PERBANYAKAN
VEGETATIF
I. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar
perbanyakan tanaman secara vegetatif
2. Mengusai teknik-teknik
perbanyakan tanaman secara vegetatif
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perbanyakan
tanaman dalam dunia pertanian dapat dilakuakan dengan dua cara yaitu secara
generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif merupakan perbanyakan tanaman
menggunakan biji, dimana biji merupakan hasil peleburan dari gamet jantan dan
gamet betina. Sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan
dengan menggunakan bagian tanaman. Perbanyakan vegetatif sendiri dibedakan
menjadi dua cara, yaitu perbanyakan vegetatif alami dan perbanyakan buatan
(Martin, 2000).
Perbanyakan
vegetatif alami meliputi stolon, rizoma, kormus, bulbus, tuber. Sedangkan
perbanyakan vegetatif buatan meliputi stek, merunduk, cangkok, menyambung dan
okulasi. Stolon merupkan perbanyakan tanaman secara alami dimana bagian batang
(tunas sisi) yang tumbuh memanjang horisontal pada permukaan tanah, contohnya
kacang babi (Desmodium intortum) dan
stroberi (Fragaria sp). Rhizoma
merupakan batang yang muncul dari tunas sisi dan tumbuh memanjang horisontal di
dalam tanah. Contohnya bunga tasbih (Canna
hibrida) dan rumput teki (Cyperus
rotundus). Sedangkan kormus yaitu bagian batang yang pendek membengkak,
mengandung cadangan makanan, tidak menjalar dan selalu terdapat di dalam tanah,
contohnya gadung (Dioscorea hispida)
dan talas (Colocasia esculenta).
Bulbus yaitu perbanyakan tanaman dimana batang yang pendek dikelilingi oleh
berlapis-lapis daun tebal dan cadangan makanan, disebut juga umbi lapis.
Perbanyakan tanaman secara tuber terjadi ketika batang yang membengkak,
terdapat didalam tanah dan banyak mengandung cadangan makanan, contohnya
kentang (Ashari, 1995).
Perbanyakan
vegetatif buatan meliputi stek, merunduk, cangkok, menyambung, okulasi. Stek
digunakan untuk memperbanyak tanaman dengan cara mengembangkan suatu tumbuhan
dari potongan-potongan cabang atau batang yang ditancapkan ke tanah. Merunduk
yaitu perbanyakan dengan merendahkan cabang batang suatu tumbuhan sehingga
menyentuh permukaan tanah. Selain itu, juga terdapat cara cangkok dimana
terjadi pengelupasan sebagian kulit secara melingkar pada cabang batang
kemudian dibalut oleh tanah (media lain), diikat, dan dibiarkan untuk waktu
tertentu sampai tumbuh akar. Cara lain dengan menyambungkan dua macam tanaman
sejenis, misalnya singkong biasa dengan singkong karet. Okulasi juga dapat digunakan untuk
perbanyakan tanaman dengan menggabungkan dua tanaman yang berbeda dengan jalan
menempelkan sepotong kulit pohon yang bermata tunas dari batang atas pada kulit
pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman baru
(Rochiman dan Jadi, 1973).
Dibandingkan
dengan cara perbanyakan lainnya yang vegetatif, stek merupakan perbanyakan
tanaman yang lebih ekonomis, lebih mudah dan tidak memerlukan ketrampilan
khusus dan cepat dipelajari. Cara stek kurang menguntungkan jika bertemu dengan
kondisi tanaman yang sukar berakar. Akar yang baru terbentuk tidak tahan stress
lingkungan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru.
Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu
sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang
mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai
zat pengatur tumbuh. Selain itu faktor genetik juga merupakan faktor intern
(Widiasih et al., 2008).
Untuk
memperbanyak tanaman dengan stek, tanaman sumber seharusnya mempunyai
sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama atau penyakit. Selain itu,
manipulasi terhadap lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting
dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi. Kondisi lingkungan dan status
fisiologi yang penting bagi tanaman sumber diantaranya adalah status air,
temperatur, chaya, dan kandungan karbohidrat. Pada status air, stek lebih baik
ditumbuhkan pada suhu 12O C hingga 27O C. Cahaya terdiri
dari durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung
pada jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi
cahaya yang tepat. Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan stek yang
masih ada pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi
translokasi karbohidrat (Bahrum et al.,
2005).
Bahan
awal perbanyakan stek daun yang dapat digunakan berupa lembaran daun. Bahan
awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman lain yang baru. Akar
dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer dan
sekunder. Pada stek batang bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek
batang dikelompokan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman, yaitu
berkayu keras, semi berkayu, dan herbaceous. Selain itu perbanyakan tanaman
dapat dilakukan dengan grafting dan budding. Grafting / penyambungan adalah seni menyambungkan dua jaringan
tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta
berkembang sebagai suatu tanaman gabungan. Sedangkan budding adalah salah satu bentuk grafting, dengan ukuran batang tereduksi menjadi hanya terdiri atas
satu mata tunas (Hartmann et al.,
1997).
Penyambungan atau
grafting adalah cara memperbanyak tanaman dengan menyatukan dahan tanaman satu ke
tanaman yang lain dan tumbuh menjadi satu tanaman. Budding merupakan salah satu
bentuk grafting, dimana tanaman induk merupakan bagian kulit kecil dari kulit
pohon yang mengandung satu mata tunas ( Adriance dan Brinson, 1955 ).
Metode okulasi yang
digunakan tergantung pada jenis batang bawah dan pemilihan penanaman. Okulasi
dengan cara huruf T atau penyambungan sisi yang dapat digunakan sebagai batang
bawah adalah tanaman yang pertumbuhan cepat. Tanaman yang pertumbuhannya lambat
atau batangnya kasar lebih susah penyambungannya dengan cara okulasi (Chang dan
Petersen, 2003).
Pada tanaman salah satu faktor yang menentukan
cepat lambatnya pembentukan akar adalah umur tanaman. Turus pada pohon pada
fase juvenile (remaja) akan berakar lebih mudah dibandingkan dengan turus dari
pohon dewasa. Hal ini antara lain disebabkan karena kandungan auksin endogen
lebih tinggi pada fase juvenile (Leopold dan Kriedemann, 1975)
III. METODOLOGI
Praktikum
Dasar-dasar Agronomi Acara I yang berjudul Perbanyakan Vegetatif yang
dilaksanakan pada hari Selasa, 12 April 2011 di Laboratorium Manajemen dan
Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan adalah pisau okulasi, plastik
pembungkus, tali rafia, label / etiket gantung dan alat tulis. Bahan-bahan yang
digunakan antara lain tanah, tanaman Codiaeum
variegatum (puring), tanaman Sanciviera
sp. (Lidah mertua) dan Citrus sp.
(Jeruk).
Kegiatan
yang dikerjakan pada acara ini hanya penyambungan pucuk, stek batang, stek daun
dan mencangkok. Pada penyambungan pucuk, dipilih dua jenis tanaman Codiaeum variegatum yang cabangnya sama
besar, yang berdaun kecil untuk scion dan yang berdaun lebar untuk stock.
Dipotong bagian pucuk scion 10-15 cm tergantung besarnya cabang. Daun scion
dikurangi dan bagian pangkal scion dipotong membentuk huruf ‘V’ atau membentuk
baji. Stock ke bawah sepanjang 1-2 cm dibelah tergantung besarnya cabang. Scion
disisipkan kedalam stock, kemudian mengikatnya dengan tali. Dibungkus dengan
plastik untuk mengurangi transpirasi pada scion. Pada stek daun disiapkan daun
tanaman Sanciviera dan media tanah.
Tanaman tersebut daunnya dipotong menjadi tiga bagian (ujung, tengah, dan
pangkal). Bagian stek daun tersebut ditanam ke dalam media yang telah
disiapkan. Tanah disiram untuk mempercepat pertumbuhan. Pada stek batang
dipilih bagian tanaman yang akan dijadikan bahan stek dengan panjang kira-kira
10-15 cm dengan menyisakan satu daun saja. Bagian pangkalnya dipotong dengan
sudut kemiringan 45O. ukuran luas daun dikurangi dengan memotongnya
hingga tinggal setengah bagian. Bahan stek dicelupkan ke dalam larutan zat
pengatur tumbuh (ZPT) IBA 4000 ppm selama lima detik (concentrated dip method),
untuk perlakuan dengan ZPT, dicelupkan bahan stek ke dalam air. Media tanam disiapkan
dan dimasukkan ke dalam sungkup. Tanaman dipelihara dengan menjaga agar media
tanam selalu berada pada kapasitas lapangan. Sungkup harus selalu dalam keadaan
tertutup rapat. Keberhasilan penyetekan diperiksa setelah satu bulan. Stek yang
hidup ditandai dengan tumbuhnya tunas daun dan munculnya akar. Bandingkan
pengaruh pemberian ZPT terhadap
keberhasilan stek, dengan variabel panjang akar dan panjang tunas. Pada proses
mencangkok, cabang yang dewasa dan bagus dipilih untuk dicangkok. Sayatan
dibuat pada kulit sekeliling cabang sepanjang 4-5 cm. Kulit sayatan tersebut
dibuang hingga kelihatan kayunya,
kambium dibersihkan. Plastik dan tali rafia disiapkan, kemudian plastik
diikatkan pada bagian bawah sayatan, sehingga tali berada di dalam plastik.
Tanah dimasukkan ke bagian sayatan dan mengikat bagian atasnya. Cangkokan
disiram agar tidak kering.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar