I.
TUJUAN
1.
Mengetahui gaya berkecambah dan kecepatan berkecambah
suatu biji.
2.
Mengetahui faktor-faktor luar yang mempengaruhi
perkecambahan biji.
3.
Mengetahui pengaruh cekaman air terhadap perkecambahan
biji.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan (germination)
merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji.
Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman
mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi
tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah (Anonim, 2009).
Perkecambahan adalah kejadian yang dimulai dengan imbibisi
dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga, atau pada beberapa biji) memanjang
atau muncul melewati kulit biji. Biji dapat tetap viable tapi tidak mampu
berkecambah atau tumbuh karena beberapa alasan, diantaranya kondisi luar dan
kondisi dalam. Banyak biji terutama biji Rosaceae
tidak akan berkecambah kalau bijinya tidak terpajang pada suhu dan oksigen
rendah dalam kondisi lembab berminggu-minggu (Sallisburry dan Ross, 1995).
Perkecambahan tergantung pada viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok, dan pada beberapa tanaman, tergantung pada pemecahan dormansi. Benih yang sedang berkecambah dan bibit muda peka pada penyakit-penyakit tertentu, dan mungkin perlu proteksi (Harjadi, 1988).
Tanaman biasanya diperbanyak dengan
benih. Perkecambahan membutuhkan waktu 2/3 minggu jika benih ditanam langsung
setelah ekstraksi biji dari buahnya. Perkecambahan benih umumnya lambat dan
tidak serempak. Hal ini berhubungan dengan lapisan kulit biji dan lendir
disekeliling biji yang menghambat perkecambahannya. Biji tersebut membutuhkan
suatu perlakuan untuk membantu perkecambahannya. Penggunaan hormon pengatur
tumbuh di beberapa jenis bahan kimia dapat meningkatkan perkecambahan dan
vigoritas tanaman pada kondisi lingkungan tertentu, diantaranya Giberelin (GA3)
yang banyak untuk pemecah dormansi pada beberapa macam benih ( Anton dan
Siregar, 2000 ).
Air meresap ke dalam
kulit biji melalui hilum. Akan tetapi kulit biji beberapa tumbuhan tidak tembus
air dan oksigen. Struktur sklerenkim dan komposisi dinding selnya merupakan
penghalang bagi perembasan air. Adanya substansi seperti fenon dan kinon dalam
sel dapat juga berperan dalam penghalangan air (Fahn, 1982).
Pada
biji yang kering mempunyai daya serap air yang besar, baik dalam penyimpanan
dan dalam media perkecambahan, yang tergantung pada kondisi alami biji,
permeabilitas pembungkus biji, ketersediaan air dalam media, dan temperatur.
Temperatur yang tinggi meningkatkan penyerapan air (Hartmann et al., 2001).
Pertumbuhan lembaga tergantung kepada suhu, tersedianya
air dan udara, kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah benih yaitu air (
Vergara, 1990 ) :
1.
Pengambilan
air merupakan kebutuhan pertama dari benih yang
berkecambah.
2.
Selanjutnya banyak aktivitas yang terjadi didalam benih
yang sedang berkecambah pati, protein dan lemak diubah menjadi bentuk sederhana
untuk lembaga.
3.
Merendam benih paling sedikit 24 jam agar air masuk ke
dalam benih dengan mudah dan merata.
Persentase
kecambah normal berdasarkan uji pengusangan dipercepat tidak berbeda nyata. Ini
berarti benih mampu untuk berkecambah dan mempunyai nilai persentase
berkecambah yang tinggi (90-95%) setelah penderaan, sedangkan benih yang
bervigor rendah tidak akan berkecambah dengan baik dan nilai persentase
berkecambah rendah. Tingkat kecambah normal pada uji ini masih tinggi, berarti
bahwa vigor benih sebelum uji ini masih dalam keadaan baik sehingga setelah
dilakukan penderaan dengan suhu yang tinggi (Budihardjo, 2002).
III.
METODOLOGI
Praktikum
Dasar-dasar Agronomi Acara IV dengan judul Pengaruh Cekaman Air Terhadap
Perkecambahan Biji dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2010 di Laboratorium
Manajemen dan Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan - bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah benih padi (Oryza
sativa L.), kertas filter, dan larutan polyethylene
glycol (PEG) setara dengan potensial air 0; -0,6; -1,2 ; dan -1,8 MPa.
Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu petridish, pipet, penggaris, pinset,
beaker glass, dan kaca penutup.
Cara kerja
dalam praktikum ini yaitu benih padi direndam dalam air selama semalam (12
jam). Kemudian, petridish disiapkan dan dilapisi dengan kertas filter. Lalu
benih padi direndam ke dalam larutan PEG sesuai dengan perlakuan. Sebanyak 25
biji diletakkan ke dalam setiap petridish. Setelah selesai, petridish ditutup
dengan penutupnya. Jumlah biji yang berkecambah (plumula dan radicula sudah
mencapai panjang ± 2 mm untuk padi) diamati dan dihitung setiap hari selama
seminggu, dimulai sehari setelah percobaan. Biji yang telah berkecambah dan
berjamur dibuang untuk mempermudah pengamatan. Kemudian dihitung nilai gaya
berkecambah dan indeks vigor dari masing-masing perlakuan PEG dengan rumus:
Gaya Berkecambah =
Indeks Vigor (IV) =
Setelah selesai
dihitung, kemudian dibuat grafik gaya berkecambah dan indeks vigor pada
berbagai hari pengamatan untuk semua konsentrasi dalam masing-masing alokasi
waktu perendaman.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam
perkecambahan, air diperlukan dalam proses imbibisi pada tahap awal, hingga
proses-proses fisiologis dalam biji sampai terjadi perkecambahan. Untuk itu,
biji akan dapat berkecambah apabila mampu menyerap air dari lingkungnnya. Namun
pada kondisi kekeringan, biji akan mengalami kesulitan. Dalam hal ini,
digunakan larutan osmotik untuk meniru cekaman air, yaitu berupa polietilen
glikol (PEG). Khemikalia ini dapat mempengaruhi potensial osmotik, tetapi juga
cukup besar sehingga tidak dapat diserap tanaman. PEG memberikan pengaruh pada
biji seakan-akan biji tersebut berada dalam balutan tanah kering.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkecambahan di antaranya air, oksigen, suhu, cahaya, dan
kelembaban. Air berfungsi sebagai pelarut, penggiat enzim, melunakkan kulit
bij, dan ikut serta dalam reaksi-reaksi yang terjadi dalam biji; oksigen
diperlukan untuk pernafasan biji; suhu yang baik untuk perkecambahan adalah
suhu optimum; cahaya mempengaruhi zat-zat tertentu dalam biji dalam
perkecambahan; kelembaban juga mempengaruhi kondisi biji dalam hal
transpirasinya, sehingga apabila kelembaban cukup, maka air yang ada di
lingkungan pun tersedia.
Secara
kimiawi, PEG merupakan sekelompok polimer sintetik yang larut air dan memiliki kesamaan
struktur kimia berupa adanya gugus hidroksil primer pada ujung rantai polieter yang mengandung oksietilen (-CH2-CH2-O-).
Beberapa sifat utama dari PEG adalah stabil, tersebar merata, higroskopik (mudah menguap), dapat mengikat pigmen,
dll. PEG merupakan senyawa yang dapat menahan air dalam lingkungan tertentu,
sehingga biji yang dilapisi oleh larutan ini tidak dapat menyerap air dari
lingkungan. Ini artinya, PEG mempunyai pengaruh negatif pada perkecambahan
biji. Hal ini dikarenakan bahwa biji memerlukan air dalam proses metabolisme.
Jadi apabila cekaman air tinggi, maka metabolisme menjadi terganggu, alhasil
biji pun enggan berkecambah. Meskipun demikian, biji tertentu yang toleran
terhadap kekeringan masih bisa berkecambah dalam kondisi cekaman
air.
Berdasarkan
rata-rata hasil pengamatan kelompok, dapat disimpulkan bahwa gaya berkecambah tertinggi diperoleh dari
biji yang diberi perlakuan PEG -1.2. Apabila dibandingkan dengan teori, semakin
rendah konsentrasi PEG, seharusnya gaya
berkecambahnyapun semakin berkurang. Hal ini dikarenakan semakin besar daya
serap PEG terhadap air sehingga air menjadi tidak tersedia bagi biji.
Ketidaksamaan ini menunjukkan ada kekeliruan dalam perlakuan, yaitu dosis PEG
yang ditambahkan dalam media dimungkinkan berbeda-beda antara perlakuan PEG 0,
PEG -0.6, PEG -1.2, maupun PEG -1,8. Dalam hal ini, pemberian larutan PEG -1.2
bisa jadi terlalu sedikit, sehingga masih tersedia cukup air dalam media yang
dapat digunakan biji untuk berkecambah. Begitu juga yang terjadi pada perlakuan
PEG -0.6. Selain itu, perlakuan PEG 0 seharusnya berada pada gaya berkecambah yang paling tinggi. Akan
tetapi, dalam tabel ditunjukkan bahwa gaya
berkecambah biji perlakuan PEG 0 berada pada posisi terendah. Ini berarti ada
beberapa kemungkinan yang terjadi selama pengamatan, di antaranya perlakuan ini
memiliki kandungan air yang lebih tinggi dari perlakuan lain sehingga terlalu
lembab dan menimbulkan jamur, atau karena air yang diberikan terlalu sedikit sehingga
media tersebut kekeringan. Selain alasan-alasan tersebut, faktor genetik juga
turut berpengaruh besar terhadap fase perkecambahan.
Adapun
pada data indeks vigor, perkecambahan pada berbagai perlakuan paling tinggi
terjadi pada hari ketiga. Ada
beberapa alasan, di antaranya bahwa pada saat tersebut, air masih cukup
tersedia di dalam media, karena penahanan air oleh PEG belum begitu kuat.
Adapun yang pada hari sebelumnya, biji masih berada dalam tahap adaptasi atau
imbibisi, sehingga perkecambahan pun belum berjalan maksimal, sedangkan pada
hari keempat dan seterusnya, PEG bekerja normal dengan menahan air, sehingga
bii pun sulit untuk berkecambah.
Cekaman
air dalam lingkungan perkecambahan sangat memengaruhi gaya berkecambah dan indeks vigor. Tanaman
padi termasuk tanaman yang toleran terhadap cekaman air, sehingga pada
pengamatan ini, gaya
berkecambah yang didapat di atas 80%. Pada keadaan di lapangan, keadaan cekaman
air dapat ditanggulangi dengan menambahkan air, yaitu dengan memperbaiki
saluran irigasi, sehingga kadar lengas dalam tanah tercukupi untuk pertumbuhan
tanaman. Sebagai pencegahan, laju transpirasi tanaman juga dapat dikurangi
sehingga kandungan air dalam tanah tersedia cukup bagi tanaman tersebut.
V.
KESIMPULAN
1.
Gaya berkecambah biji padi pada pengamatan
acara keempat ini rata-rata di atas 80%. Ini artinya, biji-biji yag
dikecambahkan tersebut mempunyai kualitas baik. Indeks vigor pada hari ketiga
menjadi waktu berkecambah yang paling baik. Waktu sebelumnya merupakan saat
adaptasi dan imbibisi biji, sedangkan waktu setelahnya merupakan kondisi saat
air sudah tertahan oleh PEG, sehingga indeks vigornya rendah.
2.
Faktor
luar yang mempengaruhi perkecambahan biji antara lain air, oksigen, suhu,
cahaya, kelembaban, dan khemikalia, seperti zat penghambat dan zat pengatur
tumbuh.
3.
Cekaman
air dalam perkecambahan berpengaruh negatif terhadap gaya berkecambah dan kecepatan berkecambah.
Dengan kata lain, cekaman air merupakan faktor luar yang menghambat
perkecambahan biji.
4.
Pada
percobaan didapatkan hasil gaya
berkecambah yang paling tinggi adalah PEG -1.2 MPa dan yang terendah adalah PEG
0 MPa. Indeks vigor yang paling tinggi adalah PEG -1.8 MPa dan yang terendah
adalah PEG 0 MPa.
MAKALAH PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
ACARA IV
PENGARUH CEKAMAN
AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI
Disusun oleh:
NOVIANDO ANDRIKA PRATAMA (12244)
ANDIKA BAYU PRADANA (12253)
ASTRI NURDIANTI (12256)
ACHMAD SYARIF SIROJUDDIN (12283)
NENI KHOLIMAH (12619)
GOL/KEL : A4/1
ASISTEN : DEDEK KURNIAWAN
: MARIANA SOSILOWATI
: ZESY AYU TRI ASTUTI
ANDIKA BAYU PRADANA (12253)
ASTRI NURDIANTI (12256)
ACHMAD SYARIF SIROJUDDIN (12283)
NENI KHOLIMAH (12619)
GOL/KEL : A4/1
ASISTEN : DEDEK KURNIAWAN
: MARIANA SOSILOWATI
: ZESY AYU TRI ASTUTI
LABORATORIUM MANAJEMEN DAN
PRODUKSI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar