A.
PENDAHULUAN
Perkembangan kelompok
tani di Indonesia telah lama ada sebagai lembaga komunikasi antar petani dalam
menjalankan aktifitasnya. Secara teoritis kelompok tani diartikan sebagai
kumpulan petani yang terikat secara informal atas dasar kepentingan dan
keserasian bersama dalam usaha tani.
Kementerian Pertanian mendefinisikan kelompok tani sebagai kelompok
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kondisi lingkungan
(sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota. Idealnya, kelompok tani dibentuk oleh dan untuk
petani, guna mengatasi masalah bersama dalam usaha tani serta menguatkan usaha
tawar petani, baik dalam pasar sarana maupun dalam pasar produk pertanian.
Organisasinya bersifat non-formal namun sangat kuat, karena dilandasi kesadaran
bersama dan azas kekeluargaan (Anonimus, 2009).
Demikian juga diseminasi teknologi
pertanian kepada petani akan lebih efisien jika
dilakukan pada kelompok tani, karena dapat menjangkau petani yang lebih banyak dalam satuan waktu tertentu. Karena kelompok tani dianggap sebagai organisasi yang efektif untuk memberdayakan petani, meningkatkan produktivitas,
pendapatan, dan kesejahteraan petani dengan
bantuan fasilitasi pemerintah melalui program
dari berbagai kebijakan pembangunan pertanian,
maka perlu dikaji pula perannya dalam
mempercepat penerapan teknologi.
B.
PERANAN KELOMPOK TANI DALAM MEMASYARAKATKAN TEKNOLOGI PERTANIAN DI INDONESIA
1. Faktor
Yang Mempengaruhi Terbentuknya Kelompok Tani Di Indonesia
Ide awal pembentukan kelompok tani,
selain untuk mempermudah pelaksanaan program Insus, juga untuk meningkatkan posisi tawar petani melalui pembelian input kolektif untuk menjadi lebih efisien, melakukan sinkronisasi sistem tanam, pengendalian hama bersama, serta
pemasaran produk secara kolektif. Semua
kegiatan penyuluhan dan promosi dari program pemerintah
diberikan kepada kelompok. Pada tahun1987 pemerintah
Indonesia meluncurkan program Supra Insus,
dimana intensifikasi dilakukan atas dasar
kerjasama antar kelompok tani dalam hamparan
yang sama. Beberapa kelompok tani kemudian
digabung dalam satu wadah kerjasama, yaitu
Gabungan Kelompok Tani, disingkat dengan
Gapoktan. Namun disayangkan adanya perubahan
paradigma kelompok tani dari kelompok sosial
menjadi kelompok formal yang kemudian
berkembang menjadi kelompok tugas (task
groups). Tujuan utama pembentukan kelompok
tani adalah untuk mempermudah pelaksanaan program-program pemerintah, seperti
penyaluran pupuk bersubsidi,penyuluhan pertanian,dan program lainnya (Darajat,
2011).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terbentuknya kelompok tani di Indonesia antara lain :
a. Kurang eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya
kepemimpinankelompok.
b. Kurang terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa
kerjasama antar petani.
c. Kurang cepatnya proses perembesan (difusi) penerapan
inovasi (teknologi) baru.
d. Kurang naiknya kemampuan rata-rata pengembalian
hutang (pinjaman) petani.
e. Kurang meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan
masukan (input)maupun produk yang dihasilkan.
f. Kurang dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta
pengawasan oleh petani
2.
Fungsi Kelompok Tani
Fungsi kelompok tani antara lain sebagai berikut:
a.
Kelompok tani merupakan wadah belajar
mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih
sejahtera.
b.
Kelompok tani merupakan tempat untuk
memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar
kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha
taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan,
c. Usaha
tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara
keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan
untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas
maupun kontinuitas.
3. Kendala
Kelompok Tani Dalam Pembangunan Teknologi Pertanian di Indonesia
Etos kerja dan profesionalisme pengurus
kelompok tani yang masih rendah dalam mengelola organisasi menjadi kendala dalam memajukan kelompok tani. Yani (2009) mengungkapkan bahwa rendahnya kesadaran anggota
kelompok untuk mempertahankan kelompoknya agar
tetap utuh dan solid, merupakan kendala yang
sering dihadapi oleh suatu kelompok. Pemberdayaan petani menjadi sangat penting dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa-masa yang akan datang. Pemberdayaan petani akan mengarah pada kemandirian petani dalam berusaha tani. Kemandirian petani dapat ditumbuhkembangkan dalam suatu kegiatan kelompok. Dalam penyuluhan pertanian, pendekatan kelompok merupakan metode yang efektif digunakan. Berikut adalah Kendala
awal kelompok tani di indonesia adalah sebagai berikut:
a. Sangat
sulit menghadirkan petani dalam setiap pertemuan
b. Tingkat
kepercayaan petani kepada pengurus sangat rendah, hal ini berdasarkan
pengalaman-pengalaman sebelumnya
c. Motivasi
petani berkelompok adalah menerima bantuan, menghabiskan dan menunggu lagi
bantuan
d. Rata-rata
petani adalah petani penggarap sehingga keadaan ekonominya pas-pasan
e. Ketergantungan
petani terhadap rentenir sangat tinggi
4. Peran
Kelompok Tani Dalam Penerapan Teknologi Pertanian di Indonesia
Teknologi yang diintroduksikan kepada
kelompok merupakan pengungkit (leverage) dimensi infrastruktur dan teknologi kelompok, namun kelompok tani bukan merupakan leverage dimensi hukum dan kelembagaan (Suyitman et al., 2009). Pada umumnya pengaruh penggunaan teknologi baru terhadap peningkatan produktivitas tidak diragukan lagi, misalnya produktivitas meningkat dengan pesatnya adopsi benih unggul (Gunawan et al., 1989, Soentoro, 1989). Kelangkaan relatif suatu sumber daya terhadap sumber daya lain membimbing masyarakat untuk menciptakan teknologi baru, artinya lembaga pasar yang menentukan arah dan laju perkembangan teknologi. Campur tangan dari pemerintah terhadap lembaga pasar selalu ada menurut norma yang dianut dan tujuan tertentu yang hendak dicapai dalam arah dan laju pengembangan teknologi (Gunawan et al.,1989).
Berbagai teknologi pertanian seperti:
pengaturan waktu tanam, pergiliran jenis tanaman dan varietas, tata air, pengendalian organisme pengganggun tanaman (OPT), konservasi tanah dan air, dan sebagainya hanya efektif diterapkan jika dilakukan bersama-sama oleh anggota kelompok tani. Sebab, jika hanya dilakukan oleh petani secara individu, tanpa ada konsolidasi dengan petani lain, tidak akan memberikan hasil yang diharapkan (Muis et al. 2008).
Kelompok tani yang ada saat ini
menunjukkan banyak peran penting dalam penyelenggaraan program pembangunan pertanian. Pembentukan Sarjana Membangun Desa sebagai pendamping kelompok tani ternak menunjukkan hasil yang cukup baik. Kelompok tani yang memperoleh bantuan selain menjalankan program pemerintah juga melakukan percobaan pola pemberian pakan pada ternak dengan bahan yang tersedia di sekitar lokasi
setempat. Kelompok tani ternak menjadi lebih
komersial dengan mengusahakan pembuatan pupuk organik berbahan baku limbah padat dan cair ternak. Selain melakukan pembuatan
pupuk organik, kelompok tani ternak juga
mengaplikasikan instalasi biogas, sehingga
kelompok tani ternak mendapat tambahan
pendapatan dan penurunan biaya operasional
rumah tangga. Bahkan peternak yang berprofesi
sebagai petani dapat mengintegrasikan usahatani dengan ternak dengan cara
memanfaatkan pupuk organik untuk tanaman dan
memberi pakan ternak dari limbah tanaman. Pola
ini sudah banyak diadopsi dan diduplikasi di
berbagai wilayah Indonesia. Artinya, kelompok
tani berperan pula dalam memajukan teknologi
dari yang bersifat sederhana sampai yang
komplek.
Kemajuan teknologi itu penting, namun
lebih penting lagi jika diperoleh dari hasil penelitian. Teknologi dan penelitian tidak dapat dilepaskan dalam proses produksi, karena keduanya merupakan faktor produksi dalam perkembangan sektor pertanian secara agregat. Umpan balik dari petani
anggota kelompok yang mengadopsi teknologi
merupakan masukan yang baik untuk penelitian
teknologi selanjutnya. Karena dalam proses
alih dan adopsi teknologi, tidak ada suatu
teknologi pun yang cocok diterapkan di semua
lokasi dan memberi hasil memuaskan, sehingga
perlu penyuluhan untuk membawa hasil-hasil
penelitian dan teknologi terbaru kepada
kelompok yang lain. Hal ini penting untuk
menghindari resiko awal adopsi tetapi juga
tidak terlambat dalam menangkap peluang pasar
(Hutabarat, 1999).
Efektivitas penggunaan teknologi di
tingkat petani melalui pemberdayaan kelompok secara
partisipatif berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan luas panen, misalnya kasus
teknologi kincir air non tradisional dalam mendukung program swasembada pangan
di Sumatera Barat (Putri dan Pamekas, 2011).
Dewasa ini, dimana isu perubahan iklim hangat dibicarakan oleh banyak kalangan, keterlibatan kelompok tani sebagai pelaku di lapangan yang berhadapan langsung dengan risiko dan dampak negatif perubahan iklim harus diperhatikan. Pembentukan forum diskusi iklim akan
mampu merevitalisasi lembaga-lembaga terkait
(penelitian, penyuluhan) serta kelompok tani. Informasi dari kelompok tani diharapkan dapat memberi informasi iklim yang berkualitas baik, karena bersumber dari pihak yang berkepentingan (Pasaribu, 2007). Artinya, teknologi juga dapat diciptakan berdasarkan masukan dari petani atau kelompok tani berdasarkan pengalaman,sehingga menjadi
referensi peneliti untuk mengembangkan
teknologi yang ada guna mengantisipasi kejadian di masa mendatang dengan lebih
baik.
Kelompok tani Sedyo Rukun adalah sebuah organisasi yang berjalan
di bidang pertanian khususnya, sehingga dapat disebut dengan kelompok tani.
Sedyo Rukun merupakan kelompok tani yang bertempat di Dusun Sumuran,Desa
Kemadang,Kecamatan Tanjungsari,Gunungkidul ini berdiri pada tanggal 10 Mei 1998
dengan jumlah anggota mencapai 172, kelompok tani ini di ketuai oleh Bpk. Pujo
Suwarno, beliau adalah pendiri sekaligus pengontrol jalanya kelompok tani ini.
Dalam perkembanganya kelompok tani ini telah banyak melakukan inovasi-inovasi
pertanian yang sangat membantu petani dalam melakukan cocok tanam khususnya
dalam menggunakan teknologi pertanian, hal itu diwujudkan dengan mempelopori penggunaan traktor sawah
untuk membajak, seperti diungkapkan oleh Bpk Pujo Suwarno, bahwasanya dulu
masyarakat masih memanfaatkan tenaga kerbau/sapi untuk membajak sawah, namun
hal itu memakan waktu yang lama apalagi dengan sistem pergiliran, sehingga
petani yang mendapat jatah terakhir pastinya kesulitan dalam mendapatkan benih
maupun telat dalam penanaman dan hal itu dikeluhkan oleh banyak petani, maka
dari itu kelompok tani Sedyo Rukun bekerja sama dengan pemerintah setempat
akhirnya dapat menggunakan traktor untuk membajak sawah,dan hasilnya pun tidak
kalah dengan hasil bajakan tradisional(kerbau/sapi) dan waktunya pun lebih
efisien.
Peranan kelompok
tani ini untuk memasyarakatkan teknologi pertanian tidak hanya di wujudkan
dengan adanya traktor namun juga alat perontok padi yang sudah mulai
menggunakan mesin walaupun hal itu belum banyak digunakan oleh para petani
karena alasan yang mahal untuk menyewa alat tersebut, namun setidaknya petani
telah mengetahui tentang adanya alat tersebut, Bapak Pujo Suwarno menambahkan
bahwa peranan kelompok tani saat ini sangat vital untuk kalangan petani
terutama dalam hal teknologi pertanian, beliau memberikan contoh tentang proses
pemasaran yang saat ini belum banyak diketahui oleh para petani namun dengan
adanya teknologi petani-petani yang tergabung dalam anggota maupun tidak dapat
mengetahui harga pasar seperti harga gabah,maupun harga jual kacang dan hal
tersebut memberikan efek yang positif terhadap perkembangan petani di daerah
tesebut khususnya selain itu beliau juga sangat mendukung terciptanya banyak
kelompok tani yang terbentuk yang salah satunya mempunyai tujuan
memasyarakatkan teknologi pertanian, untuk itu beliau mengharapkan banyak
generasi muda yang bergerak di bidang pertanian khususnya karena beliau merasa
saat ini banyak pemuda yang enggan untuk beralih ke pertanian dan lebih memilih
ke bidang lain, padahal sebetulnya pertanian memiliki prospek yang cerah dan
masih banyak di butuhkan untuk saat ini dan masa yang akan datang.
C. KESIMPULAN
Kelompok tani di Indonesia saat ini
tidak lagi dibentuk atas inisiatif petani dalam memperkuat diri, melainkan kebanyakan merupakan respon dari
program-program pemerintah yang mengharuskan petani berkelompok. Program-program bantuan pemerintah seperti: penyaluran pupuk bersudsidi, penyuluhan teknologi pertanian, kredit usahatani bersubsidi, dan
program-program lain disalurkan melalui
kelompok tani atau gabungan kelompok tani
(Gapoktan). Oleh karena itu, petani yang ingin
mendapat fasilitas bantuan program pemerintah
harus menjadi anggota kelompok. Kelompok tani
juga memainkan berbagai peran, diantaranya sebagai forum belajar berusaha tani dan berorganisasi, wahana kerjasama,
dan unit produksi usahatani. Selain itu,
kelompok tani juga berperan dalam memberi
umpan balik tentang kinerja suatu teknologi,
sehingga menjadi bahan evaluasi untuk
perbaikan lebih lanjut oleh peneliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar