Sabtu, 22 November 2014

MENGENAL ORGANISME HAMA TANAMAN

ACARA I
MENGENAL ORGANISME HAMA TANAMAN

I.                   PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Para petani dalam setiap kegiatan pertaniannya selalu akan berhadapan dengan berbagai hama tanaman, yang keadaan atau kemampuan berkembangnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan.  Hama itu sendiri merupakan organisme yang mampu merusak dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian pada kegiatan budidaya tanaman.  Sebelum menganalisis dan menangani hama yang mengganggu tanaman kita, maka perlu dipelajari morfologi (bentuk luar), anatomi (susunan alat-alat tubuh), dan biologi hama termasuk cara hidup, berkembangbiak, ataupun perilakunya.

Hama menjadi masalah karena merusak tanaman dengan cara makan, bertelur, berkepompong, berlindung, atau bersarang tergantung spesiesnya. Hama melukai tanaman, menyebabkan kerusakan, mengurangi hasil panen, mengurangi pendapatan petani, dan akhirnya mengurangi kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor yang menentukan pentingnya suatu hama adalah potensi atau kemampuan merusak hama tersebut sehingga sangat penting kita mempelajari ataupun kita kenali bagaimana siklus hidup dari ciri fisik termasuk morfologi, anatomi maupun biologi hama, sehingga diharapkan kita dapat mengidentifikasikan atau mengenal beberapa jenis hama yang ada di lapangan yang kaitannya pada bagaimana cara ia merusak sehingga dianggap sebagai hama.

  1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengenal jenis-jenis hama tanaman berdasarkan takson dan ciri morfologi.



II.                TATA CARA PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman  acara 1 tentang Mengenal Organisme Hama Tanaman, dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 Maret 2013 di laboratorim Entomologi Terapan, Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan berupa preparat awetan dari komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan preparat awetan hama pasca panen. Spesimen-spesimen awetan tersebut terdiri dari  filum Gastropoda (bekicot dan keong mas), Chordata (tikus, tupai, dan burung), Nemathelminthes (Nematoda) dan Arthopoda (kupu-kupu dewasa, kumbang, belalang, wereng penggerek batang, kumbang,dan tungau). Kemudian diamati dan di gambar semua spesimen tersebut misalnya tipe mulut, jumlah kaki, ada tidaknya kuku dan sebagainya.



III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.  Arthropoda
1.    Kupu-Kupu (Delias hyparete)
 








                                                                                                          
              (http://dwiwijayanti98.blogspot.com/)       ( http://heavenshround.blogspot.com
                                                                                     /2012/06/metamorfosis-belalang-
                                                                                    dan-kupu-kupu.html)

Kupu-kupu merupakan jenis hama yang masuk ke dalam filum Artropoda, kelas Insecta dan ordo Lepidoptera. Kupu-kupu dikenal sebagai hewan penyerbuk, yang membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Sehingga bagi petani, dan orang pada umumnya, kupu-kupu ini sangat bermanfaat. Pada pihak yang lain, berjenis-jenis ulat diketahui sebagai hama yang rakus. Bukan hanya tanam-tanaman semusim yang dimangsanya, namun juga pohon buah-buahan dan pohon pada umumnya dapat habis digunduli daunnya oleh ulat dalam waktu yang relatif singkat. Banyak jenis ulat terutama dari jenis-jenis ngengat yang menjadi hama pertanian yang serius (Anonim, 2011).
Morfologi yakni memiliki tipe mulut penghisap (dewasa), mempunyai sepasang antenna, kaki tiga pasang, mata majemuk, dua pasang sayap dimana sayap depan lebih panjang daripada sayap belakangnya. Kepala kupu-kupu biasanya globular, daerah adfrontal biasanya ada, mulut terarah ke bawah, alat pemintal ada dekat ujung labium. Pasangan sayapnya berupa selaput yang tertutup oleh sisik. Mata majemuk sangat menyolok. Kupu-kupu merupakan metamorfosis sempurna, fasenya dimulai dari telur – larva (cenderung berbentuk seperti cacing) – kepompong atau pupa – dewasa (imago). Pada larva kupu-kupu dua, tiga, atau lima pasang kaki pelengkap dengan sabit yang halus, lebih dari satu pasang mata sederhana  (Triharso, 2004).



2.      Belalang  (Valanga Nigricornis)
 








                       
(http://adearisandi.wordpress.com      
/2012/02/28/metamorfosis-belalang/)  
 









(http://viraislamiyati.blogspot.com/2012/09/
hewan-metamorfosis-yg-sempurna-tidak.html)                         
Belalang merupakan jenis hama yang masuk ke dalam filum Artropoda, kelas Insecta dan ordo Orthoptera. Belalang mempunyai tipe mulut penggigit dan pengunyah. Belalang memakan daun tanaman dan mengurangi luas permukaan daun. Belalang dewasa biasanya memakan bagian tepi, sementara nimfa muda memakan diantara tulang-tulang daun dan membuat lubang pada daun. Kerusakannya biasa tidak serius, tetapi sangat berarti dalam mengurangi luas permukaan daun. Lebih-lebih bila penyerangannya besar (Gallagher, 1991).
Perkembangan belalang yaitu dengan metamorfosis setengah sempurna, fasenya dimulai dari telur – nimfa (segmen terestrial/naiad (bentuk akuatik) – tumbuh melalui seri bentuk. Periode dari seri satu ke seri berikutnya disebut instar – dewasa (imago). Belalang memiliki sayap empat, pasangan yang dimuka menebal, pasangan belakang lebih besar dan melipat seperti kipas waktu mengaso. Sepasang cerci terdapat pada ujung abdomen (Triharso, 2004).

3.      Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
 









(http://tumpalsilali.wordpress.com/2011/04/)        (http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x                                                                  biologi/struktur-jaringan-tubuh-dan-peranan-
                                                                              insekta/)
Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) merupakan jenis hama yang masuk ke dalam filum Artropoda, kelas Insecta dan ordo Hemiptera. Wereng coklat ini  menyerang tanaman padi pada bagian batangnya. Ciri fisik/ morfologinya yakni mempunyai panjang badan sekitar 3-4 mm, bagian punggungnya terdapat tiga buah baris yang samar-samar, tipe mulutnya pencucuk penghisap, dengan dua pasang sayap, mempunyai antenna dan tiga pasang kaki. Wereng coklat merupakan  metamorfosis setengah sempurna, fasenya dimulai dari telur – nimfa – tumbuh melalui seri bentuk. Periode dari seri satu ke seri berikutnya disebut instar – dewasa (imago) (Triharso, 2004).
Wereng coklat betina bertelur sebanyak 200 – 700 butir yang diletakan dalam pelepah daun atau sepanjang urat tengah dan menetas dalam 5 – 9 hari. Panjang nimfa 0,6 – 3 mm. Nimfa mengalami 5 instar dalam waktu 12 – 18 hari, berwarna coklat muda sampai tua. Wereng coklat ada dua macam, yaitu wereng coklat yang sayapnya pada waktu istirahat menutupi seluruh tubuh disebut macropterous, sedangkan wereng yang sayapnya pendek disebut  brachypterous. Alat penghisap (stylet) tersebut untuk mengisap cairan dari jaringan floem tanaman padi. Wereng coklat mengeluarkan kotoran manis mengandung gula yang disebut embun madu (honeydew). Hidup wereng coklat ini sekitar 3 minggu. Dalam satu tahun mungkin ada 4 atau lebih generasi (Pracaya, 2008).



4.      Kumbang ( Coleoptera)
 










(http://adearisandi.wordpress.com/2012/09/02/kumbang-tanduk/)
 









(http://en.wikipedia.org/wiki/Beetle)                          
Kumbang dimasukkan dalam klasifikasi filum Arthropoda, kelas Insekta, ordo Coleoptera, famili Scarabaeidae. Morfologi hama ini adalah telur berbentuk lonjong, panjang sekitar 3-3,5 mm, lebar 2 mm, berwarna putih, lama stadium 11-13 hari. Larva, panjangnya sekitar 7-8 mm, berwarna putih, bentuk badannya bengkok, bagian ujung abdomen membentuk kantong badan, ditumbuhi rambut-rambut pendek, lama stadium 2-4 hari. Kepompong, panjang sekitar 45-50 mm, lebar 22 mm, berwarna coklat, pada bagian kepala tampak culanya. Kumbang, berwarna hitam atau coklat tua , bertanduk satu, panjang sekitar 60-105 mm, lebar 25 mm (Suharto, 2007).
Larva kumbang memiliki kepala menyolok, kadang-kadang tertekan, mulut terarah ke muka atau ke bawah, tidak ada daerah adfrontal. Sama halnya dengan kupu-kupu, metarmorfosis kumbang yaitu metamorfosis sempurna. Pasangan sayap depan umumnya tebal dan keras, disebut elytra. Permukaannya halus dan menghilat, yang terbuat dari bahan tanduk. Tipe mulutnya menggigit dan dan mengunyah. Kepompongnya polos telanjang. Sebagian merupakan hama gudang dan hama kayu (Triharso, 2004).
Kumbang ini disebut kumbang badak karena bentuknya seperti badak yang mempunyai sula. Kumbang jantan lebih besar dan cula besar, sedangkan yang betina lebih kecil, culanya kecil atau tidak bercula. Panjangnya sekitar 5 – 6 cm. Telurnya berwarna putih, berdiameter sekitar 3 mm, dan pada waktu menetas menjadi larva ia akan membengkang dan berwarna keabuan. Larva dari kumbang ini berwarna putih, mempunyai enam kaki, kepalanya berwarna coklat atau coklat tua, panjangnya sekitar 10 cm, dan bila terganggu ia akan melingkar (Pracaya, 2008).
5.      Pupa (Kepompong)








(http://forum.krstarica.com/showthread.php/343652-TI-%C4%8CUDESNI-INSEKTI/page2)
Kepompong atau pupa (bahasa Latin pupa, 'boneka') adalah salah satu stadium kehidupan serangga yang mengalami metamorfosis. Fase ini hanya didapati pada serangga yang mengalami metamorfosis lengkap, yaitu yang meliputi empat tahap; embrio, larva, pupa, dan dewasa. Pada stadium ini struktur tubuh dewasa serangga mulai terbentuk dan struktur tubuh larva lenyap. Kepompong umumnya inaktif dan tidak dapat bergerak (sesil). Kepompong umumnya terbungkus dalam lapisan pelindung seperti kokon (misalnya kepompong ulat sutra), sarang (misalnya lebah), atau cangkang dan sering kali menggunakan kamuflase untuk mengecoh predator. Kepompong berbagai jenis serangga memiliki nama yang dapat berbeda-beda, misalnya disebut "krisalis" untuk Lepidoptera (Anonim, 2013).
6.      Larva





(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPph6iYVX6BfdAp9-nyKn0XKQgTKF7EbfqtOoDwTRTkhgM4fzIx02kQa1blM6K95tcacd8YSzVOMftsvLWmYF3XHz6xdxL6mTOyQOGJ92UndYGyQZh2nD9k69wt_WsWC7nw8WT8nrf5yw/s640/Picture1.+LARVA+TIPE+APODA.png)
 









(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYI-MYPwEybkTuVyZ0ag3a_NpsDz364gAv3gpeLDE_f1CFRM3uGbXLpr4LgSCPqdnISYyksWHZPdqvIhuuUoh7NfdAPAMGZXqOe_WSFEqllp7Pfltq1W_WYU0Jq1ZLqrFhnVX8lOGZ5VE/s640/Picture2.+LARVA+TIPE+OLIGOPODA.png)
 











(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhqIKpaHEO6LXZ6eUHlm2w9ly7qLN9vk0AJ6vdRztvZvRX9dG56T_aWSK77_JmSmirSFkfIrD7fgQdpvduTlDK2JjtLxdPG0PDllNzcHfVlry6BWfMnhxvaaUgSnEVXorH3rEo79fQfqI/s1600/Picture3.+LARVA+TIPE+POLIPODA.png)
                Larva adalah bentuk pradewasa makhluk tertentu (binatang) yang mengalami metamorfosis pada serangga yang bermetamorfosis sempurna seperti kupu- kupu. Larva ialah bentuk stadium sesudah menetas dari telur sebelum menjadi kepompong pada invertebrata laut, larvanya sangat kecil, transparan dan mempunyai silia.
Tipe larva berdasarkan jumlah kaki, antara lain (Chu, 1949) :
1)        Apoda, yaitu larva yang tidak berkaki. Larva apoda biasanya bergerak menggunakan gerakan perstaltik hidroskeleton tubuhnya.
2)        Oligopoda, yaitu larva yang memiliki hanya 3 pasang kaki pada thoraks, misalnya larva kumbang koksi.
3)        Polipoda, yaitu larva yang berkaki lebih dari 3 pasang, baik pada thoraks (kaki sesungguhnya) maupun pada ruas abdomen (prolegs atau kaki semu), misalnya pada kebanyakan ordo Lepidoptera seperti ulat jengkal.

7.      Tungau (Tetranychus exiccator)
 









(http://pancarahmat.blogspot.com/2012_06_01_archive.html)

 









(http://pancarahmat.blogspot.com/2012_06_01_archive.html)
Tungau (Tetranychus exiccator) termasuk ordo Acarina, mempunyai tanda-tanda antara lain : seluruh tubuhnya tidak berbuku-buku, pada bagian dada terdapat emapat pasang kaki, skeleton luar berkitin, respirasi secara difusi melalui tubuh atau dengan saluran trachea, besarnya lebih kurang dari 1 mm, memperbanyak diri sangat cepat, habitat hidup bebas di alam atau bersifat sebagi parasitik, meghisap cairan dalam daun (Triharso, 2004). Tungau aktif di siang hari. Tanaman inang hama inang ini cukup banyak, beberapa diantaranya kedelai, ubi kayu, kapas, jeruk, tomat dan pepaya. Apabila tanaman tidak menunjang kehidupan tungau, maka tungau akan membuat benang-benang halus untuk pindah dengan cara bergantung pada benang tersebut. Tipe mulutnya pencucuk penghisap.
B.  Chordata
1.      Burung merpati (Columba fasciata )








(http://visual.merriam-webster.com/animal-kingdom/birds/bird/morphology-bird_1.php)
Burung yang merupakan kelas Aves ordo columbiformes yaitu burung pemakan biji – bijian dengan tembolok yang besar dan dapat memuntahkan isinya untuk memberi makan anaknya. Keberadaan Columbifomes tersebar di seluruh dunia. Contoh: Columba livia, Columba fasciata (merpati), Zenaidura macroura  (perkutut). burung memiliki susunan tubuhnya terdiri dari kepala(caput), leher (cervix), badan (trunchus) dan anggota badan bebas (extermitas). Di bagian kepala terdapat paruh yang bentuknya kerucut pendek, mata kevil hitam, pupil bulat. Kepala dan leher tertutup bulu halus. Pada tubuh, terdapat sepasang sayap yang bentuknya bervariasi dan susunanya yang khas, bulu halus pada bagian lain dan sepasang kaki yang berjari 5, bercakar dan bersisik. Bagian ekor bulunya besar dan bersusun, sebagai alat kemudi tatkala terbang. Sistem peredaran darah menggunakan jantung. Sistem pencernaan berupa paruh, rongga mulut, tembolok, lambung kelenjar, lambung pengunyah, usus, dan lubang kloaka. Sistem perkembangbiakan dilakukan secara generatif (Triharso, 2004).
2.      Tikus (Rattus argentiventer)
 









(http://www.dunialele.com/2011/09/hama.html)
Tikus (Rattus argentiventer) termasuk kelas Mamalia, ordo Rodentia yang merupakan hama dengan banyak inang/ polifag . Panjang kepala dan badan mencapai 130-210 mm. Ekornya lebih pendek dari pada panjang tubuhnya yakni sekitar 110-160 mm dan tungkainya mencapai 34-43 mm. warna punggung coklat kelabu kehitaman, sedangkan perut dan dadanya kelabu pucat. Jumlah puting susu betina yakni 12 buah. 3 pasang di dada, dan 3 pasang di perut. Tekstur rambut agak kasar. Giginya tajam dan tipe mulutnya pengerat. Pada usia 60 hari, tikus jantan siap untuk melakukan proses perkawinan sedangkan untuk betina pada usia 26 hari. Masa bunting dari tikus ini 19-23 hari. Setelah melahirkan, 2 hari kemudian tikus betina siap kawin lagi. Jumlah anakan yang dihasilkan tikus ini, mencapai 2-18 ekor/induk/kelahiran (Suharto, 2007).
Tikus sawah (Rattus argentiventer) umumnya tinggal di persawahan dan sekitarnya, sedang tikus ladang (Rattus exulans) pada umumnya tinggal di semak – semak dan terutama merusak padi ladang. Namun, kadang – kadang kedua jenis ini ditemukan bersama – sama seperti di daerah pasang surut.
Dalam satu tahun, seekor tikus betina dapat melahirkan 4 kali dengan rata – rata 8 ekor anak tiap melahirkan. Secara teoritik sepasang tikus selama satu tahun dapat berkembang biak menjadi 1270 ekor. Tikus aktif pada malam hari terutama setelah matahari terbenam dan menjelang matahari terbit. Siang hari biasanya tikus berlindung di semak atau dalam lubang. Kerusakan karena serangan tikus adalah batang padi dipotong dan bekas gigitan terlihat membentuk sudut potong kurang lebih 45º dan masih mempunyai sisa bagian batang yang tidak terpotong. Pada fase vegetatif tikus dapat merusak antara 11 – 176 batang padi per malam. Namun pada saat padi sudah bermalai rata – rata hanya 11 batang padi yang dirusak per malam (Triharso, 2004).
3.      Tupai (Sciurus Sp.)
 









(http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2010/10/21/tips-berburu-tupai-212426.html)

Tupai (Sciurus Sp.) termasuk kelas Mamalia, ordo Rodentia yang merupakan hewan yang dianggap sebagi hama karena sering merusak tanaman, khususnya tanaman kelapa. Morfologinya menyerupai tikus, akan tetapi bentuk ekornya lebih banyak bulu dan lebih besar. Bagaian ekornya lebih panjang daripada kepalanya dan termasuk kedalam kelas mamalia kecil.

C.  Mollusca
1.        Keong mas (Pomacea canaliculata)

 









(http://siklushidupkeongmas.blogspot.com/2011/10/dulunya-keong-emas-berasal-dari-amerika.html)
Keong emas (Pomacea canaliculata) merupakan jenis hama yang masuk ke dalam filum Mollusca, kelas Gastropoda dan ordo Mesogastropoda. Hewan ini mempunyai cangkang yang merupakan salah satu masalah utama dalam produksi padi. Pembentukan cangkang sangat dipengaruhi oleh adanya kalsium. Lingkungan yang banyak mengandung unsur tersebut akan sangat mempengaruhi ketebalan cangkang. Keong emas ini, termasuk hewan berkelamin tunggal, adanya perkawinan sepanjang musim dan mempunyai kemampuan untuk memproduksi banyak telur 1.000-1.200 telur per bulannya atau sekitar 200-300 telur per minggunya. Telur keong mas berwarna merah jambu dengan membentuk suatu koloni dan hidup di batang-batang padi. Telurnya menetas setelah 7-14 hari. Keong emas yang baru menetas mempunyai ukuran 1,7-2,2 mm dan langsung masuk ke air dengan meninggalkan cangkangnya. Setelah dua hari, cangkang keong emas tersebut menjadi lebih keras. Pertumbuhan awal keong ini 15-25 hari dan pada umur 26-59 hari, keong emas ini sangat rakus memakan dedaunan, misalnya padi sawah. Periode berkembangbiak 60 hari sejak menetas sampai dengan 3 tahun (Suharto, 2007). Utuk morfologi dari keong emas ini,hampir mirip dengan bekicot, akan tetapi letak mata dan bentuk cangkoknya berbeda. Mata (stigma) terdapat pada ujung pangkal tantakel dan cankoknya cenderung membulat.

2.        Bekicot (Achatina fulica)
 









(http://jscbio-unnes.blogspot.com/2012_06_01_archive.html)
Bekicot merupakan jenis hama yang masuk ke dalam filum Mollusca, kelas Gastropoda dan ordo Pulmonata. Hewan ini yang mempunyai nama ilmiah Achatina fulica, merupakan hewan pemakan daun muda. Susunan tubuhnya terdiri dari kepala, badan dan kaki yang sebagian besar berada di dalam cangkok. Cangkoknya berupa eksoskleton, tersusun atas tiga lapis, yang susunanya seperti cangkok pelecypoda. Kebanyakan cangkoknya ke arah kanan yang kaitanya dengan genetika disebut mathernal effect. Kepalanya dilengkapi dengan tantakel yang tidak sama panjang, pasangan yang didepan lebih kecil dan pendek, sedangkan stigma/ bintik mata terdapat pada ujung tantakel yang panjang. Mulutnya terdapat pada ujung anterior yang dibatasi oleh kedua rahang, di dalamnya terdapat pasangan gigi kitin dan lidah parut. Badan dari bekicot ini, terdapat di dalam cangkok dengan system saraf masih sederhana, sistem perdarannya terbuka, sistem reproduksinya aktif, hemaprodit, organ kelaminnya disebut dengan ovotestis. Pada kaki terdapat ventral badan (gasteron) tersusun oleh otot-otot segmental yang digunakan untuk bergerak secara bergelombang yang dibantu dengan ekskresi lendir, sehingga meninggalkan bekas (Triharso, 2004).



D.  Nemathelminthes
1.        Nematoda (Meloidogyne sp.)













(http://plpnemweb.ucdavis.edu/nemaplex/taxadata/G076S5.HTM)
Nematoda pada umumnya berbentuk silindris memanjang. Tubuh mempunyai dua sisi lateral yang simetris (bilateral simetris). Dinding tubuh terdiri dari kutikula, hipodermis, dan muskulus. Kutikula terdiri atas beberapa lapisan, pada bagian sisi luar kutikula terdiri atas anula – anula. Nematoda tida beruas, hanya anula – anula tersebut mirip dengan ruas. Sistem pencernaan nematoda terdiri atas bibir, rongga mulut (stoma), esofagus, intestinum, dan rektum serta berakhir di anus. Nematoda pada umumnya bersifat apimiksis, alat kelamin betina bermuara pada vulva, sedang alat kelamin betina pada kloaka (Mulyadi, 2009).
Kebanyakan nematoda parasitik tanaman adalah kecil berbentuk cacing dengan panjang kira – kira 1 mm. Umumnya menunjukan sedikit dimorfisme seksual kecuali bentuk ekor, ada spikula dan asosiasi gonode dalam jantan dan vulva serta gonade dalam betina, misalnya pada Hoplolaimus galeatus, akan tetapi di beberapa genera tanda dimorfisme seksual terdapat dalam pembengkakan betina dan berisi dengan telur, seperti halnya terjadi pada pembentukan bintil (gall) pada nematoda bintil akar ( Meloidogyne sp.). Semua nematoda parasitik tanaman diketahui mempunyai stilet atau lembing mulut. Pencernaan mungkin sebagian dari jasmani ekstra sebagai cairan ludah telah dapat diketahui keluar dari stilet yang berongga. Dalam hal ini, merangsang pembentukan sel raksasa dalam jaringan akar yang diserbu oleh larvadan larva yang sedang berkembang makan kandungan sel (Triharso, 2004).
IV.             KESIMPULAN
1.        Bentuk dan susunan tubuh hama yang satu dan lainnya berbeda-beda yang terkait dengan kehidupan dan mobilitasnya dalam kehidupan.
2.        Perilaku, sifat fisiologis, dan tanggapan hama suatu tanaman berbeda-beda yang erat kaitannya dengan morfologi dan anatomi hama.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. < http://kamuskesehatan.com/arti/pupa/>. Di akses tanggal 12 Maret 2013

Anonim. 2011. Kupu-Kupu. <http://id.wikipedia.org/wiki/Kupu-kupu>. Diakses tanggal 11 Maret 2013.

Anonim, 2013.Kepompong. < http://id.wikipedia.org/wiki/Kepompong>. Diakses tanggal 13 Maret 2013

Chu, H.F. 1949. How to know the Immature Insects. WM.C.Brown Company Publisher. Dubugue,lowa

Gallagher, K. 1991 Pengendalian Hama Terpadu Untuk Padi. Proyek Prasarana Fisik KAPPENAS, Jakarta.

Mulyadi, 2009. Nematoda Petanian. Gadjah Mada university Press, Yogyakarta.

Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Organik. Kanisius, Yogyakarta.

Sribimawati, T. 1982.Serangga Dalam Lingkunag Hidup. Akadoma, Jakarta.

Suharto. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Andi Offset, Yogyakarta.


Triharso. 2004. Dasar –Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tidak ada komentar: