Sabtu, 18 Oktober 2014

ADAPTASI TANAMAN TERHADAP FAKTOR AIR




ADAPTASI TANAMAN TERHADAP FAKTOR AIR

I.       TUJUAN
1.      Mengetahui macam-macam adaptasi tanaman terhadap ketersedian air.
2.      Untuk mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologi tanaman yang beradaptasi pada kandungan air yang berbeda.

II.                TINJAUAN PUSTAKA
Air tanah sangat mempengaruhi perkembangan tanaman baik langsung maupun tidak langsung. Umumnya sistem perakaran lebih sempurna dihasilkan oleh tanah yang kandungan airnya cukup baik dan aerasinya baik. Dengan demikian, air sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk spesies kaktus, menolak kekeringan dengan menyimpan air dalam jaringan selulernya. Air yang disimpan cukup dan laju kehilangan semakin rendah (karena kutikula sangat tebal dan stomata menutup pada siang hari) sehingga tumbuhan itu dapat tahan hidup ( Fahn, 1990).


Adaptasi tanaman terhadap lingkungan merupakan rekayasa secara khusus sifat-sifat karakteristik anatomi dan fisiologi untuk memberikan peluang keberhasilan menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Oleh karena itu, adaptasi anatomi dan fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan hidup tanaman. Namun demikian, jenis tumbuhan yang berbeda menunjukkan sensitifitas yang berbeda pula terhadap perubahan lingkungan, bahkan terhadap bahan tercemar sekalipun (Haryanti, 2009).
Adaptasi tanaman terhadap kondisi naungan berat dapat dicapai apabila tanaman memiliki mekanisme penangkapan dan penyerapan air serta penggunaannya secara efisien. Mekanisme tersebut dapat melalui penyaringan melalui rambut-rambut akar, pori-pori udara, jaringan pembuluh, dan organel-organel sel. Pada tanaman yang memiliki kemampuan hidup dalam kondisi air yang melimpah, maka akan terbentuk rongga udara pada organ vegetatifnya, sedangkan pada tanaman yang hidup pada kondisi air yang sangat sedikit, maka akan terdapat lilin pada tubuhnya (Muhuria et al., 2006).
            Ada tiga penggolongan tanaman berdasarkan ketersediaan air dan adaptasinya yakni tanaman yang beradaptasi pada kondisi basah ( hidrofit), tanaman yang beradaptasi pada kondisi kering (xerofit), dan tanaman yang beradaptasi pada kondisi cukup air (mesofit). Tanaman hidrofit memiliki tempat penyimpanan gas yang berbentuk rongga udara yang dipisahkan diafragma (aerenkim). Tanaman mesofit berkutikula tipis, jaringan epidermis bermodifikasi menjadi sel kipas untuk mengurangi penguapan dan stomata yang terlindungi. Tanaman xerofit bersistem penebalan kutikula pada epidermis untuk mengurangi kehilangan air. Tanaman xerofit memiliki sistem akar penetrasi yang memungkinkan absorbsi yang lebih efektif (Leopald, 1964).
Pada tanaman yang seluruhnya berada di dalam air atau hydrophytes akan menggantung lemas ketika dalam lingkungan yang tidak ada air. Pada dasarnya air di sekeliling tumbuhan akan memperkuat jaringan di batang dan petiol daun sehingga tidak membutuhkan penguat mekanis. Hal ini merugikan dalam hal fleksibilitas jika terjadi perubahan permukaan air atau gerakan air (Anonim, 2010).
Contoh dari tanaman xerophytes yaitu kaktus (Opunctia sp.), memiliki keistimewaan yang menyebabkan dapat bertahan hidup di lingkungan dan suasana kering. Tanaman ini memiliki batang dan daun yang tebal. Bagian ini dilapisi oleh tebal kutikula dan lilin yang di lapisan permukaan yang berfungsi mencegah kehilangan air pada proses transpirasi, sedangkan contoh tanaman Hydrophytes ialah Anacharies lilies, memiliki akar utama yang kecil dan tidak memiliki bulu akar. Ada suatu jenis tanaman yang menempel pada tumbuhan lain tetapi tidak menyerap nutrisi dari tanaman yang ditempeli, biasanya disebut epifit (Kimball, 1965).
            Tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan termasuk terhadap faktor air. Air di dalam tanaman diperlakukan sebagai media untuk transpirasi hara di dalam tanah keseluruh tanaman. Air merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam produksi tanaman dan keberhasilan sistem penanaman akan tercapai apabila diatur pembagian airnya. Kelebihan dan kekurangan air akan menghambat pertumbuhan tanaman secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi tanaman (Wirosoedarmo, 2006).


III.        METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara IV tentang Adaptasi Tanaman pada Faktor Air dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Kamis, 17 Mei 2012. Alat-alat yang digunakan yaitu pisau atau silet, mikroskop, kaca preparat, dan pensil. Kemudian, bahan yang digunakan yaitu tanaman mesofit dalam praktikum yang digunakan tanaman jagung (Zea mays), tanaman kedua yaitu jenis tanaman xerofit, sampel yang digunakan adalah tanaman kaktus (Opunctia sp.), dan jenis tanaman hidrofit sampelnya yaitu enceng gondok (Eichornia crassipes).
Cara kerja yang dilakukan yaitu pertama-tama tanaman mesofit, hidrofit, dan xerofit diamati secara morfologis, bagian tanaman digambar dan diberi keterangan yang sesuai dengan bagiannya. Kemudian dibuat sayatan untuk diamati secara anatomis. Pengamatan morfologis meliputi : penampang melintang daun (ketebalan kutikula, letak stomata, banyak atau sedikitnya jaringan pengangkutan, ada tidaknya tempat penimbunan air, aerenkim, dan sebagainya). Kemudian penampang membujur daun meliputi : bentuk sel epidermis, banyak sedikitnya stomata, dan sebagainya. Kemudian dibuat gambar atau skema tanaman tersebut dan dijelaskan bagian-bagian tanaman secara morfologis maupun anatomisnya.

IV. HASIL PENGAMATAN
A.      Morfologi Tanaman
1.    Tanaman mesofit : Jagung (Zea mays)


Keterangan gambar :
1. Helaian daun
2. Upih daun
3. Batang
4. Akar adventif
                                                                5. Akar

Deskripsi: Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung mudah terlihat sebagaimana sorgum, tebu. Namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Anonim, 2007).

2.      Tanaman Hidrofit : Eceng gondok (Eichornia Crassipes)


Keterangan gambar :
 1.    Helaian daun (lamina)
 2.    Tangkai daun (petiole)
 3.    Akar dengan kantung akar (root pocket) pada bagian ujungnya (Shukla dan Chandel, 1985).


Deskripsi: Habitus perdu hebaseous dengan batang yang tereduksi; bentuk daun bulat atau hampir bulat, tebal, permukaan kedua sisi daun halus; tangkai daun membengkak dan membentuk jaringan spon yang menjadi organ pengapung tumbuhan, percabangan dengan stolon; perakaran serabut dan berbulu untuk menangkap unsur hara yang larut dalam air.
3.    Tanaman xerofit : Kaktus (Opuntia vulgaris)


Keterangan gambar :
1.      Batang
2.      Daun
3.      Akar


Deskripsi: habitus tanaman terna, herbaceous, tegak; daun berbentuk seperti duri; batang menjadi seperti daun pipih bersegi, hijau, berdaging; percabangan aksiler tak terbatas, akar serabut, tersebar luas di tanah lapisan atas.



B.       Anatomi Tanaman
1.    Jagung (Zea mays)
Penampang melintang daun jagung (Zea mays)
Struktur daun jagung dengan mesofil yang tidak terdiferensiasi (Eames and Mac Daniels, 1947).
Keterangan gambar :
1.      Sel kipas
2.      Trikoma
3.      Kutikula
4.      Epidermis atas
5.      Mesofil
6.      Berkas pengangkut yang belum terdiferensiasi
7.      Epidermis bawah
8.      Stoma
            Kutikula jagung tipis tidak mempunyai jaringan penyimpan air pada daun ataupun aerenkim. Berkas pengangkut yang belum terdiferensiasi, mempunyai sel kipas untuk melakukan penguapan dan mempunyai mesofil daun untuk melakukan fotosintesis.
Penampang membujur daun jagung (Zea mays)


Keterangan gambar :
1.      Epidermis daun
2.      Sel epidermis dengan dinding sel yang berkelok-kelok
3.      Stoma bertipe Gramineae; sel penutup berbentuk halter; membuka dan menutup sejajar poros utama.
Deskripsi: Bentuk luar penampang melintang Zea mays yang memperlihatkan ikatan pembuluh yang tersebar pada parenkim dasar (Fahn, 1991).
Stoma pada daun berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stroma dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Anonim, 2008).
2.    Eceng gondok (Eichornia crassipes)
Penampang melintang daun eceng gondok (Eichornia crassipes)
Transeksi daun enceng gondok (Shukla and Chandel, 1985)
Keterangan gambar :
Kutikula
1.      Epidermis
2.      Rongga stomata
3.      Jaringan palisade
4.      Sklerenkima
5.      Ruang udara
6.      Stoma
7.      Berkas pengangkut
8.      Epidermis bawah
            Deskripsi: Epidermis enceng gondok berongga dan mengandung banyak kloroplas, mempunyai kutikula yang tipis dan rongga stroma untuk membantu pernapasan. Dan juga mempunyai berkas pengangkut: epidermis, jaringan palisade, sklerenkim dan stroma bawah yang tidak dapat dilihat pada penampang membujur eceng gondok
Penampang membujur daun enceng gondok (Eichornia crassipes)


Keterangan gambar :
1.      Stomata
2.      Sel epidermis atas daun



Deskripsi : Epidermis tumbuhan air tidak mempunyai fungsi bersifat melindungi dan berperan dalam pengambilan zat-zat nutrien dari air dan berperan pula dalam pertukaran gas. Kutikula sangat tipis, sebagaimana pula dinding sel. Sel-sel epidermis banyak hidrofit mengandung kloroplas. Daun-daun terbenam dalam air biasanya tidak berstomata walaupun ada dijumpai stomata vestigial. Akan tetapi, stomata terdapat di permukaan atas daun-daun terapung (Barnabes et al. (1977) cit fahn, 1991).
3.Kaktus (Opuntia vulgaris)
Penampang melintang batang kaktus (Opuntia vulgaris)
Transeksi batang kaktus (Eames and Mac Daniels, 1947)
Keterangan gambar :
1.      Kutikula tebal
2.      Stomata tersembunyi
3.      Epidermis
4.      Jaringan palisade
5.      Hypodermis
6.      Jaringan penyimpan air

              Deskriptif: Pada penampang melintang terlihat bahwa kaktus memiliki kutikula yang tebal, yang berguna untuk meminimalkan penguapan. Kaktus juga memiliki jaringan penyimpan air untuk menyimpan cadangan air dari kaktus, epidermis bertipe multeserial  dan juga memiliki sedikit stomata ( stomata tersembunyi ).
        Penampang membujur batang kaktus (Opuntia vulgaris)

Keterangan gambar :
1.      Rongga sel
2.      Stomata


Deskripsi : Epidermis seringkali multisteriat dan ditutupi dengan kutikula yang tebal. Pada beberapa tumbuhan yang apofil dan tumbuhan xerofit lain, mulut stomata di daerah yang tua tetapi masih berasimilasi dapar tersumbat oleh lilin atau bahan lainnya. Stomata dapat juga terpisah dari bagian dalam oleh sel-sel yang berkembang dari sel tetangga atau sel pagar (Volkens et al. (1887) cit Fahn, 1991).


V. PEMBAHASAN
            Praktikum acara IV ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan adaptasi 3 macam tanaman terhadap ketersediaan air dan mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologis tanaman yang beradaptasi pada kandungan air yang berbeda. Pada praktikum ini digunakan beberapa sampel tanaman yaitu tanaman mesofit yang diwakili oleh jagung (Zea mays), tanaman xerofit berupa kaktus (Opuntia vulgaris), dan tanaman hidrofit berupa enceng gondok (Eichornia crasipes). Ketiganya mewakili dari masing-masing habitat yang berbeda.
            Dengan kondisi lingkungan yang mempunyai kadar air yang berbeda-beda, baik tumbuhan, hewan maupun manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Adapatasi yaitu kemampuan menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Adaptasi tiap jenis makhluk hidup berbeda, walaupun terdapat pula persamaan. Tanaman yang beradaptasi pada lingkungan yang banyak air memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanaman yang mampu berdaptasi pada lingkungan sedikit  atau bahkan kekurangan air serta tanaman yang beradaptasi pada lingkungan dengan kondisi air yang cukup. Berdasarkan kemampuan tumbuhan menyesuaikan diri dengan habitatnya, tumbuhan terbagi atas tiga macam golongan tumbuhan yaitu tumbuhan hidrofit (tumbuhan air), tumbuhan xerofit (tumbuhan tanah kering) dan tumbuhan mesofit (tanaman cukup air).
            Adaptasi tanaman terhadap lingkungan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu adaptasi anatomis dan adaptasi morfologis. Adaptasi morfologis yaitu adaptasi pada tumbuhan yang bisa langsung diamati, sedangkan adaptasi anatomis yaitu berupa perubahan anatomi dalam tubuh tumbuhan. Praktikum ini dilakukan dua pengamatan, yaitu pengamatan secara anatomis dan pengamatan secara morfologis.
A.  Pengamatan secara Morfologi 
1. Morfologi  Jagung (Zea mays)
Jagung termasuk tanaman mesofit yaitu tanaman yang beradaptasi pada air yang cukup. Tanaman jagung merupakan tanaman yang berhabitat tegak. Mempunyai daun yang berbentuk seperti piota dan bertulang daun sejajar. Mempunyai bulu di atas permukaan daun (trachoma). Bagian daun meliputi helaian daun, dan upih daun. Tangkainya kecil bahkan hampir tidak ada. Batang diselubungi oleh selubung. Bentuk batangnya tunggal dan sistem perakarannya serabut yang disesuaikan dengan ketersediaan air yang cukup. Buah jagung mempunyai serabut (benang) emas yang biasa disebut kelobot.
   2.  Morfologi kaktus (Opuntia vulgaris)
Tanaman kaktus menempati daerah yang panas yang  mempunyai ketersediaan air yang terbatas (xerofit). Kaktus merupakan tumbuhan herba, tegak, epifit, atau juga pohon. Batang kaktus pada umumnya  berlendir, mengandung air semacam cairan kental yang disebut “succulent”. Batang ini saling bersambung (percabangan aksikuler terbatas), berduri serta tak berdaun (daun termodifikasi menjadi duri) yang merupakan ciri khas dari tumbuhan kaktus. Jenis-jenis yang mempunyai daun akan segera gugur apabila batangnya telah menjadi tua dan tak mempunyai zat warna hijau daun lagi. Batang ini akan mengambil alih fungsi daun, karenanya itu warnanya hijau. Bentuknya bermacam-macam ada yang silindris, pipih, bulu rata atau bercelah-celah. Pada tanaman kaktus yang berumur pendek akarnya serabut dan tersebar luas di tanah lapisan atas. Tapi untuk kaktus yang berumur tahunan akarnya panjang untuk mencari air. Ciri khusus tanaman kaktus adalah adanya jaringan penyimpanan air untuk cadangan persediaan air.
     3.  Morfologi Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Enceng gondok merupakan tanaman yang hidup pada lingkungan dengan ketersediaan air yang berlebih (hidrofit). Struktur yang khas bagi tanaman hidrofit adalah tidak beragam dibandingkan dengan jenis  tanaman yang lain. Hal ini karena air merupakan habitat yang homogen. Ciri khas tanaman hidrofit adalah rongga udara pada organ vegetatif tumbuhan (aerenchym). Faktor utama yang mempengaruhi tanaman air adalah suhu udara, dan konsentrasi serta susunan garam dalam air. Habitat tumbuhan enceng gondok terdiri atas tiga bagian yaitu helaian daun (lamina), tangkai daun (petide) dan akar dengan kantong akar (root pocket). Daun pada tanaman enceng gondok berbentuk bulat atau hampir bulat, tebal, permukaan pada kedua sisinya (atas dan bawah) halus. Tangkai daun membengkok dan membentuk jaringan spon yang menjadi organ pengapung tumbuhan, bagian ini merupakan bagian yang khas dalam enceng gondok (tanaman hidrofit) karena tanaman yang selain hidrofit tidak terdapat bagian ini. Percabangan pada tanaman dengan stolon, sedangkan perakarannya merupakan akar serabut dan berbulu yang berfungsi untuk menangkap unsur hara yang terlarut dalam air.
B.  Pengamatan Secara Anatomis
1.      Anatomis Jagung (Zea mays)
Terdapat sel kipas yang merupakan salah satu ciri khas dari daun jagung. Sel jagung berperan dalam gerak daun yang menggulung ke dalam. Pengkerutan secara diferensial pada jaringan lain, penyebaran sklerenkim, dan kekuatan kohesi diantara jaringan, juga turut berperan dalam penggulungan dan pelipatan daun. Sel kipas juga mempunyai fungsi untuk mengurangi penguapan.
Trikoma merupakan bagian yang menjorok ke batas prmukaan daun. Kutikula pada daun jagung tipis bergantung pada kadar air yang diterima. Epidermis atas terletak di bawah kutikula. Mesofil mengandung banyak kloroplas yang tersebar diseluruh pembuluh yang digunakan dalam penentuan fotosintesis. Dalam daun juga ditemukan berkas pengangkutan yang belum terdeferensiasi yang berada diantara mesofil. Berkas pengangkutan mempunyai dua bagian yaitu xylem dan floem. Stomata pada jagung tidak tersembunyi, namun terletak di permukaan atas atau permukaan bawah daun.
2.      Anatomis Kaktus (Opuntia vulgaris) 
Kutikula kaktus tebal karena kurang mendapatkan senyawa nitrogen dan atau air dalam tanah. Stomata tersembunyi, yaitu pada dasar cekungan permukaan daun yang memiliki rambut. Rambut ini sering ditemukan pada kaktus. Epidermis terletak dibawah kutikula dan tersebar di seluruh daun kaktus. Air diangkut tidak hanya melalui berkas pembuluh dan perluasannya, melainkan juga oleh sel mesofit dan epidermis, misalnya mengangkut air menuju  epidermis berlangsung lebih sering dalam jaringan tiang daripada lewat jaringan spons. Jaringan palisade pada kaktus berkembang  karena pengaruh cahaya matahari terik dan adanya hambatan aliran air akibat berkurangnya air. Jaringan ini tersebar di seluruh daun yang terletak di bawah epidermis. Ruang sel antar sel pada daun kaktus lebih kecil daripada volume pada daun mesofil. Daun yang tampak succulent memiliki jaringan penyinaran air yang terdiri atas sel besar dengan vakuola yang besar mengandung cairan vakuola encer atau kental dan berlendir. Jika sel kekurangan air, maka sel akan memperolehnya dari jaringan penyimpangan air. Akibatnya sel berdinding tipis penyimpangan air itu mengkerut, namun bila keadaannya menguntungkan sel akan segera kembali ke stadium semula.
3.      Anatomis Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Pada penampang melintang enceng gondok terdapat kutikula yang sangat tipis seperti juga pada dinding selnya. Letak kutikula pada bagian atas daun. Epidermis atas berada di bawah lapisan kutikula, dan tersebar luas pada daun . Stomata terletak pada daun yang mengapung , dan bagian atas rongga stomata berada di sel – sel epidermis serta di sel–sel jaringan palisade. Letak berkaitan dengan lingkungan air yang ada dalam tubuh tanaman ini, sedangkan jaringan palisade yang banyak mengandung kloroplas. Di jaringan palisade ini proses fotosintesis terjadi. Sifat struktur yang palin menonjol pada daun tanaman air adalah berkurangnya jaringan penyokong dan pelindung, berkurangnya jumlah jaringan angkut : terutama xylem, dan terdapat banyak rongga udara.
Ciri khas dari tanaman enceng gondok adalah terdapat aerenchym yang merupakan ruang antara sel yang terdapat di seluruh permukaan daun yang dapat diamati di bawah mikroskop, tetapi juga terdapat dalam batang. Rongga–rongga tersebut dipisahkan oleh sekat pemisah yang terdiri dari 1-2 lapisan sel berkloroplas. Pemisah atau diafragma terdapat pada rongga yang memanjang. Epidermis pada daun enceng gondok sering memiliki kloroplas yang berfungsi dalam proses fotosintesis. Bulatan yang di dalamnya tampak pekat disebut stomata. Stomata berfungsi dalam penguapan air dan pertukaran gas pada tanaman enceng gondok.


VI. KESIMPULAN
1.      Pada dasarnya adaptasi yang dilakukan adalah untuk memperoleh keseimbangan dalam tubuh  sehingga mampu bertahan dalam kondisi tertentu.
2.      Bentuk-bentuk adaptasi tanaman dapat berupa adaptasi morfologis yang tampak dari luar dan adaptasi anatomis yang menyangkut perubahan dari sistem tubuh tanaman itu.
3.      Berdasarkan kondisi air,tanaman dibedakan menjadi tanaman hidrofit, mesofit, dan xerofit.
4.      Tanaman mesofit yaitu tanaman yang hidup di daerah cukup air, misalnya tanaman jagung (Zea mays) ,memiliki batang kecil, daun panjang, daun tidak terlalu lebar, dan adaptasi anatomis yang khas berupa adanya sel kipas.
5.      Tanaman xerofit yaitu tanaman yang hidup di daerah kering, misalnya tanaman kaktus (Opuntia vulgaris), berdaun kecil dan tebal, berakar panjang, dan permukaannya di lapisan lilin, sedangkan adaptasi anatomis yang khas berupa jaringan penyimpan air.
6.      Tanaman hidrofit yaitu tanaman yang hidup dalam kondisi basah/banyak air misalnya enceng gondok (Eichornia crassipes), memiliki kemampuan adaptasi dengan daun yang lebar, stomata relatif besar, dan terdapat rongga aerenchym.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Adaptasi Tumbuhan terhadap Kondisi Lingkungan. . Diakses pada tanggal 13 Mei 2012.

Fahn, A. 1990. Plant Anathomy. 4th edition. Pergaman Press, New York.

Leopald, A.C. 1990. Plant Anathomy 4th Edition. Pergamas Press, New York.

Haryanti, S. 2009. Leopald, A.C. 1964. Plant Growth and Development. Mc. Graw Hills Book, London. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi 10 : 30-31.

Kimball, J. 1965. Biology. Wesley Publishing Company, Massachusetts.

Muhuria, L., K. N. Tyas, dan N. Ida. 2006. Adaptasi tanaman kedelai terhadap intensitas cahaya rendah : karakter daun untuk efisiensi penyerapan cahaya. Jurnal Buletin Agronomi 34 : 133-134.

Wirosoedarmo, R. 2006. Model stimulasi tentang prediksi ketersediaan air untuk pertumbuhan hasil jagung (zea mays) pada lahan kering : Agrivita 16 : 20-21








Tidak ada komentar: