar
poros utama.
Deskripsi:
Bentuk luar penampang melintang Zea mays
yang memperlihatkan ikatan pembuluh yang tersebar pada parenkim dasar (Fahn,
1991).
Stoma pada daun berbentuk halter, yang khas dimiliki
familia Poaceae. Setiap stroma
dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Anonim, 2008).
2.
Eceng gondok (Eichornia crassipes)
Penampang
melintang daun eceng gondok (Eichornia crassipes)
Transeksi daun enceng
gondok (Shukla and Chandel, 1985)
Keterangan
gambar :
Kutikula
1.
Epidermis
2.
Rongga stomata
3.
Jaringan palisade
4.
Sklerenkima
5.
Ruang udara
6.
Stoma
7.
Berkas pengangkut
8.
Epidermis bawah
Deskripsi: Epidermis enceng gondok berongga
dan mengandung banyak kloroplas, mempunyai kutikula yang tipis dan rongga stroma
untuk membantu pernapasan.
Dan juga mempunyai berkas pengangkut: epidermis, jaringan palisade, sklerenkim
dan stroma bawah yang tidak dapat dilihat pada penampang membujur eceng gondok
Penampang membujur daun enceng gondok
(Eichornia crassipes)
Keterangan
gambar :
1.
Stomata
2.
Sel epidermis atas daun
Deskripsi
: Epidermis tumbuhan air tidak mempunyai fungsi bersifat melindungi dan
berperan dalam pengambilan zat-zat nutrien dari air dan berperan pula dalam
pertukaran gas. Kutikula sangat tipis, sebagaimana pula dinding sel. Sel-sel
epidermis banyak hidrofit mengandung kloroplas. Daun-daun terbenam dalam air
biasanya tidak berstomata walaupun ada dijumpai stomata vestigial. Akan tetapi,
stomata terdapat di permukaan atas daun-daun terapung (Barnabes et al. (1977) cit fahn, 1991).
3.Kaktus
(Opuntia vulgaris)
Penampang
melintang batang kaktus (Opuntia vulgaris)
Transeksi batang kaktus (Eames and Mac Daniels,
1947)
Keterangan gambar :
1.
Kutikula tebal
2. Stomata
tersembunyi
3. Epidermis
4. Jaringan
palisade
5. Hypodermis
6. Jaringan
penyimpan air
Deskriptif: Pada penampang
melintang terlihat bahwa kaktus memiliki kutikula yang tebal, yang berguna
untuk meminimalkan penguapan. Kaktus juga memiliki jaringan penyimpan air untuk
menyimpan cadangan air dari kaktus, epidermis bertipe multeserial dan juga memiliki sedikit stomata ( stomata
tersembunyi ).
Penampang membujur batang kaktus (Opuntia vulgaris)
Keterangan
gambar :
1. Rongga
sel
2. Stomata
Deskripsi
: Epidermis seringkali multisteriat dan ditutupi dengan kutikula yang tebal.
Pada beberapa tumbuhan yang apofil dan tumbuhan xerofit lain, mulut stomata di
daerah yang tua tetapi masih berasimilasi dapar tersumbat oleh lilin atau bahan
lainnya. Stomata dapat juga terpisah dari bagian dalam oleh sel-sel yang
berkembang dari sel tetangga atau sel pagar (Volkens et al. (1887) cit Fahn,
1991).
V. PEMBAHASAN
Praktikum
acara IV ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan adaptasi 3 macam tanaman terhadap
ketersediaan air dan mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologis tanaman
yang beradaptasi pada kandungan air yang berbeda. Pada praktikum ini digunakan
beberapa sampel tanaman yaitu tanaman mesofit yang diwakili oleh jagung (Zea
mays), tanaman xerofit berupa kaktus (Opuntia vulgaris), dan tanaman
hidrofit berupa enceng
gondok (Eichornia crasipes). Ketiganya mewakili dari masing-masing
habitat yang berbeda.
Dengan
kondisi lingkungan yang mempunyai kadar air yang berbeda-beda, baik tumbuhan,
hewan maupun manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Adapatasi
yaitu kemampuan menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungannya agar dapat
bertahan hidup. Adaptasi tiap jenis makhluk
hidup berbeda, walaupun terdapat pula persamaan. Tanaman yang beradaptasi pada
lingkungan yang banyak air memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanaman
yang mampu berdaptasi pada lingkungan sedikit
atau bahkan kekurangan air serta tanaman yang beradaptasi pada
lingkungan dengan kondisi air yang cukup. Berdasarkan kemampuan tumbuhan menyesuaikan
diri dengan habitatnya, tumbuhan terbagi atas tiga macam golongan tumbuhan
yaitu tumbuhan hidrofit (tumbuhan air), tumbuhan xerofit (tumbuhan tanah
kering) dan tumbuhan mesofit (tanaman cukup air).
Adaptasi tanaman terhadap lingkungan
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu adaptasi anatomis dan adaptasi morfologis. Adaptasi morfologis yaitu adaptasi pada tumbuhan yang
bisa langsung diamati, sedangkan adaptasi anatomis yaitu berupa perubahan anatomi
dalam tubuh tumbuhan. Praktikum ini dilakukan dua pengamatan, yaitu pengamatan
secara anatomis dan pengamatan secara morfologis.
A. Pengamatan secara Morfologi
1. Morfologi Jagung (Zea mays)
Jagung termasuk tanaman mesofit yaitu tanaman yang
beradaptasi pada air yang cukup. Tanaman jagung merupakan tanaman yang berhabitat tegak. Mempunyai
daun yang berbentuk seperti piota dan bertulang daun sejajar. Mempunyai bulu di
atas permukaan daun (trachoma). Bagian daun meliputi helaian daun, dan upih
daun. Tangkainya kecil bahkan hampir tidak ada. Batang diselubungi oleh
selubung. Bentuk batangnya tunggal dan sistem perakarannya serabut yang
disesuaikan dengan ketersediaan air yang cukup. Buah jagung mempunyai serabut
(benang) emas yang biasa disebut kelobot.
2. Morfologi kaktus (Opuntia vulgaris)
Tanaman kaktus menempati daerah yang panas yang mempunyai ketersediaan air yang terbatas
(xerofit). Kaktus merupakan tumbuhan herba, tegak, epifit, atau juga pohon. Batang
kaktus pada umumnya berlendir,
mengandung air semacam cairan kental yang disebut “succulent”. Batang ini
saling bersambung (percabangan aksikuler terbatas), berduri serta tak berdaun
(daun termodifikasi menjadi duri) yang merupakan ciri khas dari tumbuhan
kaktus. Jenis-jenis
yang mempunyai daun akan segera gugur apabila batangnya telah menjadi tua dan
tak mempunyai zat warna hijau daun lagi. Batang ini akan mengambil alih fungsi
daun, karenanya itu warnanya hijau. Bentuknya bermacam-macam ada yang silindris, pipih,
bulu rata atau bercelah-celah. Pada tanaman kaktus yang berumur pendek akarnya
serabut dan tersebar luas di tanah lapisan atas. Tapi untuk kaktus yang berumur
tahunan akarnya panjang untuk mencari air. Ciri khusus tanaman kaktus adalah
adanya jaringan penyimpanan air untuk cadangan persediaan air.
3.
Morfologi Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Enceng gondok merupakan tanaman yang hidup pada lingkungan
dengan ketersediaan air yang berlebih (hidrofit). Struktur yang khas bagi tanaman hidrofit adalah tidak beragam
dibandingkan dengan jenis tanaman yang
lain. Hal ini karena air merupakan habitat yang homogen. Ciri khas tanaman hidrofit adalah rongga udara pada
organ vegetatif tumbuhan (aerenchym). Faktor utama yang mempengaruhi
tanaman air adalah suhu udara, dan konsentrasi serta susunan garam dalam air.
Habitat tumbuhan enceng gondok terdiri atas tiga bagian yaitu helaian daun (lamina),
tangkai daun (petide) dan akar dengan kantong akar (root pocket).
Daun pada tanaman enceng gondok berbentuk bulat atau hampir bulat, tebal, permukaan pada kedua sisinya
(atas dan bawah) halus. Tangkai daun membengkok dan membentuk jaringan spon
yang menjadi organ pengapung tumbuhan, bagian ini merupakan bagian yang khas
dalam enceng gondok (tanaman hidrofit) karena tanaman yang selain hidrofit tidak terdapat bagian ini.
Percabangan pada tanaman dengan stolon, sedangkan perakarannya merupakan akar
serabut dan berbulu yang berfungsi untuk menangkap unsur hara yang terlarut
dalam air.
B.
Pengamatan Secara Anatomis
1. Anatomis Jagung (Zea mays)
Terdapat sel kipas yang merupakan
salah satu ciri khas dari daun jagung. Sel jagung berperan dalam gerak daun
yang menggulung ke dalam. Pengkerutan secara diferensial pada jaringan lain,
penyebaran sklerenkim, dan kekuatan kohesi diantara jaringan, juga turut
berperan dalam penggulungan dan pelipatan daun. Sel kipas juga mempunyai fungsi
untuk mengurangi penguapan.
Trikoma merupakan bagian yang menjorok ke batas prmukaan
daun. Kutikula pada daun jagung tipis bergantung pada kadar air yang diterima.
Epidermis atas terletak di bawah kutikula. Mesofil mengandung banyak kloroplas
yang tersebar diseluruh pembuluh yang digunakan dalam penentuan fotosintesis.
Dalam daun juga ditemukan berkas pengangkutan yang belum terdeferensiasi yang
berada diantara mesofil. Berkas pengangkutan mempunyai dua bagian yaitu xylem
dan floem. Stomata pada jagung tidak tersembunyi, namun terletak di permukaan
atas atau permukaan bawah daun.
2. Anatomis Kaktus (Opuntia vulgaris)
Kutikula kaktus
tebal karena kurang mendapatkan senyawa nitrogen dan atau air dalam tanah.
Stomata tersembunyi, yaitu pada dasar cekungan permukaan daun yang memiliki
rambut. Rambut ini sering ditemukan pada kaktus. Epidermis terletak dibawah
kutikula dan tersebar di seluruh daun kaktus. Air diangkut tidak hanya melalui
berkas pembuluh dan perluasannya, melainkan juga oleh sel mesofit dan
epidermis, misalnya mengangkut air menuju
epidermis berlangsung lebih sering dalam jaringan tiang daripada lewat
jaringan spons. Jaringan palisade pada kaktus berkembang karena pengaruh cahaya matahari terik dan
adanya hambatan aliran air akibat berkurangnya air. Jaringan ini tersebar di
seluruh daun yang terletak di bawah epidermis. Ruang sel antar sel pada daun
kaktus lebih kecil daripada volume pada daun mesofil. Daun yang tampak succulent memiliki jaringan penyinaran
air yang terdiri atas sel besar dengan vakuola yang besar mengandung cairan
vakuola encer atau kental dan berlendir. Jika sel kekurangan air, maka sel akan
memperolehnya dari jaringan penyimpangan air. Akibatnya sel berdinding tipis
penyimpangan air itu mengkerut, namun bila keadaannya menguntungkan sel akan
segera kembali ke stadium semula.
3.
Anatomis Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Pada penampang melintang enceng
gondok terdapat kutikula yang sangat tipis seperti juga pada dinding selnya. Letak kutikula pada bagian atas
daun. Epidermis atas berada di bawah lapisan kutikula, dan tersebar luas pada
daun . Stomata terletak pada daun yang mengapung , dan bagian atas rongga
stomata berada di sel – sel epidermis serta di sel–sel jaringan palisade. Letak
berkaitan dengan lingkungan air yang ada dalam tubuh tanaman ini, sedangkan jaringan palisade yang
banyak mengandung kloroplas. Di jaringan palisade ini proses fotosintesis
terjadi. Sifat struktur yang palin menonjol pada daun tanaman air adalah berkurangnya
jaringan penyokong dan pelindung, berkurangnya jumlah jaringan angkut :
terutama xylem, dan terdapat banyak rongga udara.
Ciri
khas dari tanaman enceng gondok adalah terdapat aerenchym yang merupakan ruang antara sel yang terdapat di seluruh
permukaan daun yang dapat diamati di bawah mikroskop, tetapi juga terdapat
dalam batang. Rongga–rongga tersebut dipisahkan oleh sekat pemisah yang terdiri
dari 1-2 lapisan sel berkloroplas. Pemisah atau diafragma terdapat pada rongga
yang memanjang. Epidermis pada daun enceng gondok sering memiliki kloroplas
yang berfungsi dalam proses fotosintesis. Bulatan yang di dalamnya tampak pekat
disebut stomata. Stomata berfungsi dalam penguapan air dan pertukaran gas
pada tanaman enceng gondok.
VI. KESIMPULAN
1. Pada
dasarnya adaptasi yang dilakukan adalah untuk memperoleh keseimbangan dalam
tubuh sehingga mampu bertahan dalam
kondisi tertentu.
2. Bentuk-bentuk
adaptasi tanaman dapat
berupa adaptasi morfologis yang tampak dari luar dan adaptasi anatomis yang
menyangkut perubahan dari sistem tubuh tanaman itu.
3. Berdasarkan
kondisi air,tanaman dibedakan menjadi tanaman hidrofit, mesofit, dan xerofit.
4. Tanaman
mesofit yaitu tanaman yang hidup di daerah cukup air, misalnya tanaman jagung (Zea
mays) ,memiliki batang kecil, daun panjang, daun tidak terlalu lebar, dan
adaptasi anatomis yang khas berupa adanya sel kipas.
5. Tanaman
xerofit yaitu tanaman yang hidup di daerah kering, misalnya tanaman kaktus
(Opuntia vulgaris), berdaun
kecil dan tebal, berakar panjang, dan permukaannya di lapisan lilin, sedangkan
adaptasi anatomis yang khas berupa jaringan penyimpan air.
6. Tanaman
hidrofit yaitu tanaman yang hidup dalam kondisi basah/banyak air misalnya
enceng gondok (Eichornia crassipes), memiliki kemampuan
adaptasi dengan daun yang lebar, stomata relatif besar, dan terdapat rongga aerenchym.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2010. Adaptasi Tumbuhan terhadap Kondisi Lingkungan. . Diakses pada tanggal 13
Mei 2012.
Fahn, A. 1990. Plant Anathomy. 4th edition. Pergaman
Press, New York.
Leopald, A.C. 1990. Plant Anathomy 4th Edition. Pergamas
Press, New York.
Haryanti,
S. 2009. Leopald, A.C. 1964. Plant Growth and Development. Mc.
Graw Hills Book, London. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi 10
: 30-31.
Kimball,
J. 1965. Biology. Wesley Publishing Company, Massachusetts.
Muhuria,
L., K. N. Tyas, dan N. Ida. 2006. Adaptasi tanaman kedelai terhadap intensitas
cahaya rendah : karakter daun untuk efisiensi penyerapan cahaya. Jurnal Buletin
Agronomi 34 : 133-134.
Wirosoedarmo, R. 2006. Model
stimulasi tentang prediksi ketersediaan air untuk pertumbuhan hasil jagung (zea mays) pada lahan kering : Agrivita
16 : 20-21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar