IMBIBISI BENIH
Abstraksi
Praktikum Fisiologi Benih acara I yaitu Imbibisi Benih
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 30 September 2013 di Laboratorium
Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam acara ini adalah beaker
glass, timbangan elektrik, oven, cawan, grinder, pisau, dan alat tulis. Bahan
yang dibutuhkan adalah aquades, kertas tisu, benih kacang tanah (Arachis
hypogaea), benih kedelai (Glycine max), dan benih jagung (Zea
mays). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui peran air dalam
perkecambahan benih dan untuk mengetahui kebutuhan air suatu benih untuk
perkecambahan. Parameter yang digunakan adalah berat benih setelah direndam
dalam air selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, dan 75 menit untuk
mengetahui laju imbibisi pada biji.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
budidaya tanaman, benih menjadi salah satu faktor terpenting yang menjadi
penentu keberhasilan. Benih atau biji merupakan hasil dari fase generatif
tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan tanam untuk generasi berikutnya.
Untuk mendapatkan tanaman dewasa yang sempurna, benih tersebut harus melalui
proses perkecambahan. Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur
terpenting dari embrio serta menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi
tanaman normal pada keadaan alam yang menguntungkan. Proses perkecambahan benih
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik yang
berpengaruh adalah susunan kimiawi benih, kadar air benih, kegiatan enzim dalam
benih serta legiatan fisik dan biokimiawi dari kulit benih. Sedangkan faktor
lingkungan yang sangat berpengaruh adalah air, cahaya, gas, suhu, dan oksigen.
Air merupakan faktor yang sangat berperan dalam perkecambahan benih. Dua faktor
penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah kulit pelindung biji
dan jumlah air yang tersedia pada medium disekitarnya. Banyaknya air yang
diperlukan bervariasi tergantung pada jenis benih. Tetapi umumnya tidak
melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui peran air terhadap perkecambahan
benih.
- Untuk mengetahui laju
imbibisi beberapa jenis benih.
II.
METODOLOGI
Praktikum
fisiologi biji acara I yaitu Imbibisi Benih dilaksankan pada hari Senin, 30
September 2013 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam acara ini adalah
beaker glass, timbangan elektrik, oven, cawan, grinder, pisau, dan alat tulis.
Bahan yang dibutuhkan adalah aquades, kertas tisu, benih kacang tanah (Arachis
hypogaea), benih kedelai (Glycine max), dan benih jagung (Zea
mays).
Langkah
kerja praktikum ini yakni benih sebanyak
50 biji x 4 ulangan diambil untuk tiap-tiap komoditas, usahakan ukuran (besar
benih) sama.Kemudian ditimbang benih dan diukur kadar airnya. Benih dilukai
dengan cara ditusuk dan direndam dalam beaker glass dengan volume air tertentu
(agar benih berimbibisi). Setiap 15 menit benih sebanyak 5 diambil untuk
ditimbang (sebelum ditimbang dikeringkan dahulu menggunakan kertas tisu).
Perlakuan tersebut dilakukan setiap 15 menit sekali selama 75 menit. Grafik
laju imbibisi dibuat berdasarkan perubahan berat benih setelah diimbibisikan.
Analisis data menggunakan rancangan acak lengkap faktorial; α=5%, dilanjutkan
dengan uji Duncan. Ingat jenis benih mewakili jenis kandungan cadangan makanan.
III.
HASIL ENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Tabel Kadar Air
Benih
|
Kadar air (%)
|
||
1
|
2
|
rata2
|
|
kacang tanah
|
10,4
|
8,2
|
9,3
|
kedelai
|
13,6
|
13
|
13,3
|
jagung
|
13,2
|
14,6
|
13,9
|
2. Perubahan Bobot Benih
Benih
|
waktu
|
||||
15' (w1)
|
30' (w2)
|
45' (w3)
|
60' (w4)
|
75' (w5)
|
|
kacang tanah (p1)
|
0,275d
|
0,52cd
|
0,52cd
|
0,77ab
|
0,82a
|
Kedelai (p2)
|
0,275d
|
0,31cd
|
0,32cd
|
0,33cd
|
0,38cd
|
Jagung (p3)
|
0,57bc
|
0,42cd
|
0,48cd
|
0,41cd
|
0,35cd
|
Keterangan: nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada
kolom yang sama tidak memiliki beda nyata
Contoh Perhitungan
Ø Benih kedelai , ulangan 1 = bobot benih 15’ – bobot benih
0’
= 0,58 – 0,31 = 0,275
Ø Kadar air kedelai ulangan 1
KA = (M2 – M3) x 100%
(M2 – M1)
= 28,01 –
27,33 x 100%
28,01 –
23,01
= 0,68
x 100% = 13,6%
5
B. Pembahasan
Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh
benda-benda yang padat (solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda
tersebut mempunyai zat penyusun dari bahan yang berupa koloid. Imbibisi berfungsi sebagai laju
perkecambahan pada benih. Jika benih tidak dapat melakukan imbibisi maka laju
perkecambahan benih akan terhambat. Salah satu faktor yang dapat mempercepat
laju perkecambahan benih adalah terjadinya imbibisi pada benih, karena dengan
adanya imbibisi laju metabolisme pada benih akan berjalan dengan lancar. Biji
yang kering atau biji yang mati masih dapat melakukan imbibisi namun tidak
dapat memperlancar laju metabolisme pada benih, sehingga biji hanya akan
menggelembung.
Air
yang masuk kedalam biji (imbibisi) akan mengaktifkan enzim-enzim yang ada di
dalam biji, yang sangat membantu dalam proses pembentukan energi yang
ditransfer ke bagian embrionik axis, untuk membantu proses terjadinya
perkecambahan biji. Imbibisi air menyebabkan embrio di bawah kulit benih akan
memproduksi sejumlah kecil hormon (giberelin). Penyerapan air juga membuat
jaringan dalam benih akan terhidrasi membentuk enzim (termasuk di dalamnya
adalah hormon sitokinin dan auksin).
Banyaknya
air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya kecil, cepat dan tidak boleh
lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Kemudian biji tampak membesar
karena banyak menampung sumber air yang diterima. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya imbibisi adalah tekanan, kulit biji, benih dan substratnya.
Semakin kecil tekanan benih dari pada tekanan larutan, maka semakin besar
proses imbibisi. Kulit biji tipis, mengandung substrat yang mudah larut dalam
air dan benih tidak kering, maka air yang diserap akan lebih banyak dan
sebaliknya. Berikut merupakan grafik laju imbibisi yang terjadi pada beberapa
jenis tanaman.
1.
Grafik Laju
Imbibisi Benih Jagung

Gambar 1. Grafik Laju Imbibisi Benih jagung
Dari grafik laju imbibisi benih
jagung di atas tampak bahwa imbibisi jagung setiap 15 menit sekali menurun. Jagung dengan rata-rata imbibisi pada menit ke-15
mencapai 0,57gram, menit ke-30 yakni 0,42 gram, menit ke-45 mencapai 0,48 gram,
menit ke-60 mencapai 0,41 gram, dan menit ke-75 mencapai 0,35 gram. Laju
imbibisi pada benih jagung lebih rendah daripada kedelai karena disebabkan oleh
keadaan benih pada saat direndam sudah terlaku kering sehingga penyerapan air
menjadi lambat dan kulit biji yang sedikit keras. Hal tersebut berhubungan dengan
kandungan cadangan makanan yang berada di dalam benih jagung. Karbohidrat
merupakan cadangan utama bagi benih jagung, sehingga daya simpan airnya lebih
rendah. Selain itu, jagung memiliki protein glutenin dan prolamin yang
larut dalam etilalkohol 70 -90% ,dan tidak larut dalam air.
2.
Grafik Laju Imbibisi Benih Kacang Tanah

Gambar 2. Grafik Laju Imbibisi Benih Kacang Tanah
Dari grafik laju imbibisi benih kacang tanah lebih tinggi daripada jagung
dan kedelai. Benih kacang tanah meningkat setiap waktunya dengan rata-rata laju imbibisi pada menit ke-15 mencapai
0,28 gram, menit ke-30 yakni 0,52 gram, menit ke-45 mencapai 0,52 gram, menit
ke-60 mencapai 0,77 gram, dan menit ke-75 mencapai 0,82 gram. Karena cadangan makanan utama dari benih kacang
tanah adalah lemak, seharusnya benih kacang tanah menurun karena dengan
kandungan lemak tinggi, daya simpan lebih rendah dibanding karbohidrat,
terutama asam lemak tidak jenuh yang tinggi.
3.
Grafik Laju Imbibisi Benih Kedelai

Gambar 3. Grafik Laju Imbibisi Benih Kedelai
Dari grafik di atas, benih kedelai laju imbibisi lebih tinggi daripada jagung
dan meningkat setiap waktunya, dengan rata-rata laju imbibisi pada menit ke-15
mencapai 0,28 gram, menit ke-30 yakni 0,31 gram, menit ke-45 mencapai 0,32
gram, menit ke-60 mencapai 0,33 gram, dan menit ke-75 mencapai 0,38 gram. Hal
tersebut disebabkan karena kandungan air
dalam biji kedelai sudah memadai dan dapat menarik air dari luar biji. protein yang bersifat hidrofilik, artinya protein
lebih cepat menyerap air karena adanya gugus hidroksil yang lebih banyak
dibandingkan karbohidrat dan lemak.
Praktikum
imbibisi ini dilakukan dengan perlakuan pelukaan. Pelukaan benih bertujuan
untuk mempercepat air untuk masuk ke dalam benih. Peristiwa inilah yang
dimaksud dengan imbibisi. Cara kerja imbibisi yaitu air yang ada pada
lingkungan akan masuk kedalam benih melalui kullit biji yaitu melalui membran
permeabel. Setelah air masuk kedalam benih air tersebut, akan mengaktifkan
enzim-enzim agar laju metabolisme dalam benih dapat berjalan lancar. Setelah
metabolisme dalam biji aktif maka proses perkecambahan pun akan terjadi. Begitu
juga perendaman yang dilakukan dalam percobaan ini. Perendaman dilakukan bertujuan
untuk mengetahui proses masuknya air ke dalam benih. Perendaman untuk
mengetahui laju imbibisi dari benih.
Kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat
yang diakibatkan oleh pengeringan atau pemanasan pada kondisi tertentu, dan
dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Kadar air penting karena
berkaitan dengan perkecambahan ataupun proses imbibisi. Di dalam batas
tertentu, makin rendah kadar air, makin rendah kadar air lebih kecil laju
imbibisinya. Kadar air yang terlalu tinggi akan dapat menyebabkan biji dalam
keadaan jenuh sehingga tidak mampu lagi menyerap air untuk keperluan
perkecambahan (Hasanah, 1977).
V. KESIMPULAN
- Air sangat membantu dalam
proses pembentukan energi yang ditransfer ke bagian embrionik axis, untuk
membantu proses terjadinya perkecambahan biji.
- Air sangat berperan dalam
perkecambahan benih karena air dapat mengaktifkan enzim-enzim pertumbuhan
pada benih.
- Laju imbibisi tertingi ada pada benih kacang tanah yaitu 0,82 pada perendaman selama 75 menit. Benih kedelai mencapai 0,38 pada perendaman selama 75 menit dan laju imbibisi terendah terjadi pada benih tanaman jagung sekitar 0,35 saat perendaman selama 75 menit.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Difusi, Osmosis dan Imbibisi. <http://budidayabenihtanaman.blogspot.com/2010/12/pengertian-difusi-osmosis-dan-imbibisi.html>. Diakses tanggal 4 Oktober 2013.
Ardian. 2008. Effect of heating treatment and heating
time on the germination of coffe (Coffe arabica). Akta Agrosia 11: 25 –
33.
Diana. 2013. Osmosis, Difusi, dan Imbibisi.< http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/02/osmosis-difusi-dan-imbibisi. html>. Di akses tanggal 5 Oktober 2013
Harjadi, M. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Hasanah, M. 1977. Pedoman Pengujian Benih di
Laboratorium. Latihan Pengawas Benih Perkebunan, Bogor.
Lafitte, H. and J. Bennett. 2004. Abiotic stress
tolerance in rice for Asia: progree and the future. Symposia 3: 6 – 17.
Mudiana, D. 2007. Germination of Syzygium cumini (L)
skeells. Biodiversitas 8: 39 – 47.
Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Utami, H. 2011. Struktur Benih, Komposisi Kimia Benih,
Proses Perkecambahan, dan Tipe Perkecambahan.< http://fitriutamihasan.blogspot.com/2011/11/ teknologi-perbenihan-i-struktur-benih.html>. Di akses tanggal 5 Oktober
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar